Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyerahkan Diri
"Ayolah, Kanza kepada siapapun kau menjual dirimu. Kau tetap menjadi jalang mereka. Jadi, apa bedanya aku dan pria lain?"
Kanza tertegun dengan tangan mengepal erat. Daegan benar, dia akan menjadi jalang kepada siapapun termasuk jika dia menawarkan dirinya pada Daegan. Tapi, siapa tahu jika rasanya akan semenyakitkan ini saat mendengarnya dari orang lain.
Kanza menghela nafasnya. "Kamu benar. Jadi, berapa kamu akan membayarku?" putusnya.
"Menurutmu berapa harga yang pantas untukmu?" tanya Daegan membalik ucapan Kanza.
"Kamu tahu berapa yang aku butuhkan, Tuan Daegan." Pria itu bahkan tahu jika Kanza membutuhkannya untuk operasi anaknya.
Daegan mengangguk lalu berjalan mendekat ke arah Kanza. "Sebenarnya aku hanya penasaran denganmu, kau tahu seperti aku ingin merasakan menyentuhmu ..." Suara Daegan terdengar parau dan berat
Kanza menelan ludahnya kasar. Langkah kakinya mundur perlahan seiring langkah Daegan yang terus mendekat. "... lalu selesai."
Kanza terdiam. Langkahnya terhenti hingga dia merasakan tubuh Daegan benar-benar menempel padanya . "Jadi aku rasa terlalu mahal jika aku membelimu hanya untuk satu kali transaksi dengan uang yang sangat banyak."
Kanza mendongak. "Kalau begitu apa yang bisa aku lakukan agar layak untuk harga yang di tentukan?"
"Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan."
Kanza semakin bingung dengan apa yang Daegan katakan. Baru saja dia bilang hanya ingin merasakannya sekali dan selesai. Lalu sekarang dia ingin memiliki kesepakatan yang justru akan mengikatnya dan merasakannya berkali-kali. Pria brengsek tetap saja brengsek.
"Apa itu?" Tak peduli dengan apapun keinginan Daegan yang Kanza inginkan hanyalah dia segera memiliki uang untuk operasi anaknya.
"Kau akan datang setiap kali aku membutuhkan."
Kanza mengangguk. "Sampai berapa lama?"
"Sampai aku bosan."
Kanza terkekeh. "Jadi, bagaimana kalau kamu tidak pernah bosan. Aku harus tetap bertahan bahkan meski dihitung hargaku sudah murah?"
"Aku bisa menambah uangnya jika begitu. Lagipula kenapa kamu berpikir aku tidak akan pernah bosan. Aku sudah bilang aku hanya penasaran." Daegan menyampirkan rambut Kanza yang sedikit berantakan.
"Karena hanya aku yang membuatmu bergairah?" kali ini Daegan tertegun. Daegan merenggangkan tubuhnya hingga Kanza bisa sedikit bernafas.
Daegan menyeringai. "Kamu meremehkan aku?"
"Jika tidak, kenapa kamu tidak tertarik pada istrimu yang sudah jelas begitu cantik, bahkan sangat seksii?"
Daegan mendengus. "Aku hanya tak suka wanita yang sudah di sentuh pria lain."
"Apa bedanya denganku? Kamu lupa, aku bahkan sudah memiliki anak sekarang?"
Kanza benar. Daegan pun tak mengerti. Entah kenapa saat melihat Deby dia bisa semuak itu hanya karena dia suka bermain pria, tapi Kanza dia justru tak merasa jijik ketika tahu Kanza telah di nodai bukan oleh kekasihnya sendiri. Perasan menggebu itu bahkan masih terasa hingga kini, andai dia tak melihat kondisi Kanza saat ini, dia pasti akan segera menerjangnya saat Kanza menyetujui kesepakatannya.
