"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Selamat Pagi,"
Ucap salam yang terdengar keras namun ramah membuat seketika penghuni dalam rumah saling bertukar pandang.
Pak Kartono, berinisiatif menemui siapa gerangan tamu yang sudah datang kerumahnya di pagi yang cerah ini.
"Selamat pagi Pak, benar ini rumah Ibu Kartika Sari Devi? Saya orang dealer mau antar mobil." Seorang pria dengan senyum ramah, mengulurkan tangan melanjutkan perkenalan.
Tentu saja Pak Kartono menerima jabat rangan meski dahinya mengerut, "Dari dealer? Mobil? Maksudnya bagaimana ya Mas? Setahu Saya anak atau keluarga Saya gak ada yang mau kredit mobil."
Pak Kartono mempersilahkan Si Tamu duduk di terasnya, sambil menunggu Tamu duduk dan mulai memberikan penjelasan.
"Oh begini Pak, Saya hanya ditugaskan untuk mengantar mobil yang sudah dipesan dan dibayar lunas, untuk diserahkan kepada Pemiliknya yang bernama Ibu Kartika Sari Devi., benar disini alamatnya Pak?"
Si Tamu menyerahkan bukti-bukti surat dan dokumen mengenai transaksi pembelian mobil yang kini sudah berada di depan rumah dan siap diturunkan dari mobil dealer.
"Sebentar ya Mas, Saya panggil anak Saya dulu?"
Pak Kartono kembali masuk, dan kini Bh Kartini sudah lebih dulu menghampiri, penasaran mengapa dari dalam terdengar bisik-bisik dan terlihat ada mobil dealer bertengger berisi satu unit mobil baru.
"Pak, itu siapa yang kredit mobil? Kok berentinya mobil dealernya deoan rumah Kita?"
"Tika mana Bu?"
"Nah itu!"
Kartika baru saja selesai mencuci piring, jika Bu Kartini Istri Pak Kartono selesai memasak, tanpa perlu diamuk dan menjadi huru-hara Kartika memang memilih mencuci saja perabot tang sudah selesai digunakan Sang Ibu.
"Tik, itu diluar, ada orang dealer mau ketemu Kamu. Bapak bingung. Sana temui."
Kartika tak kalah bingung. Jangankan berurusan dengan orang dealer. Motor dirumah Mereka saja cuma satu. Milik Si Bapak mana sudah butut pula.
Kartika keluar, didampingi kedua orang tuanya.
"Selamat Pagi Bu. Ibu, dengan Bu Bu Kartika ya?"
Kembali orang dealer memperkenalkan diri, menjelaskan maksud kedatangannya dan tentu saja Kartika dibuat terkejut oleh apa yang baru saja Ia dengar.
"Sebentar ya Mas, Saya mau telepon dulu."
Kartika menduga, dan dugaannya masih ambigu, tapi Kartika mencoba saja menghubungi, siapa tahu salah kirim.
"Gimana Tik?"
Kartika dengan wajah sulit diartikan, membuat semua yang menatapnya kini bertanya-tanya.
"Silahkan Mbak, tanda tangani disini." Orang Dealer yang mengantar mobil menyerahkan dokumen dan semua kelengkapan yang memang menjadi hak Tika sebagai Pemilik resmi mobil yang kini sudah diturunkan dan terparkir rapi di teras depan rumah Pak Kartono.
"Masha Allah Pak. Mimpi apa Ibu, punya mobil baru begini. Kebayang aja gak pernah."
"Iya Bu. Karim itu perhatian banget ya Bu. Kartika beruntung dapat Suami seperti Karim. Bapak berharap kebahagiaan Mereka selamanya."
Di saat kedua orang tuanya sedang mengagumi mobil yang kini berada di depan, Kartika malah duduk, memperhatikan keduanya dan teringat akan percakapannya meski singkat di telpon saat Kartika mengkonfirmasi mobil pemberian Karim untuknya.
"Mobil itu memang Mas berikan untuk Kamu dan keluarga. Mas memberikannya sebagai hadiah Pernikahan Kita Sayang,"
Kartika melipat kedua tangannya di depan dada. Nafasnya berat. Entah mengapa, setiap kejutan dan perhatian Karim terasa janggal bagu Kartika.
Seharusnya Kartika senang. Dilimpahi perhatian dan materi. Namun dihati kecil Kartika, seperti akan ada sesuatu yang akan menantinya.
