My Mafia Family

PELAJARAN DARI CHARLIE

“Pergilah dari sini.” Pinta Charlie yah membuat Selena terdiam kaget.

Seketika ia segera berdiri dari duduknya dan menatap lekat bosnya. “Tolong jangan pecat aku, maksud ku... Aku perlu pengalaman, adaptasi... Ya, aku perlu beradaptasi dengan mereka, tolong beri aku waktu Mr. Charlie aku tahu hatimu sangat baik, kau pasti selembut kapas.” Kata Selena mencoba memujinya agar tetap tinggal di sana.

Bukan berarti dia tak ingin menghindari masalah, hanya saja dia terlanjur tahu tentang keempat anak angkat Charlie Bellucci itu, dan Selena bukan tipe orang yang akan berhenti di pertengahan jalan sebelum dia berhasil menaklukkan nya.

Senyuman Selena lebar saat Charlie menatap tajam ke arahnya.

“Memotong daging tidak selembut kapas Mrs. Dakota!”

“Aku tahu, tolong beri aku waktu dan jika boleh... Jika boleh aku menggunakan caraku sendiri.” Kata Selena sedikit berhati-hati dan itu membuat Charlie berkernyit kening.

“Caramu?”

“Yeah. Em... Bukankah peraturan di sini boleh melakukan apa saja asal jangan melibatkan polisi? Jika kau izinkan aku melakukan caraku sendiri, aku yakin aku bisa mengendalikan mereka berempat.” Jelas Selena penuh percaya diri.

“Jika kau gagal maka pergilah dari sini.” Kata Charlie yang langsung beranjak dari duduknya dan keluar ruangan begitu saja. Han sudah menunggunya di luar ruangan sedangkan Selena memejamkan matanya seraya menggigit bibir bawahnya.

“Okay.... Saatnya Seda beraksi. Akan aku tunjukkan kepada mereka bagaimana wanita ini menjadi pengasuh!” Gumam nya tersenyum yakin dan segera keluar dari sana.

saat keluar dari ruangan Charlie, Nora sudah menunggunya di sana.

“Apa yang terjadi? Kau dikeluarkan?”

“Tidak, hanya saja... Aku akan mulai serius bekerja, Nora! Lihat saja besok! Aku perlu waktu, tolong awasi mereka berempat untuk satu hari ini. Aku mohon dan terima kasih!” kata Selena yang langsung pergi.

Nora menyeringai tak percaya akan sikap Selena barusan. “Dasar konyol!” kesalnya yang tak ingin darah tinggi dan memilih pergi mengabaikan Selena.

...***...

Berada di dalam mobil, Charlie hanya diam mengamati jalanan dengan tatapan yang selalu sama. “Ada berapa orang yang datang?” tanya Charlie tanpa menoleh ke Han.

“Hanya tiga orang termasuk ketuanya.” Jawab Han sembari fokus menyetir.

“Kau sudah menyiapkan anak buah untuk berjaga-jaga? Mereka tidak akan sendirian.” Kata Charlie yang sudah diketahui oleh Han.

Tentu, para gangster sialan itu tak mungkin hanya tiga orang saja.

Charlie melirik ke arah spion depan, dimana dia tengah melihat ke arah Damian yang duduk diam di belakang mobil. “Persiapkan dirimu, ini akan sakit, tapi tidak sesakit pengkhianatan.” Kata Charlie yang hanya ditatap balik oleh Damian.

Anak itu tak berani berkutik bila sudah berurusan dengan Charlie.

“Kenapa kau tidak membunuhku saja? Aku sudah pernah meminta nya kepadamu Charlie.” Kata Damian dengan tatapan tajam dan suara tegas.

“Apa yang aku dapatkan jika aku membunuhmu? Kita sudah membicarakan hal ini, jangan memancing amarah ku.” Kata Charlie yang masih bernada tenang namun tegas.

Damian kembali diam meski dia tengah menahan amarahnya.

Tak berselang lama mereka sampai disebuah gedung yang masih tahap pembangunan, namun kini sudah sepi dan dihentikan. Terlihat ada tiga pria berpakaian sangar serta tatto yang banyak mencolok. Mereka menunggu bersama motor mereka.

