NovelToon NovelToon
Kekasih Cadangan

Kekasih Cadangan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: ScorpioGirls

Aleena seorang gadis muda yang ceria dan penuh warna. Dia memiliki kepribadian yang positif dan selalu mencoba melihat sisi baik dari setiap situasi. Namun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya meninggal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sandaran dan sumber kekuatan, menikah lagi dengan wanita lain, membuat Aleena merasa kehilangan, kesepian, dan tidak dihargai.

Pertemuan dengan Axel membawa perubahan besar dalam hidup Aleena. Axel adalah seorang pria yang tampaknya bisa mengerti dan memahami Aleena, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Namun, di balik hubungan yang semakin dekat, Aleena menemukan kenyataan pahit bahwa Axel sudah menikah. Ini membuat Aleena harus menghadapi konflik batin dan memilih antara mengikuti hatinya atau menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan.

Yuk simak kisah mereka....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScorpioGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seperti Pelakor Handal

Clara melangkah mendekat ke sumber suara, dengan penuh rasa ingin tahu. "Siapa di sana?" ujanya.

"Gawat," gumam Marcel merasa cemas.

"Itu kucing, ya, kucing nakal," sahut Marcel dengan cepat.

Clara mengerutkan keningnya, penasaran. "Kucing? Kenapa bisa ada kucing di kantor?"

"Oh, itu kucing milik salah satu karyawan di sini. Bos Axel sengaja mengurungnya di kamar karena kucing itu selalu mengganggu," jawab Marcel dengan sedikit tergesa-gesa. Sedangkan Clara mengangguk mengerti, meskipun, dia masih penasaran.

'Dasar, Bos Bucin," gerutu Marcel dalam hati.

Setelah beberapa menit, Clara menawarkan makan siang untuk Marcel. "Cel, mau makan nggak? Aku memang sengaja membawa cukup banyak," katanya dengan senyum.

"Boleh," Marcel mengangguk. 'Tidak apalah, Bos kan juga kenyang. Selama bersama ayang, dia kan bucin,' Marcel tersenyum dalam hati.

Sementara itu, Aleena di dalam ruangan sudah merasa gelisah. "Ini sih, gara-gara Kak Axel yang membawaku kesini, aku jadi kelaparan," oceh Aleena, merasa kesal dengan Axel.

Axel bukannya merasa bersalah, dia malah tersenyum. "Setelah dia pulang, kamu makan sepuasnya. Aku yang traktir," katanya dengan nada yang santai.

Aleena menghela nafas, semakin kesal dengan Axel. "Dia tidak akan pulang, kalau Kak Axel belum menemuinya," katanya dengan nada yang tegas.

Axel berdiri dan mengintip Clara dan Marcel di sela-sela jendela. "Enak banget dia, bisa makan bersama," gerutu Axel, matanya sedikit berkerut.

Aleena yang penasaran ikut melihat, dan dia bisa melihat Clara yang sedang makan dengan Marcel sambil mengobrol dan tertawa ringan. "Kak Axel, cemburu? Hmm, wajar sih, aku pun cemburu," katanya dengan nada yang penasaran.

Axel memutar tubuh Aleena dengan sedikit kasar, membuatnya terkejut. "Apa bagusnya dia dibandingkan dengan aku?" tanya Axel dengan tatapan mata yang tajam.

"Kak Axel kenapa?"

"Aku tidak suka, kamu cemburu sama mereka," akui Axel.

Aleena tertawa terbahak-bahak, tapi Axel dengan sigap menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Kamu mau ketahuan," bisik Axel.

"Cel, kamu dengar tidak?" tanya Clara yang ingin memastikan. Dia samar-samar mendengar suara orang tertawa.

"Dengar apa?" tanya Marcel, walaupun dia mendengarnya, tapi dia pura-pura tidak tahu.

'Dasar pasangan aneh,' gerutu Marcel dalam hati.

"Suara orang ketawa, kok, aku bergidik ngeri, ya?" kata Clara dengan nada yang penasaran.

"Serius? Oh itu, memang kadang ada suara seperti itu. Tapi, sebenarnya itu bukan suara orang ketawa sungguhan. Hanya penghuni asli disini, abaikan saja," jelas Marcel sesantai mungkin sambil mengelap tangannya dengan tisu. Kini mereka sudah selesai makan.

"Penghuni asli?" Clara sudah merinding.

"Iya, dia memang kadang datang tiba-tiba saat ada pengunjung baru disini," jawab Marcel dengan nada yang santai.

"Oh, gitu," Clara mengangguk mengerti sambil membereskan barang-barangnya. "Aku pulang dulu, ya. Aku titip ini buat Axel," ucapnya menyerahkan rantang.

Marcel mengangguk. "Baik,"

Sementara itu, di ruangan lain, Axel masih memegang tangan Aleena dengan erat. "Aku tidak suka kamu berbicara tentang dia seperti itu," katanya dengan nada yang dingin.

Aleena tersenyum dan memandang Axel dengan mata yang berbinar. "Kak Axel, kamu cemburu," katanya dengan nada yang riang.

"Iya," akuinya.

