NovelToon NovelToon
Accidentally Yours

Accidentally Yours

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Kim

Velora, dokter muda yang mandiri, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya karena satu janji lama keluarga. Arvenzo, CEO arogan yang dingin, tiba-tiba menjadi suaminya karena kakek mereka dulu membuat perjanjian yakni cucu-cucu mereka harus dijodohkan.

Tinggal serumah dengan pria yang sama sekali asing, Velora harus menghadapi ego, aturan, dan ketegangan yang memuncak setiap hari. Tapi semakin lama, perhatian diam-diam dan kelembutan tersembunyi Arvenzo membuat Velora mulai ragu, apakah ini hanya kewajiban, atau hati mereka sebenarnya saling jatuh cinta?

Pernikahan paksa. Janji lama. Ego bertabrakan. Dan cinta? Terselip di antara semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Memang pantas dicintai

Tengah malam menyelimuti rumah besar keluarga Pradipta. Semua orang sudah terlelap, lorong-lorong sunyi hanya diterangi lampu temaram. Dari kamar utama, sosok Arvenzo berjalan pelan, langkahnya hati-hati agar tak membangunkan Velora yang tertidur di ranjang.

Ia berhenti di depan sebuah pintu kayu besar dan tinggi yang jarang sekali dibuka orang. Tangannya mulai membuka pintu dengan card access setelah membunyi "Bip", ia menggenggam gagang pintu, ragu sejenak, lalu mendorongnya perlahan. Ruangan itu menyambut dengan aroma sunyi dan barisan kenangan yang tergantung rapi di dinding.

Di sana, terdapat meja besar kokoh dan rak-rak besar namun yang paling berharga disana yakni foto-foto dirinya bersama Vania tersusun indah.

Senyum cerah Vania, tatapan matanya yang berbinar, juga momen mereka berdua saat liburan ke Bali saat anniversary pertama semuanya masih utuh, seolah waktu berhenti di masa itu. Ada juga lukisan Vania yang ia buat dengan tangannya sendiri, ekspresi bahagia istrinya dulu tertangkap abadi di atas kanvas.

Arvenzo terdiam, langkahnya terasa berat. Ia mendekat, mengangkat satu bingkai foto Vania yang tertawa lepas. Dadanya bergemuruh.

“Vania,” suaranya lirih, hampir tak terdengar. “Apa aku harus benar-benar melupakanmu? Apa aku tega meninggalkan semua ini? Kenangan kita, tawa kamu, semua janji yang dulu kita buat.”

Matanya menutup erat, seakan mencoba menahan air mata yang siap jatuh. Bayangan mimpinya saat koma waktu itu kembali datang sosok Vania, lembut, menatapnya dengan damai, meminta agar ia tidak terus terjebak.

“Kamu bilang aku harus melanjutkan hidupku, kan?” gumamnya pelan. “Kamu benar, Van. Hidup nggak berhenti waktu kamu pergi. Tapi jujur sampai detik ini aku masih bimbang. Aku takut kalau aku membuka hati lagi, itu bukan karena aku siap, tapi cuma karena aku kesepian.”

Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. “Aku takut malah menjadikan Velora sebagai pelampiasan. Dan itu akan menyakitinya. Dia nggak pantas disakiti. Dia terlalu tulus, terlalu sabar bahkan sejak aku di rumah sakit, dia selalu ada di sampingku. Dia nggak pernah pergi.”

Arvenzo menatap satu foto besar Vania tersenyum manis, hatinya bergetar. “Tapi aku juga nggak bisa terus gini, Van. Aku tahu kamu nggak mau lihat aku hidup dengan hati yang tertutup rapat selamanya... dan entah gimana caranya, Velora berhasil bikin tembok di hatiku sedikit demi sedikit retak.”

Ia menarik napas panjang, suaranya bergetar tapi tegas. “Mungkin aku harus coba, Van. Mungkin aku harus belajar membuka hati untuk Velora. Bukan untuk menggantikan kamu, tapi karena dia memang pantas dicintai.”

Kepalanya menunduk, jemarinya mengusap bingkai foto seakan membelai wajah Vania. “Doain aku, ya. Doain aku bisa ngejalanin ini tanpa nyakitin siapa pun. Aku janji kalau suatu hari aku benar-benar bisa mencintai Velora, itu karena aku memilihnya dari hatiku sendiri. Bukan karena atas dasar saran darimu saat di mimpi itu.”