Brakk! “Siapa ketuanya?“ tanya Charlie yang langsung to the point saat dia baru keluar mobil dan berjalan lebih maju.

Han dan Damian berdiri di belakangnya dan hanya diam menatap tajam ke ketiga gangster tadi. Sungguh, Charlie sebenarnya tak ingin ikut campur dalam urusan Damian dan para gangster penakut, hanya saja mereka sudah berani mengutak-atik bisnisnya.

“Me! (aku)!” salah satu pria, maju dengan wajah sombong penuh percaya diri. pria sangat, brewok dan kulit putih.

“Aku sudah mengatakannya kepada pria itu untuk meminta satu Kasino milik Bellucci sebagai perdamaian karena kebodohan nya.” Kata gangster tadi menunjuk ke arah Damian yang kini tengah menahan emosinya.

“Dan aku menolak usulan mu.” Kata Charlie terus terang.

“Who are you? (siapa kau)?” tanya tegas pria tadi yang masih menatap dan berhadapan langsung dengan Charlie.

Pria bermata hijau itu masih menatap tajam. “Berikan usulan yang lain.”

“Kenapa? Kau takut?!” kata gangster tadi tertawa kecil berama kedua temannya.

“Ya. Aku takut jika harus terpaksa menghabisi kalian semua.” Kata Charlie yang mana anak buahnya sudah berhasil menodongkan senjata mereka ke para gangster yang bersembunyi.

Tentu saja sang ketua langsung terbungkam dan terkejut saat musuhnya sudah tahu taktiknya. Kini Charlie berjalan lebih maju dan menatap lebih dalam. “Berikan usulan yang lain, atau tidak sama sekali. Jika kau ingin bertarung, maka bertarung lah dengan nya, right now!” kata Charlie yang tak segan menunjuk Damian.

“Jika kau menang, akan aku berikan kasino itu untukmu. Jika kalah, maka aku sendiri yang akan membunuh kalian.” Kata Charlie yang sangat memuaskan ketua gangster tadi.

Ya, pria itu sengaja melakukannya agar dia mau menjadikan Damian lebih kuat dan berani, sungguh gila.

Tentu, tantangan tadi diterima langsung oleh si gangster tadi dengan senang hati. “Jangan salahkan aku jika dia mati!” katanya yang hanya ditatap oleh Charlie.

Charlie masih berdiam di tempatnya yang sama, hingga Damian maju dengan berani dan menatap tajam ke para gangster tadi, terutama ke ketua gangster yang mulai membuka jaketnya sehingga kini, dia hanya mengenakan tanktop putih dan siap melawan musuh.

“Aku tidak akan membantumu sampai diantara kalian benar-benar ada yang kalah.” Kata Charlie tanpa menoleh.

Damian mengerti, mau tak mau dia harus siap. Karena dialah yang berurusan dengan para gangster sialan itu.

pertengkaran dimulai saat ketua gangster tadi langsung menyerang Damian dengan tahan kosong, namun dengan sangat baik, Damian menepisnya dan berhasil memberi serangan balik ke tanah. Gangster. Sementara Charlie dan Han masih berdiri menjadi penonton, begitu juga dengan yang lain.

Brugh! Damian terkena pukulan hingga sudut bibirnya berdarah, lalu dia terkena lagi dan lagi di matanya hingga perutnya yang membuat darah keluar dari mulutnya.

“Tuan, tuan Damian bisa tewas jika dia terus terkena pukulan.” Kata Han yang mulai cemas sendiri.

Berbeda dengan Charlie yang masih tenang-tenang saja. “Dia tidak akan mati, aku yang melatihnya.”

Brugh! benar ucapan Charlie. Damian berhasil melawan balik musuhnya dengan lebih kasar meski dia sudah banyak terluka. “Akkkhhh!!!” teriak kesakitan gangster tadi saat Damian dengan kasar berhasil membuat tangan dan kaki ketua gangster tadi lumpuh tak bisa bisa bergerak karena patah tulang.

Saat tak bisa lagi bergerak, Damian berulang kali memukuli wajah sang gangster yang terbaring di tanah. Darah muncrat dan mengotori tangan Damian, dengan marah ia masih tak melepaskannya sehingga Charlie berkernyit kening.