NovelToon NovelToon
Mencari Suami Untuk Mama

Mencari Suami Untuk Mama

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alesha Aqira

Alia adalah gadis sederhana yang hidup bersama ibu kandungnya. Ia terjebak dalam kondisi putus asa saat ibunya jatuh koma dan membutuhkan operasi seharga 140 juta rupiah.

Di tengah keputusasaan itu, Mery, sang kakak tiri, menawarkan jalan keluar:

"Kalau kamu nggak ada uang buat operasi ibu, dia bakal mati di jalanan... Gantikan aku tidur dengan pria kaya itu. Aku kasih kamu 140 juta. Deal?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesha Aqira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20 MSUM

"Yey! Yey! Paman ikut merayakan ulang tahun kita!" seru Alya sambil berjingkrak kegirangan. Ia lalu berlari mengelilingi sofa dengan senyum lebar di wajahnya.

"Alya, pelan-pelan ya. Perhatikan keselamatanmu. Tidak baik melompat-lompat seperti itu," ujar Leonardo lembut namun tegas.

"Pak Leonardo, silakan duduk dulu di sini. Saya mau menyimpan semuanya terlebih dahulu," kata Alia sambil menunjuk ke arah sofa.

"Iya, silakan," jawab Leonardo, lalu duduk dengan tenang sambil memperhatikan sekeliling apartemen sederhana namun nyaman itu.

"Arel, Alya, Paman Leonardo ini tamu kita, ya. Jadi kalian tidak boleh rusuh atau berisik," ujar Alia sambil mengatur barang di dapur.

"Iya, Mama," jawab keduanya bersamaan.

"Paman, ayo sini duduk!" seru Alya penuh semangat sambil menarik tangan Leonardo ke arah sofa. "Paman ini kan pertama kali ke sini, jadi aku kenalin sedikit apartemen kami, ya!" lanjutnya dengan gaya lucu khas anak kecil.

"Ini ruang tamu. Di sini tempat aku dan Kak Arel nonton TV. Itu dapur, tempat Mama masak makanan kesukaan kami!"

Leonardo mengangguk sambil tersenyum hangat, matanya mengikuti setiap gerakan Alya yang seperti pemandu tur kecil.

Alia yang mendengar dari dapur ikut tersenyum. Hatinya hangat melihat anak-anaknya begitu bahagia.

"Wah, pintar sekali kamu," puji Leonardo.

"Hehehe… Paman, aku jadi malu," balas Alya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Lalu… ada apa lagi?" tanya Leonardo, bermain peran seolah sangat penasaran.

"Paman, ayo ikut aku!" Alya menggamit tangannya, menarik pelan ke arah kamar mereka.

"Alya, sekarang giliran aku ya," sela Arel.

"Oke," jawab Alya dengan cepat.

"Paman Leonardo, ini kamar Mama, dan itu kamar kami," ucap Arel dengan nada bangga.

"Kamar mana yang Paman suka?" tanya Alya sambil tertawa kecil.

"Ayo kita masuk ke kamar Arel dan Alya dulu," ujar Leonardo sambil mengikuti mereka.

"Iya, oke!"

"Paman, ayo sini, silakan masuk," kata Arel saat pintu kamar dibuka lebar.

"Duduk di sini, Paman," Alya menepuk bagian kasur kecil mereka.

"Paman Leonardo, ini adalah kamar aku dan Kak Arel. Ini kasur kami, itu meja belajar, dan di situ tempat mainan kami," jelas Alya dengan gaya serius seperti presenter cilik.

"Bagus sekali kamarnya," puji Leonardo sambil mengamati ruangan mungil tapi tertata rapi itu.

"Paman Leonardo, biar aku tunjukkan harta karun!" seru Alya dengan mata berbinar. Ia membuka sebuah kotak berwarna pink dan mengeluarkan boneka beruang besar.

"Apa berat? Sini, biar Paman bantu," kata Leonardo sambil berdiri hendak membantu.

"Kak Arel alergi kapas, jadi aku nggak bisa main boneka ini sama Kakak," kata Alya sambil memeluk boneka itu. "Kakak, kamu harus keluar dulu. Aku mau main ini sama Paman Leonardo," ujarnya polos.

"Okeh, tapi jangan lama-lama ya," jawab Arel sambil berjalan keluar dari kamar.

"Ayo kita buka kotaknya dulu. Ini, boneka beruang favoritku. Namanya Lili!" Alya memperkenalkan bonekanya dengan bangga.

"Paman, ayo kita main!"

Alya memeluk boneka itu dan mulai menyusunnya bersama mainan lain. Namun tanpa sengaja, bulu dari boneka beruang itu beterbangan, salah satunya tepat ke arah wajah Leonardo.

"Haa… haa… haachoo!"

"Paman Leonardo, kamu kenapa?" tanya Alya kaget, menghentikan permainannya.

"Haa… haa… haachoo! Hacho!" Leonardo kembali bersin, sambil menutup hidungnya.

Arel yang sedang berada di luar kamar mendengar suara bersin itu dan segera masuk dengan ekspresi cemas.

"Paman Leonardo, kamu—haa… haa… haachoo! Hacho! Haa… ha… hacho!" Arel ikut bersin begitu memasuki kamar.

"Astaga, apa yang terjadi ini?" Alia bergegas masuk dan melihat keduanya bersin bersamaan.

