NovelToon NovelToon
Gadis Yang Kalian Singkirkan

Gadis Yang Kalian Singkirkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Cewek Gendut
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: nita kinanti

Niat hati hanya ingin membalas perbuatan sepupunya yang jahat, tetapi Arin justru menemukan kenyataan yang mengejutkan. Ternyata kemalangan yang menimpanya adalah sebuah kesengajaan yang sudah direncanakan oleh keluarga terdekatnya. Mereka tega menyingkirkan gadis itu demi merebut harta warisan orang tuanya.

Bagaimana Arin merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nita kinanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Pindah Rumah

Arin menatap berkas-berkas itu, mengabaikan Ken yang berdiri di hadapannya.

"Apa kamu akan tetap tinggal di sini?" tanya laki-laki itu.

"Memangnya mau dimana lagi?" tanya Arin tidak mengerti.

Dia menatap Ken untuk meminta penjelasan atas maksud pertanyaan laki-laki tampan itu. Tetapi yang Arin dapatkan justru tatapan teduh dan memenangkan seolah-olah laki-laki itu ingin memberinya perlindungan.

Arin salah tingkah. Dia membuang muka lalu bergeser sedikit menjauh dari Ken. Arin Memang sangat membenci laki-laki itu, tetapi tetap saja tatapan matanya menggetarkan jiwa Arin.

"Rumah itu adalah rumahmu. Masuklah ke rumah itu bagaimana pun caranya. Tinggallah di sana dan rebut kembali apa yang kamu punya."

"Tapi... " Arin tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

Arin baru saja dari kediaman Laksamana dan memohon untuk tinggal di sana. Dia melakukan itu hanya sekedar iseng saja, itupun langsung ditolak mentah-mentah oleh Fatma dan Tania. Harus dengan alasan apa agar mereka mengijinkan Arin tinggal di sana?

"Pamanmu mungkin menyimpan sertifikat rumah itu dan surat-surat berharga lainnya di dalam rumah. Kalau kamu tinggal di sana, mungkin kamu bisa menyelinap lalu mengambilnya."

"Bagaimana kalau aku ketahuan lalu dilaporkan ke polisi?" tanya Arin polos.

"Dilaporkan karena apa? Mencuri?" Ken tersenyum. "Itu rumahmu, Rin. Mereka tidak akan bisa melaporkanmu karena mencuri di rumahmu sendiri."

Arin terlihat berpikir.

"Lakukan saja, sementara aku mengumpulkan bukti-bukti untuk mengusir mereka!"

* * *

"Sudah siap?" tanya Pandu yang sudah menunggu di ruang tamu.

Arin tidak mengerti bagaimana bisa pamannya itu tiba-tiba datang menjemputnya untuk tinggal di rumah Laksamana. Itu adalah sebuah kebetulan yang sangat menguntungkan bagi Arin, karena dia sendiri bingung mencari alasan agar bisa tinggal di rumah itu.

"Apa tante Fatma tidak marah?"

"Aku sudah bicara dengannya. Kamu tidak usah memikirkan hal itu."

Setelah membujuk Fatma dengan berbagai macam penawaran, akhirnya Fatma mengijinkan Arin tinggal di rumah mereka.

"Barangmu ini saja?" tanya Pandu melihat Arin hanya membawa sebuah tas yang tidak terlalu besar.

"Iya, barang-barangku masih di kota X. Aku belum sempat mengambilnya."

Pandu terkekeh. "Coba kalau Tania yang pindahan, mungkin membutuhkan waktu seminggu hanya untuk mengemas barang-barang pribadinya saja," kelakarnya.

"Wajar kan, Om? Barang-barang Tania banyak sekali. Dia memiliki uang untuk membeli apapun yang dia inginkan, sedangkan aku? Bisa makan saja sudah cukup."

Pandu terdiam seketika. Raut wajahnya berubah. Dia merasa tersindir dengan jawaban Arin, entah gadis itu sengaja atau tidak.

"Ya, sudah. Kita berangkat sekarang," ucap Pandu berusaha menetralkan raut wajahnya. Arin membalas dengan anggukan.

Pandu mulai berjalan menuju ke mobil membawakan tas Arin yang hanya berisi beberapa potong pakaian. Sementara Arin sendiri membawa tas berisi laptop dan sebuah sling bag menggantung di pundaknya.

Setengah jam menempuh perjalanan, akhirnya mobil Pandu sampai di kediaman Laksamana.

"Kamu tinggal di kamar ini, ya Rin. Tadi tantemu sudah menyuruh pembantu untuk membersihkannya," ucap Pandu.

"Iya, Om. Aku sangat berterima kasih karena Om Pandu mengijinkan aku tinggal di sini."

Pandu mengangguk dan tersenyum. "Sekarang aku harus pergi. Ada urusan di perusahaan," ucap laki-laki itu lalu pergi.