Daegan mengangguk. "Baiklah. Untuk kesepakatan awal aku akan berikan sesuai biaya operasi anakmu, berikut perawatan pasca operasi hingga sembuh." Kanza tertegun. Biaya operasi saja sudah mahal, dan dia tidak terpikirkan tentang perawatan pasca operasi anaknya. Dia berpikir untuk mencari pekerjaan untuk perawatan lanjutan. Tapi Daegan bersedia menanggung semuanya.
"Sebagai timbal balik kau akan melayaniku selama aku menginginkannya. Jika aku belum bisa melepaskanmu dalam waktu yang di tentukan aku akan menambah jumlah uangnya dan kau harus tetap mau." Daegan mengulurkan tangannya kepada Kanza.
Kanza memejamkan matanya lalu menyambut uluran tangan Daegan.
"Kalau begitu kau ingin memulainya sekarang?" tanya Kanza. Dia akan menyiapkan mentalnya jika Daegan benar-benar menginginkannya sekarang juga.
Daegan mendengus dan menunduk menekan layar ponselnya. "Aku tidak sekejam itu. Lagi pula aku tidak mau bercinta dengan orang yang sakit. Fokus untuk menyembuhkan dirimu. Setelah itu barulah datang padaku ... ah, dan satu lagi selama melakukan kesepakatan ini kamu dilarang memiliki hubungan dengan pria lain. Aku tidak suka berbagi wanita dengan pria lain." Daegan menunjukkan ponselnya.
"Uang sudah terkirim. Kau boleh pergi."
....
Kanza mendudukkan dirinya di sebelah Mia. Mereka sedang menunggu jalannya operasi. Setelah Kanza menyetor sejumlah uang yang di tentukan oleh rumah sakit operasi langsung dilakukan. Benar-benar kekuatan uang. Setelah operasi di jadwalkan Kanza melihat Tarran datang. Pria itu bilang dia diminta Daegan untuk memastikan dokter yang melakukan operasi adalah dokter terbaik.
Pria itu sungguh peduli?
"Maaf," ucap Kanza memecah keheningan.
"Maaf untuk apa?" Mia berucap tanpa menoleh, dan Kanza tahu Mia masih kesal karena Kanza tidak mendengarkannya.
"Karena mungkin aku bukan Kanza yang dulu. Dan karena aku tidak mendengarkan kamu." Ya, Kanza yang sekarang benar-benar melakukan apapun demi uang. Lebih tepatnya demi anaknya.
"Kenapa harus minta maaf. Lagipula aku juga tidak bisa melakukan apapun untukmu. Aku hanya bisa mendukungmu. Sebagai sahabat aku bahkan merasa tidak berguna karena tidak bisa menolongmu." Kanza menggeleng.
"Selama ini hanya kamu yang selalu ada untukku, Mia. Aku sangat bersyukur karena aku tidak sendiri." Kanza memeluk Mia dengan menangis. "Aku hanya tak tahu harus bagaimana. Jadi aku memilih membelokkan jalanku."
Mia ikut menangis. "Apapun yang terjadi aku akan selalu ada untukmu." Kanza mengangguk.
"Aku tahu, terimakasih."
Sepanjang jalannya operasi Kanza dan Mia saling menggenggam dan berusaha saling menguatkan.
"Hm, kamu sudah memikirkan nama untuk keponakanku?" tanya Mia memulai kembali percakapan setelah beberapa saat hening kembali.
Kanza tersenyum kecil. "Sebenarnya sudah terpikir sebelumnya. Tapi, terlupakan karena masalah ini."
"Apa?"
"Menurutmu bagaimana dengan Bill Hudson?"
"Tidak ada Odelia di belakangnya?" tanya Mia, mengingat itu juga adalah nana belakang Kanza.
Kanza mendengus. "Odelia sudah mati. Aku bahkan ingin menghapus nama itu di belakangku."
Mia terkekeh. "Baiklah. Lalu apa artinya?"
"Pelindung yang berkeinginan kuat..."
.....
berantem2 yg manis..🤭
semangat💪🏻
makin seru aja bikin penasaran kelanjutanya🥰