Velia diperlakukan dingin oleh suaminya, Kael setelah menikah. Belum sempat mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan dirinya malah mendapati Kael mengkhianati dirinya.
Dalam semalam, Kael menunjukkan sifat aslinya membuat Velia tak tahan dan mengakhiri hidupnya. Namun, Velia justru terbangun di masa lalu dimana dirinya belum mengenal Kael sama sekali. Apa yang akan di lakukannya pada kesempatan kedua ini? Apakah gadis itu berhasil mengubah takdir? atau justru menempuh jalan yang sama?
cr cover: https://pin.it/5RJgxu4Ex :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Akhirnya hari ini tiba. Hari dimana proyek yang ditunggu-tunggu Nara dijalankan," batin Velia. Wanita itu berjalan, menyusuri koridor. Hentakan sepatunya menggema, memenuhi setiap sudut ruangan.
Wanita itu meraih ponselnya, "Proyek ini juga yang menjadi alasan bagi Nara meninggalkan perusahaan," batinnya lagi sambil menatap kalender di telepon genggamnya. Velia menarik napas panjang kemudian mendorong pintu ruang rapat dan memasukinya.
Hari pertama proses peluncuran RE:BOOST
Matanya tertuju pada Nara yang duduk di dekat jendela. Nara melambaikan tangan dengan senyuman yang selalu ceria, memberi isyarat pada Velia untuk duduk di sebelahnya. "Kau hampir terlambat," ucap Nara pada Velia yang menghampirinya.
"Maaf, aku baru membuka undangan rapatnya tadi pagi," ujar Velia seraya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
"Dasar!" balas Nara kemudian meninju lengan wanita di sampingnya.
Tak lama kemudian, dua orang pria memasuki ruangan. Daniel dengan wajah tegas dan setelan jas biru tua, di belakangnya Kael dengan tatapan tajam yang menyoroti peserta rapat satu persatu.
"Selamat pagi, saya kurang menyukai pengantar yang panjang. Jadi kita akan langsung ke intinya, hari ini kita akan melakukan proyek peluncuran produk RE:BOOST. Dan kalian orang saya pilih ke dalam tim dan kalian juga yang akan menentukan proyek ini sukses atau gagal," ucap Daniel dengan ekspresi serius.
Sebuah logo muncul di layar dengan tiga warna, tiga varian, dan tiga kata bertuliskan Calm, Glow, and Focus.
"Minuman herbal modern yang menargetkan anak muda dan pekerja urban, campaign utama Boost Your Mood dengan deadline tiga puluh lima hari atau kurang lebih satu bulan," jelas Daniel kemudian melempar pandangan pada seluruh peserta rapat.
"Satu bulan?! Wah ...," gumam Liana dengan ekspresi antara kaget dan ingin tertawa.
Gumaman Liana rupanya tertangkap oleh telinga Daniel, "Kenapa? Terlalu panjang?" tanya Daniel dengan alis yang naik.
Liana tersentak pelan, "Tidak pak, saya hanya sedikit tertantang," jawab Liana seraya menggeleng pelan.
"Tolong doakan aku agar tidak burn out," bisik Liana pada Velia di sampingnya sambil menautkan jari-jarinya di bawah meja.
Velia tertawa kecil melihat tingkah laku rekan kerjanya itu. "Strategi konten digital akan dipegang oleh Liana, desain visual Ishac, copywriting Ray, dan riset produk Hana," jelas Daniel.
Ray menghela napas, "Copywriting? Tolong jangan berikan saya brief seperti iklan sabun lagi," sindir Ray dengan tangan yan terlipat di dada.
Dahi daniel seketika berkerut, "Kalau kamu tidak bisa membuat tagline yang bagus untuk produk ini, akan kita ganti dengan yang bisa,"
Seisi ruangan terdiam seketika, suasana semakin canggung. "Velia, kamu bagian creative support," ucap Daniel, matanya melirik ke arah Velia.
Velia mendongak, "Baik," jawabnya singkat.
Ishac mengangkat tangannya, "Apa saya boleh mengajukan permintaan?" tanya pria itu.
Daniel mengangguk pelan, "Kalau bisa jangan warna hijau daun lagi, semua brand herbal sudah seperti salad," keluh Ishac, seisi ruangan dibuat menahan tawa kecuali Daniel. Wajahnya masih serius, menjaga wibawanya sebagai seorang manager.
Daniel menghela napas, "Satu hal lagi, tiga hari dari sekarang saya ingin melihat draft konsep awal. Terserah jenisnya seperti apa selagi masih bisa dijual,"
"Kalau tidak bisa dijual?" celetuk Ishac.
"Kalian yang akan kujual ke tim HR," jawab Daniel dengan menyunggingkan senyum yang mengejek.
Tawa yang tertahan sejak tadi akhirnya pecah juga, mengisi ketegangan di ruang rapat. Rapat pertama akhirnya berakhir. Satu persatu peserta rapat meninggalkan ruangan, Velia dan Nara menjadi yang terakhir.
"Akhirnya idemu disetujui, Nara," ucap Velia menoleh ke arah wanita di sampingnya.
"Kan??? Semua orang harus tahu kenikmatan minuman herbal!" jawab Nara dengan sorot mata yang berapi-api.
Setelah menyelesaikan rapat hari itu, Velia kembali ke meja dan fokus pada komputernya. Notifikasi di sudut komputer mencuri perhatiannya.
Daniel: Kau ada rencana akhir pekan? Mau pergi ke taman ria yang baru saja buka?
Velia: Maaf, aku ada kegiatan hari itu.
"Aku harus memastikan sesuatu akhir pekan ini," batin Velia, matanya mulai berkaca-kaca. Dadanya terasa sesak ketika membayangkan hal yang ditakutinya ternyata benar.
"Setelah tujuanku terpenuhi, tolong biarkan aku tetap tinggal di sini. Di dunia ini," batin Velia sambil menatap langit biru melalui jendela.
Hari ini Velia pulang sedikit lambat, wanita itu berusaha menyelesaikan semua pekerjaannya hari itu juga. "Huh ... bagaimana ini? Aku tidak mengerti dengan bagian ini," keluh Velia, matanya fokus pada layar komputer.
Kael tiba-tiba muncul di belakangnya, membuatnya terkejut. "Kau masih di sini rupanya," sahut Kael dengan segelas kopi di tangannya.
Velia menoleh, "Sial! dia lagi," umpatnya dalam hati. Ia mencoba terlihat biasa saja dan fokus pada pekerjaannya.
"Ah rupanya bapak. Sedikit lagi saya selesai," Ucap Velia berusaha terlihat ramah.
"Yang mana?" tanya Kael dengan sengaja menunduk hingga kepalanya sejajar dengan Velia.
Velia yang merasa tidak nyaman berusaha untuk menjaga jarak dari Kael. Menyadari hal itu, Kael kemudian duduk di samping Velia. "Velia, mungkin ini terdengar aneh. Tapi sepertinya aku menyukaimu," akunya seraya meletakkan gelas kopinya di meja.
"Sayang, apa kau sudah selesai?" ucap seorang wanita yang tiba-tiba sudah ada di dalam ruangan.