 
                            Pangeran Chao Changming dihukum buang selama 5 tahun, dan ia hidup di sebuah desa yang terpencil. Pernikahannya selama 4 tahun dengan seorang wanita desa tidak menghasilkan apa-apa baginya. Pangeran Chao Changming telah berusaha dengan baik, belajar ilmu pengobatan dan menjadi tabib yang cukup terkenal di desanya. Sayang sekali istrinya tidak menghargai usahanya, sehingga minta cerai setelah bertemu dengan tuan muda Gen Guang yang merupakan sarjana muda, dan anak seorang pejabat daerah. Pangeran Chao Changming tidak putus asa, kembali ke istana setelah mendapat kabar bahwa kaisar telah tiada. Artinya tahta kosong, ia tidak akan membiarkan siapapun menduduki tahta selain dirinya yang telah mendapatkan wasiat dari Kaisar. Bagaimana kelanjutannya?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GEJOLAK AMARAH
...***...
Kediaman Selir Ehuang.
"Yang mulia kaisar." Selir Ehuang memberi hormat.
"Ibunda selir." Kaisar menatap peti mati itu.
"Kau harus bertanggung jawab!." Putri Xian Xi berteriak keras. "Kakak pangeran hong hui meninggal karena kau! Pasti kau telah menggunakan cara yang curang untuk mendapatkan tahta itu!." Hatinya terasa terbakar amarah melihat kaisar. "Kau seorang pembunuh!." Ia menunjuk kasar pada Kaisar.
"Xian xi!." Pangeran Jing Xue mengeraskan suaranya, wajahnya memerah menahan amarah.
Deg!.
Mereka terkejut mendengar suara pangeran Jing Xue yang menggelegar seperti suara petir di siang hari.
"Kau jangan bersikap kurang ajar pada kakak kaisar!." Pangeran Jing Xue menatap tajam. "Apakah kau punya bukti? Bahwa kakak kaisar telah berbuat curang ketika upacara itu berlangsung? Hah?!."
"Diam kau jing xue!." Respon Putri Xian Xi penuh amarah. "Aku tak ada urusan dengan kau!." Hatinya terasa panas. "Aku ingin menuntut keadilan pada orang yang telah berbuat jahat! Melakukan kecurangan untuk mendapatkan tahta!."
"Kau memang kurang ajar!." Pangeran Jing Xue tidak tahan lagi, ia keluarkan pedang dari tubuhnya.
"Jangan gegabah!." Kaisar menahan tangan pangeran Jing Xue agar tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya.
"Tapi kakak kaisar, dia benar-benar kurang ajar." Pangeran Jing Xue tidak suka. "Sekarang kau adalah seorang kaisar, tapi mereka masih saja memandang rendah padamu?!."
"Jing xue." Selir Ehuang tidak tahan lagi. "Apakah kau ingin membunuh kami dengan menjilat padanya?." Hatinya sangat benci. "Apakah kau tidak melihat anakku terbaring di sana karena perbuatannya?!."
"Diam kau selir tak berguna!." Pangeran Jing Xue sangat emosi. "Siapa yang mengatakan aku ini seorang penjilat?!." Ia mendengus kesal. "Dari dulu, sepuluh tahun yang lalu, aku sudah dekat dengan kakak kaisar." Ia memberi hormat pada Kaisar. "Hanya saja aku tidak terlalu memperlihatkan diri begitu saja, aku tak berani dekat dengan kakak kaisar secara terang-terangan." Entah kenapa hatinya terasa sakit. "Itu karena aku menyadari, aku hanyalah seorang anak selir, tak sebanding dengan anak sah." Ia berusaha menahan semua amarah di hatinya. "Kakak kaisar, terima kasih atas kebaikan kakak kaisar." Ia kembali memberi hormat. "Maaf, lima tahun yang lalu saya tak bisa menjadi saksi untukmu."
"Heh!." Putri Xian Xi mendengus kesal. "Kalian tidak usah banyak bermain sandiwara di sini." Ia menatap benci. "Kalian benar-benar memuakkan."
"Ibunda selir." Kaisar kembali menatap peti mati. "Masalah upacara darah pusaka kaisar itu nyata, tidak ada kaitannya sama sekali dengan pertumpahan darah pribadi." Kaisar mengamati keadaan sekitar. "Semua orang mengetahui, selama upacara tidak bisa mendekati tangga itu secara sembarangan." Kaisar mencoba menjelaskan. "Api dari burung api keabadian akan membakarnya sampai jadi abu, mana mungkin aku melakukan kecurangan."
"Kau tidak usah banyak bicara." Respon Selir Ehuang tidak terima. "Kau pasti dendam pada kami atas kejadian lima tahun yang lalu."
"Diam kau wanita busuk!." Pangeran Jing Xue yang marah. "Beliau sekarang adalah seorang kaisar! Jaga sikapmu!."
"Kau hanyalah seorang penjilat! Tidak berhak berkata apapun padaku!." Selir Ehuang mengangkat tangannya. "Sebaiknya kau pergi dari sini! Karena aku tidak memiliki urusan dengan kau!."