Hening menyelimuti ruangan. Hanya suara jam dinding yang berdetak pelan. Arvenzo berdiri cukup lama, membiarkan perasaan itu bergulat di dadanya. Sampai akhirnya ia melangkah mundur, perlahan menutup pintu ruangan itu dengan berat hati.

Sebelum benar-benar tertutup, ia berbisik sekali lagi. “Selamat malam, Vania. Terima kasih sudah pernah mencintaiku. Sekarang, biarkan aku belajar mencintai lagi.”

Pintu menutup rapat. Arvenzo berdiri sejenak di lorong, menghela napas panjang. Di balik rasa rindu yang tak akan pernah hilang, ada tekad baru untuk memberi kesempatan pada hatinya sendiri, dan pada Velora yang kini menunggunya di sisi lain pintu kamar.

...****************...

Pagi itu sinar matahari masuk lembut melalui celah tirai kamar. Velora menggeliat kecil, baru saja membuka matanya setelah tidur cukup nyenyak. Namun pandangannya langsung terbelalak begitu melihat sosok Arvenzo berdiri di depan cermin, sudah rapi mengenakan kemeja kerja dan jas hitam.

“Ar?” Velora sontak bangkit dari ranjang, wajahnya panik. “Kamu mau ke mana?!”

Arvenzo menoleh sekilas, wajahnya tenang seperti biasa. Ia sedang merapikan dasi di lehernya. “Ke kantor,” jawabnya singkat.

Velora langsung turun dari ranjang, berjalan cepat menghampiri. “Ke kantor?! Kamu serius? Kamu baru lusa kemarin lho keluar dari rumah sakit. Lukamu bahkan belum kering sepenuhnya. Kamu nggak boleh terlalu banyak aktivitas!” suaranya meninggi, jelas sekali campuran antara kaget dan kesal.

Arvenzo hanya mendesah kecil, matanya menatap Velora sejenak lewat pantulan cermin. “Hari ini ada klien penting dari Jepang yang datang langsung ke perusahaan. Mereka minta bertemu denganku. Aku nggak bisa nolak.”

“Ya ampun, Ar...” Velora menekan pelipisnya, seolah tak percaya. “Kenapa kamu keras kepala sekali, sih? Kesehatanmu jauh lebih penting daripada pekerjaan. Kalau sampai lukamu terbuka lagi atau infeksinya kambuh, apa kamu siap balik ke rumah sakit?”

Arvenzo berbalik, menatap Velora dengan tatapan tegas namun lembut. “Aku tahu, Vel. Aku nggak bodoh. Aku juga nggak mau balik ke rumah sakit. Tapi pertemuan ini terlalu penting. Kalau aku nggak hadir, itu bisa bikin kesepakatan besar gagal. Dan itu menyangkut banyak orang, bukan cuma aku.”

Velora terdiam, giginya menggigit bibir bawah. Hatinya benar-benar berperang ia ingin menahan suaminya, tapi juga mengerti kalau pekerjaan Arvenzo bukan sesuatu yang bisa ditinggalkan begitu saja.

Ia menarik napas panjang, lalu berkata dengan suara lebih pelan, hampir pasrah. “Aku bener-bener nggak habis pikir sama kamu, Ar. Kamu selalu mikirin kerjaan, tapi nggak pernah mikirin diri kamu sendiri.”

Arvenzo melangkah mendekat, menyentuh bahu Velora dengan tangannya. “Aku janji, aku bakal hati-hati. Aku cuma datang, duduk, bicara, lalu pulang. Nggak ada yang berat. Tolong percaya sama aku.”

Velora menatapnya lama, kemudian menunduk pelan. “Baiklah, aku izinkan. Tapi ini dengan sangat berat hati. Jangan salahin aku kalau nanti aku marah besar kalau kamu sampai jatuh sakit lagi.”

Arvenzo tersenyum tipis, meraih tangan Velora dan menggenggamnya erat. “Aku tahu kamu khawatir. Dan terima kasih, Vel. Aku janji akan jaga diri.”

Velora menghela napas sekali lagi, lalu berjalan ke meja kecil di samping ranjang. Ia mengambil kotak obat yang sudah ia siapkan sejak kemarin, lalu menyodorkannya ke tangan Arvenzo. “Bawa ini. Jangan sampai lupa. Dan kamu harus minum setelah makan siang. Kalau sampai lupa, lukamu bakal lebih lama keringnya.”