"Alya, cepat jauhkan boneka itu! Kalian berdua, ayo cepat keluar dulu!" ucap Alia sambil menggiring anak-anak keluar dari kamar.

"Pak anda nggak apa-apa?" Alia bertanya pada Leonardo yang masih menahan bersin.

Ia lalu berbalik ke anaknya. "Arel, kamu nggak apa-apa kan? Coba sini, Mama lihat dulu."

"Pak Leonardo, apa kamu baik-baik saja?"

Leonardo mengangguk pelan sambil mengambil napas. "Aku tidak apa-apa... Aku cuma alergi kapas."

"Kamu juga alergi kapas?" tanya Alia sambil menatap Leonardo dan Arel bergantian.

Leonardo mengangguk lagi. "Iya, benar. Sejak kecil."

Alya menatap Leonardo dengan wajah sedih. "Paman Leonardo, maafkan aku ya. Aku nggak tahu kalau Paman alergi kapas seperti Kak Arel... Aku cuma mau berbagi mainan denganmu."

Leonardo tersenyum lembut, lalu mengelus kepala Alya. "Tak apa, sayang. Bukan salahmu. Paman nggak marah. Kamu justru sangat baik karena ingin berbagi."

"Pak Leonardo, sekali lagi maaf atas kejadian tadi..." ucap Alia dengan nada menyesal.

"Nggak masalah,  Alia. Itu bukan hal besar. Toh sekarang semuanya baik-baik saja."

Arel masih berdiri di samping ibunya, mengusap hidung. "Aku nggak apa-apa, Ma," katanya, tersenyum kecil.

Alya tiba-tiba menatap Leonardo dan Arel bergantian. Wajahnya menunjukkan ekspresi heran dan penasaran. "Ini aneh sekali... Paman Leonardo dan Kak Arel mirip sekali. Kalian sama-sama punya alergi kapas... dan... wajah kalian juga mirip banget!"

Alia langsung merespons cepat sambil menepuk kepala Alya pelan. "Mungkin cuma kebetulan saja, sayang. Setiap orang pasti punya kesamaan dengan orang lain. Jadi itu bukan hal yang aneh."

"Baiklah..." Alya mengangguk, meski ekspresinya masih penasaran.

"Kalau kalian sudah merasa lebih baik, ayo ajak Paman Leonardo main di ruang tamu saja ya," ujar Alia sambil tersenyum. "Ingat, jangan bawa mainan yang ada kapasnya."

"Okeh, Mama. Aku mengerti!" jawab Alya ceria.

"Ayo, Paman, duduk sini!" ajaknya sambil menarik tangan Leonardo menuju sofa ruang tamu.

Leonardo tertawa kecil dan mengikutinya. "Kamu ini manis sekali, ya."

"Paman bisa saja..." jawab Alya malu-malu, pipinya merona.

 

"Tentang Papa... kenapa Mama terus berbohong?" gumam Arel dalam hati saat berdiri mematung di lorong, menatap ruang tamu dari kejauhan. Tatapannya terfokus pada Leonardo yang tengah duduk di sofa sambil berbicara santai dengan Alya.

"Aku  mirip sekali dengan Paman Leonardo... suaranya, bentuk wajahnya, bahkan alergi kami pun sama. Nggak mungkin ini cuma kebetulan. Dia jelas... dia jelas Papaku!" bisik Arel, matanya mulai memerah.

Ia mengepalkan tangan, seolah meneguhkan tekadnya. "Aku harus cari cara untuk membuktikan ini. Aku... aku harus minta bantuan Papa Bagas. Ya, tunggu sampai Papa Bagas pulang. Hanya dia yang bisa bantu aku tes DNA tanpa Mama tahu."

Tiba-tiba suara Alya memanggilnya memecah lamunannya.

"Kak Arel! Ayo sini! Kenapa kamu berdiri di situ terus?"

Arel tersadar dan mengangguk cepat. "Iya... aku ke sana."

Ia berjalan mendekati mereka, menenangkan pikirannya. Sesampainya di dekat sofa, Arel memperhatikan Leonardo dengan seksama.

"Paman Leonardo..." katanya perlahan, "aku lihat... sepertinya di rambutmu ada uban. Sini deh, biar aku bantu cari."

Sebelum Leonardo sempat merespons, Arel sudah mendekat dan menjulurkan tangannya ke rambut pria dewasa itu.

"Arel, tunggu, itu—"

"Aw! Sh... sh..." Leonardo meringis pelan saat Arel mencabut sehelai rambutnya.

Arel memandang rambut yang dicabutnya dengan bingung.

"Eh? Uban-nya nggak ada. Uban-nya ke mana?"

Ia menatap rambut itu lebih dekat, lalu menoleh pada Leonardo dengan wajah malu-malu. "Paman Leonardo, mungkin aku salah lihat... tolong maafkan aku ya. Aku nggak bermaksud bikin kamu kesakitan."

Leonardo tersenyum sambil mengusap kepala Arel lembut. "Nggak masalah, Paman tahu kamu nggak sengaja."

Alya yang sedari tadi mengamati langsung berseru, "Kak Arel, kamu lucu banget! Mau cari uban, malah nyakitin paman!"

1
Evi Lusiana
giliran nengok muka ke duany mirip
Mericy Setyaningrum
Ya Allah ada nama aku hehe
Ermintrude
Gak bisa berhenti!
Mashiro Shiina
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
filzah
Sumpah baper! 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!