"Bukan urusanku?!." Amarahnya semakin meledak-ledak. "Lantas apa yang kau lakukan dengan mengundang mereka?!."
Pangeran Jing Xue melepaskan sebuah tebasan pedang ke arah gerbang kediaman selir Ehuang.
Srak!.
Saat itu juga terdengar suara ledakan yang keras, terlihat dua orang pendekar pembunuh bayaran melompat menghindari serangan itu.
Deg!.
Selir Ehuang dan Putri Xian Xi terkejut melihat itu. Apalagi banyak pendekar pembunuh bayaran lainnya yang keluar.
"Itukah yang kau katakan menuntut keadilan?." Pangeran Jing Xue menatap tajam, ia mulai waspada akan keadaan sekitar.
"Ibunda selir, aku datang ke sini dengan maksud baik." Kaisar mengeluarkan pedangnya. "Apakah seperti ini cara mu menyambut kedatangan ku?."
"Hahaha!." Selir Ehuang malah tertawa keras. "Datang dengan maksud baik?! Kau tidak usah bercanda padaku!." Ia luapkan amarahnya. "Aku tahu kau pasti akan membunuhku! Tidak usah menyembunyikan niat jahat mu itu padaku!."
"Diam kau wanita busuk!." Pangeran Jing Xue semakin marah. "Kau memang pantas mati!."
"Bunuh mereka!." Perintah Selir Ehuang dengan suara keras.
Pendekar pembunuh bayaran mulai beraksi, mereka menyerang secara bersamaan. Setidaknya ada lima puluh orang pendekar pembunuh bayaran yang disewa oleh Selir Ehuang untuk membunuh Kaisar.
...***...
Kediaman Ibu Suri Chao Xin.
Ibu Suri, nona muda Pei Qing Zhao dan pangeran Chao Zi Hao tampak cemas.
"Kakak kaisar melarang kita untuk ikut." Pangeran Chao Zi Hao menghela nafas pelan, "Tapi malah membawa xue gege bersamanya, padahal xue gege tempramennya lebih buruk daripada saya."
"Jika ingat cerita dari pangeran jing xue, sepertinya tidak mudah menghadapi keluarga selir ehuang." Nona muda Pei Qing Zhao tampak cemas. "Yang mulia kaisar hanya tidak ingin ibu suri, juga pangeran zi hao mengalami masalah nantinya."
Ibu Suri bingung mau merespon seperti apa. "Dari dulu kami memang tidak akur, bahkan ketika mendiang kaisar masih hidup? Secara terang-terangan mereka menunjukkan sikap tidak sukanya pada kami." Ibu Suri menghela nafas pelan.
"Berani sekali membenci keluarga ibu suri di hadapan kaisar?." Nona muda Pei Qing Zhao mengernyit heran. "Nyali mereka sangat luar biasa."
"Bagaimana denganmu? Bukankah kau telah memutuskan hubungan dengan kediaman menteri pei qing hua?." Ibu Suri mengamati penampilan nona muda Pei Qing Zhao. "Mereka terlihat membencimu, bahkan mereka tak terima saat nanda kaisar memilihmu sebagai permaisurinya."
Nona muda Pei Qing Zhao menundukkan wajahnya, merasa tidak nyaman sama sekali.
"kakak ipar, apakah mereka bersikap buruk padamu?." Pangeran Chao Zi Hao dapat menangkap bagaimana perasaan takut yang ditunjukkan oleh nona muda Pei Qing Zhao. "Kakak kaisar pernah bercerita, ketika bertemu dengan kakak ipar, hampir saja tertabrak kereta kuda miliknya, kaki kakak ipar dalam keadaan lumpuh."
"Apa? Mereka memperlakukanmu separah apa?." Ibu Suri menatap tak percaya, apalagi melihat nona muda Pei Qing Zhao yang menyentuh lututnya.
"Sepertinya kabar yang beredar itu pun hanyalah gosip semata." Pangeran Chao Zi Hao menghela nafas pelan. "Keluarga pei qing hua memang pantas menerima hukuman." Ia merasa geregetan. "Memangnya kakak ipar melakukan apa pada mereka? Sehingga diperlakukan tidak baik oleh mereka?."
"Oh?! Jangan menangis." Ibu Suri langsung panik melihat itu, ia hapus air mata nona muda Pei Qing Zhao. "Ibu ada di sini, jangan menangis." Ibu Suri memeluk nona muda Pei Qing Zhao.
"Kakak ipar tenang saja, kakak kaisar pasti akan memberikan pelajaran pada mereka." Pangeran Chao Zi Hao merasa bersimpati.
"Kau tenang saja nak, ibu akan membela kau." Ibu Suri melepaskan pelukannya, menghapus air mata nona muda Pei Qing Zhao. Mulai sekarang kau adalah putriku, tidak akan aku biarkan kau ditindas oleh siapapun."
"Kakak ipar tidak perlu cemas, kami pasti akan membuat mereka membayar atas apa yang telah mereka lakukan padamu." Pangeran Chao Zi Hao geregetan ingat dengan ucapan Kaisar mengenai masa lalu nona muda Pei Qing Zhao.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Simak dengan baik kisah selanjutnya.
...***...
 
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                    