NovelToon NovelToon
THE MASK OF SILENCE

THE MASK OF SILENCE

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Akademi Sihir
Popularitas:379
Nilai: 5
Nama Author: MishiSukki

Di balik reruntuhan peradaban sihir, sebuah nama perlahan membangkitkan ketakutan dan kekaguman—Noir, sang kutukan berjalan.

Ditinggalkan oleh takdir, dihantui masa lalu kelam, dan diburu oleh faksi kekuasaan dari segala penjuru, Noir melangkah tanpa ragu di antara bayang-bayang politik istana, misteri sihir terlarang, dan lorong-lorong kematian yang menyimpan rahasia kuno dunia.

Dengan sihir kegelapan yang tak lazim, senyuman dingin, dan mata yang menembus kepalsuan dunia, Noir bukan hanya bertahan. Ia merancang. Mengguncang. Menghancurkan.

Ketika kepercayaan menjadi racun, dan kesetiaan hanya bayang semu… Siapa yang akan bertahan dalam permainan kekuasaan yang menjilat api neraka?

Ini bukan kisah tentang pahlawan. Ini kisah tentang seorang pengatur takdir. Tentang Noir. Tentang sang Joker dari dunia sihir dan pedang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MishiSukki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Bertahan Hidup dalam Kebencian

Noir berjalan tertatih-tatih, tubuhnya terasa berat dan lelah, seperti seluruh dunia menekan ke arahnya. Langkahnya terseok-seok, kaki yang hampir tak kuat lagi mendukung tubuhnya yang penuh luka dan kesakitan. Setiap langkahnya membawa beban lebih dari sekadar rasa sakit fisik—itu adalah keputusasaan yang semakin dalam.

Saat akhirnya ia sampai di rumahnya yang sederhana dan kumuh, ia tidak berhenti untuk beristirahat. Tubuhnya yang penuh luka itu langsung melangkah masuk ke dalam ruang kecil itu. Tanpa suara, Noir menutup pintu, merapatkannya dengan tangan gemetar.

Ia menatap sejenak ruang yang sudah terlalu banyak menyaksikan kesendiriannya. Tak ada yang peduli padanya. Tak ada yang mengkhawatirkan keadaannya.

Noir mengeluarkan bungkusan yang ia sembunyikan di balik bajunya—bungkusan sisa daging dan remah roti yang berhasil ia dapatkan dari sampah para murid. Dengan tangan yang gemetar, ia membuka bungkusan itu, mengeluarkan potongan-potongan daging yang masih cukup layak dimakan meski sudah kotor dan berbau sedikit.

Tanpa rasa malu atau repot-repot membersihkan, Noir langsung menggigitnya. Ia makan dengan lahap, seperti orang yang tidak pernah melihat makanan dalam waktu yang lama. Setiap gigitan terasa seperti pemberian hidup yang langka, meskipun itu hanyalah sisa makanan yang dibuang oleh orang lain.

Daging yang keras dan roti yang sudah hampir basi, Noir tidak peduli. Ia memakannya dengan kecepatan dan kebutuhan yang mendalam. Rasanya tidak penting—yang penting adalah kenyang, karena untuknya, itu adalah hal terpenting saat ini.

Keringat dingin menetes dari dahinya, dan napasnya terengah-engah. Ia merasakan kebodohan dunia ini semakin nyata. Ia makan dengan rasa malu yang tidak bisa ia sembunyikan, tetapi ia tidak punya pilihan. Saat perutnya penuh, meski dengan makanan kotor, ia merasakan sedikit kelegaan, meskipun hanya sementara.

Tak lama setelah itu, ia terjatuh ke lantai, tubuhnya kelelahan, terbaring dengan perut kenyang dan tubuh yang rapuh. Terkadang, bertahan hidup berarti harus merendahkan diri. Tetapi Noir tahu—ia tidak akan pernah menyerah.

Tahun demi tahun berlalu dengan cepat. Waktu tidak pernah menunggu siapa pun, bahkan mereka yang paling lemah sekalipun. Noir, yang kini berusia 13 tahun, telah melewati banyak hal—baik dan buruk, suka dan duka, kekalahan dan keputusasaan.

Setiap harinya, dunia hanya memberi sedikit kesempatan untuk bernapas, dan Noir berjuang untuk tetap hidup, meskipun rasanya kadang tak ada lagi alasan untuk bertahan.

Kehidupan di akademi tetap tidak berubah. Ia masih bekerja sebagai pemungut sampah, pekerjaan yang selalu dianggap hina oleh mereka yang berkuasa. Setiap pagi ia mengais-ngais sisa makanan yang dibuang begitu saja—roti keras, potongan daging basi, atau buah-buahan yang sudah terlalu lama tergeletak.

Kemudian melayani penjaga, menerima bully dan kekerasan dari murid akademi. Tubuhnya semakin kurus, tapi matanya, yang dulunya cerah dan penuh harapan, kini mulai tampak lebih gelap, lebih lelah. Setiap hari terasa seperti pergulatan untuk mempertahankan sisa-sisa dirinya yang hampir habis.

Terkadang ia bertanya-tanya, apakah ini benar-benar kehidupan yang harus dijalani? Apakah ini memang takdirnya? Namun, ia tahu jawabannya. Tidak ada yang peduli padanya, tak ada yang akan menolong. Dunia ini mengabaikan mereka yang lemah dan miskin—dan Noir, yang telah begitu lama terbuang, merasa tak ada tempat lain untuk pergi.

Meski begitu, ada satu hal yang masih menyala dalam dirinya—sebuah api kecil yang tak bisa padam, meskipun angin begitu kencang menerpa. Ia masih ingin melawan, meskipun rasanya itu tak akan membawa perubahan besar. Di usia 13 tahun, Noir mulai merasakan perubahan dalam dirinya.

Dulu, ia hanya anak kecil yang bingung tentang dunia yang keras dan penuh kebohongan ini. Namun sekarang, ia mulai memahami sesuatu yang lebih gelap—bahwa dunia ini memang tidak peduli pada mereka yang lemah. Tapi itu tidak berarti ia harus menyerah.

Noir tidak akan menyerah. Mungkin ia tidak tahu apa yang akan datang, atau bagaimana ia bisa keluar dari kehidupannya yang penuh penderitaan ini, tapi satu hal yang pasti: ia tidak akan terhanyut dalam kebodohan dan keputusasaan. Jika dunia ini memang kejam, ia akan belajar untuk menjadi lebih keras.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!