"Tik! Kamu sudah bilang terima kasih belum sama Karim. Nanti kalau Karim sudah pulang suruh kesini ya. Ibu mau masakin makanan spesial buat Mantu Kesayangan Ibu!"
"Gak usah lebay Bu! Ibu sudah masak. Ngapain masak lagi."
"Ish! Kamu ini. Pak, temani Ibu ke Pasar. Ibu mau masak rendang sama gule, buat Mantu kesayangan Ibu."
"Iya Bu, Ayo Bapak anter."
Kedua orang tua Kartika begitu bahagia. Sementara Kartika memilih masuk ke dalam rumah.
***
"Ayo Nak Karim makannya ditambah. Ibu sengaja masak Rendang sama Gulenya khusus buat Mantu Ibu."
"Tumben Ibu masak begini, oh iya lupa. Pasti seneng tuh gara-gara Mbak Tika dikasih mobil sama Mas Karim. Aww!" Tama tentu saja kembali merasakan cubitan maut Bu Kartini.
"Nak Karim, Bapak terima kasih. Kamu kok sampai repot-repot begini. Buat Bapak, sama Ibu, Kamu sama Tika bisa langgeng saja sudah alhamdulillah. Lagian, Kamu pasti sudah banyak keluar uang buat mengurus pernikahan Kalian. Ini malah beli mobil baru."
"Insha Allah, rezekinya ada Pak, Bu. Sengaja Karim beli mobil untuk bisa dilakai kalau ada keperluan Bapak sama Ibu."
"Sekali lagi terima kasih ya Rim. Ibu senang sekali. Tik, Kamu bilang makasi dong sama Suamimu. Dari tadi Kamu diem aja. Orang itu bersyukur, Istri lain pasti seneng banget dibelikan mobil sama Suaminya."
"Sudah Bu, Tika sudah bilang beberapa kali tadi. Ya kan Sayang?"
Kartika membolakan matanya. Karim enteng bener bilang Sayang dihadapan keluarga Tika.
"Cie, udah Sayang-Sayang aja nih Mas sama Mbak. Ah! Dunia serasa milik berdua. Berasa ngontrak sama jadi nyamuk Tama Mbak."
"Sudah, Ayo pudingnya dimakan. Buat cuci mulut."
"Mas Karim sering-sering bikin kejutan yang begini, Ibu jadu kayak malaikat!"
"Aduh! Bu! Remuk deh badan Tama!"
"Makanya mulutmu jangan asal jeplak Tama. Malu!"
"Oh iya, Bu, besok Kita ada gladi di gedung sama WO untuk acara akad sama resepsi. Orang WOnya juga sudah ngabarin Kamu kan Sayang?"
Kartika mengangguk. Suka-suka Karimlah. Tika tak mau ambil pusing. Drama mobil sudah menyita perhatian dan Kartika.
"Oh gitu. Ya sudah. Tika, besok Kita siap-siap. Kamu nih biasanya yang paling lama kalo keluar kamar."
"Rim bilangin juga nih Istrimu, jangan sering begadang. Apalagi mau acara begini, nanti takut sakit. Kalo Ibu yang kasih tahu Tika gak mau dengar."
Bu Kartini kenapa jadi lemes banget sih! Pake acara ngadu-ngadu lagi!
"Bener yang Ibu bilang Sayang, Kamu jangan sering begadang. Acara pernikahan Kita sebentar lagi, biar tubuh Kamu fit dan sehat saat hari H."
"Tuh! Denger Mbak nasehat Suami!"
Kartika melotot kepada Tama. Apa-apaan. Keluarganya kenapa mendadak jadi pendukung Si Mantan Duda.
Ponsel Karim berdering, Kartika memperhatikan. Ada kecemasan di wajah Karim san tak segera menerima panggilan telepon terlihat Karim mereject panggilan yang masuk di ponselnya.
"Maaf. Belakangan sering banget banyak telepon nyasar."
"Wah! Sama tuh Mas kayak temen Tama. Kadang ditelpon Pinjol. Padahal temen Tama gak pernah pinjol juga."
"Hush! Kamu sembarangan. Masa sih?"
"Ibu gak percaya kalo dikasih tahu!"
"Tapi Ibu pernah denger sih soal begitu, itu anak temen ngaji Ibu, ada yang terjerat pinjol. Eh, rumahnya sampai disita. Serem bener Ibu dengernya."
Kartika terus memperhatikan ekspresi Karim. Dan Karim tahu, Kartika sedang memperhatikan dirinya.