Arin masih tidak mengerti dengan sikap Pandu. Kalau pamannya itu memang memang ingin menyingkirkan dirinya, seharusnya dia tidak mengijinkan Arin tinggal di rumah Laksmana. Tapi yang dilakukan Pandu justru sebaliknya. Dia bahkan rela datang sendiri menjemput Arin padahal dia bisa menyuruh sopir melakukannya.

"Apa kamu senang bisa kembali tinggal di rumah ini?" Sebuah suara membuat Arin menoleh, meski tanpa menoleh pun dia tahu siapa pemilik suara itu.

"Jangan merasa senang dulu, karena kamu tinggal di sini bukan lagi sebagai seorang puteri. Statusmu memang keponakan suamiku, tetapi di mataku kamu hanyalah seorang pembantu!"

Seperti yang Arin duga. Tidak mungkin tantenya itu mengijinkan dirinya tinggal di rumah ini tanpa alasan. Pasti ada sesuatu yang perempuan itu rencanakan.

"Terserah, itu urusan tante. Yang jelas aku tinggal di sini karena Om Pandu," jawab Arin acuh.

Fatma mengepalkan tangannya. Belum apa-apa Arin sudah membuatnya kesal.

Fatma menarik tangan Arin lalu menyeretnya ke bagian paling belakang di rumah ini, dimana berjejer kamar-kamar yang terlihat hampir seperti kos-kosan. Itu adalah kamar khusus para pekerja.

"Jangan pikir kamu bisa tinggal dan enak-enakan!" Fatma merebut tas Arin lalu melempar tas itu ke dalam salah satu kamar kosong. "Tempatmu di sini, bersama pembantu!" ucapnya kasar.

"Ada apa, Nyonya?" Seorang pembantu datang tergopoh-gopoh menghampiri.

"Dia pembantu baru di rumah ini! Ajari dia apa yang harus dilakukan. Laporkan padaku kalau dia tidak mau melakukan tugasnya biar aku beri hukuman yang berat!" ucap Fatma lalu pergi. "Anak itu harus diberi pelajaran!" gerutunya sambil berjalan.

Pembantu itu tertawa setelah kepergian Fatma. Dia adalah pembantu yang kemarin membukakan pintu ketika Arin datang.

"Ternyata kamu memang pandai menipu. Aku kemarin sudah ketakutan melihatmu ingin membeli mulutku. Ternyata sekarang kamu berdiri di hadapanku, sama-sama sebagai seorang pembantu!" ucap pembantu itu sambil terkekeh.

"Darsih... Darsih... Malang sekali nasibmu. Sampai ajal menjemputmu pun kamu tidak tahu kalau selama ini telah ditipu oleh anak kesayanganmu!"

Arin mengabaikan pembantu itu. Dia masuk ke dalam kamar ingin menata barang-barangnya yang tidak seberapa.

Pembantu itu terus mengikutinya. Mulutnya tidak berhenti mengeluarkan suara, memberi tahu tugas-tugas Arin dari mulai membuka mata hingga waktunya tidur.

"Ya, aku sudah tahu tugasku. Bisakah Bi Murni meninggalkan aku sendiri sekarang?!" kata Arin setelah membaca bordiran nama di seragam pembantu itu. Pembantu ini dulu juga bekerja untuk keluarganya tapi Arin tidak begitu mengenalnya.

"Ingat, setelah ini kamu harus mengelap seluruh kaca jendela di rumah ini!" ucap Murni kemudian pergi.

Arin segera menutup pintu rapat-rapat setelah Mur pergi. Tetapi sayangnya pintu itu tidak memiliki kunci sehingga siapa bisa saja masuk tanpa permisi.

Belum genap setengah jam Arin di dalam kamar, Murni kembali datang. Perempuan itu langsung masuk ke dalam kamar. Sepertinya dia sudah tahu pintu kamar itu tidak bisa dikunci.

"Cepat lakukan tugasmu sebelum Nyonya marah!" ucapnya seraya melempar lap tepat mengenai wajah Arin.

"Apa bibi tidak bisa sedikit saja bersikap baik padaku? Apa salahku sampai bibi sangat membenciku?!" tanya Arin, membuang lap yang mengenai wajahnya. Dia mulai jengah dengan cara Murni memperlakukan dirinya.

"Salahmu? Karena kamu adalah anak yang tidak tahu diri. Kalau tahu miskin, setidaknya jangan merepotkan! Sedangkan kamu, sudah miskin, merepotkan, juga jadi benalu!" jawab Murni kasar.

1
Makhfuz Zaelanì
ini lanjut ga sih thor🤔
Randa kencana
Ceritanya Sangat menarik
Soraya
heran knp bukan pandu yang merawat Arin pdhl dia pamannya Arin kok malah mbok Darsih yang merawat Arin
Soraya
good Airin
Soraya
penasaran lanjut thor
Soraya
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!