Arvenzo menatap kotak obat itu sebentar sebelum menerimanya. “Iya, dokter Velora,” ujarnya setengah menggoda dengan senyum tipis.

Velora melotot kecil, jelas kesal sekaligus khawatir. “Aku serius, Arven. Jangan main-main! Kamu janji minum tepat waktu.”

Arvenzo mengangguk, menatapnya lembut. “Aku janji.”

Velora masih saja gelisah, tapi akhirnya ia hanya bisa menatap suaminya dalam-dalam, berharap Arvenzo benar-benar menepati perkataannya.

...****************...

Pagi itu, lobi Wardhana Group terasa tenang. Arvenzo melangkah masuk dengan jas kerja rapi, langkahnya mantap meski lukanya belum sepenuhnya pulih. Ia membawa wibawa tenang, seperti biasa, dan semua staf bisa merasakan aura profesionalnya.

Tomi berdiri di pintu lobi, tersenyum tipis. “Selamat pagi, Tuan Arvenzo. Kami sudah menunggu Tuan kembali ke kantor,” ucapnya dengan nada hormat.

Para staf yang berada di lobi berdiri rapi, menyambut kehadiran bos mereka dengan senyum hangat dan anggukan hormat. Tidak ada sorak-sorai, hanya sapaan lembut dan tatapan penuh penghargaan.

Arvenzo menatap mereka sejenak, bibirnya melengkung tipis. “Selamat pagi,” jawabnya tenang. “Terima kasih sudah menunggu. Saya menghargai kerja keras kalian selama saya absen.”

Beberapa staf membalas dengan senyum, sementara staf lainnya memberi ucapan selamat datang kembali. Arvenzo mengangguk pelan, menunjukkan rasa terima kasihnya.

Tomi berjalan di samping Arvenzo, sambi membawa tablet di tangannya. “Tuan, klien dari Jepang akan tiba sekitar pukul 11 pagi.”

Arvenzo mengangguk singkat. “Baik, pastikan semuanya siap sebelum mereka datang.”

"Baik Tuan."

1
Rahma Rain
coba Arvenzo tersenyum sedikit ke arah Velo pasti suasana nya tidak akan secanggung ini.
Rahma Rain
puji dengan kata2 yg manis dong Arvenzo. biar kehidupan rumah tangga mu nggak kaku
Nurika Hikmawati
lebih tepatnya mencoba fokus ya Vel... takut pikiranmu traveling 😂😂
Nurika Hikmawati
walopun Velora dokter di situ, tp emang boleh masuk ke dapur RS trus masak sendiri
Nurika Hikmawati
keluarga arvenzo serem juga ya, tapi Leona juga yg salah. berani bermain api, skg jadinya terbakar sendiri
mama Al
Alhamdulillah velora di terima keluarga Arvenzo
Dewi Ink
velora juga gak bakal ngebolehin, makanya dia turun tangan
Dewi Ink
hemm sepertinya lezat..kasian kalo sakit, gak doyan makanan RS
Istri Zhiguang!
Tapi setiap aku ngeliat sifat dingin Arvenzo, aku selalu keinget dia yang dulu selalu make mantan pacarnya buat nganu/Shy/ ini Arvenzo emang beneran baik dan cinta ke Velora atau cuma bermuka dua aja ya?
Istri Zhiguang!
Semoga Mama Mela gak kayak mertua lainnya yang bakal merintah menantunya sesuka hati
Istri Zhiguang!
Manggilnya langsung ayah/Facepalm/
Rosse Roo
Kiss yg kedua, tp rasanya lebih berbeda eaaa dr yg prtma🤭🤭
Rosse Roo
Aaaaa Lanjut Ar, lanjut di rumah aja. masih di RS soalnya/Facepalm/
Drezzlle
Arvenzo masih malu2 kucing /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
Maunya di suapin ya Ar
Drezzlle
enak ya punya teman yang solid gini
🌹Widianingsih,💐♥️
Deg-degan dong pastinya jantung 💓💓 Velora, sekalinya memandikan lap suaminya sendiri yang selama ini belum tau dalamnya🤪
🌹Widianingsih,💐♥️
Velora jadi nambah gelar baru nih.
Seorang dokter iya profesinya, istri statusnya sekarang jadi perawat dengan pasien suaminya sendiri🤭🤭
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
sepertinya Leona bakal hancur di tangan arvenzo. syukurin deh.
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
arvenzo kl udah marah, nyeremin juga ya Thor. untung aja dia langsung balas perbuatannya si Leona.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!