Aleena tertawa dan memeluk Axel. "Kak Axel, kamu memang lucu," katanya dengan nada yang riang.

"Aku tidak lucu," katanya dengan nada yang dingin.

Tiba-tiba Marcel mengetuk pintu dan Axel membukanya.

"Bos, Ibu Clara sudah pergi," jelas Marcel. Sedangkan Axel mengangguk mengerti.

"Aku mau cari makan dulu," ujar Aleena berjalan keluar mendahului Axel.

Tapi, Axel mencegahnya dengan meraih tangannya. "Biar Marcel yang pesan, kita makan disini, aja." bujuk Axel.

"Hmm, baiklah. Tapi, Kak Marcel panggil Chika juga kesini,"

"Siap, Bu Bos," patuh Marcel.

Sedangkan di luar, Clara masih berdiri, hatinya penuh dengan rasa penasaran dan kekecewaan. Apakah Axel benar-benar tidak ada di perusahaan atau hanya ingin menghindarinya? Dia mencoba menguping, dan benar saja, dia bisa mendengar suara-suara yang sedang mengobrol di dalam ruangan.

Clara merasa semakin penasaran, dan dia mencoba membuka sedikit pintu ruangan dengan pelan. Saat dia melihat ke dalam, hatinya langsung hancur berkeping-keping. Sosok Axel sedang dirangkul dengan manja oleh seorang wanita, darahnya terasa membeku, kakinya lemas, dan dia merasa seperti tidak bisa bernapas. Dia ingin masuk dan menghadapi Axel, tapi dia juga tidak punya keberanian. Mengingat Axel memang tidak pernah melihatnya sedikitpun, Clara merasa seperti tidak ada artinya. Namun, dia tidak ingin menyerah. Dia akan tetap berusaha agar Axel bisa melihat kepadanya.

Dia pun menutup kembali pintu dengan pelan, Lalu mengusap air matanya dengan kasar. Kemudian pergi sana.

Setelah beberapa menit, Chika datang keruang CEO atas instruksi Marcel. Dia pun mengetuk pintu dan masuk setelah di persilahkan masuk.

"Siang, Tuan memanggil saya?" tanya Chika dengan sopan. Sedangkan Aleena yang duduk di kursi CEO tersenyum kemenangan. Saat ini Chika tidak bisa melihatnya, karna dia membelakangi.

"Benar," jawab Aleena menirukan suara laki-laki.

Chika sangat mengenali suara itu, dia pun melangkah dan memutar kursi. Dan benar saja, Aleena sahabat terbaiknya. "Loh, Al. Tuan CEO kemana? Kok kamu bisa duduk disini? Apa dia ganteng? Gantengan mana, dia atau om Tampan'mu dengan Revan?"

Aleena mengisyaratkan Chika untuk berhenti bicara dengan menaruh telunjuknya di depan mulut. Namun, Chika tidak menghiraukannya.

"Al, sebenarnya kamu itu suka sama Revan atau Kak Axel?"

Pertanyaan Chika berhasil membuat Axel menahan badan, menajamkan pendengaran, penasaran jawaban apa yang akan diberikan Aleena. Ya, Chika tidak melihat Axel dan Marcel yang duduk di sofa membelakanginya.

"Chi...Ka.." tegur Aleena.

"Aku yakin, kamu pasti bimbang. Antara Kak Axel dan Revan. Secara mereka kan dingin dan kaku. Tapi, penyayang dan perhatian. Kamu pasti suka dua...."

"Chi.. Kha..." tegur Aleena sambil membungkam mulut Chika yang suka keceplosan.

Axel merasa kesal dan cemburu saat mendengar nama Revan disebut-sebut. Dia tidak suka jika ada orang lain yang dianggap lebih penting oleh orang yang dia pedulikan. Marcel tersenyum kecil melihat reaksi Axel, dia tahu bahwa Axel sedang merasa cemburu.

"Aku lebih suka yang single," jawab Aleena.

Axel berdiri dengan emosi membara, "Pergi!" teriaknya. Marcel, Chika dan Aleena bergegas ingin keluar, tapi Aleena dicegah oleh Axel. Axel menarik tubuh Aleena menempel pada tubuhnya.

"Kenapa tidak suka dengan pria beristri? Hmm, apa kamu kira, aku sering tidur dengannya?" Axel bertanya dengan nada yang kasar.

Aleena terkekeh, "Kak Axel, kenapa marah. Kak Axel mau tidur dengannya atau tidak. Itu bukan urusanku, kalian kan suami-istri," jawab Aleena dengan nada yang santai.

Axel melepaskan tubuh Aleena dia merasa tambah kesal dan mengusap wajahnya dengan kasar, lalu memilih memandang ke arah luar jendela. Aleena memperhatikan reaksi Axel dengan rasa penasaran, tapi tidak menunjukkan ketakutan.

"Kalau kamu memilih dia, jangan harap, kalian akan bahagia," katanya dengan nada yang dingin.

Aleena tersenyum lebar, "Kebahagiaan itu hadir dari kita sendiri yang menciptakannya, bukan dari orang lain," katanya dengan nada yang bijak.

"Keluar!" titah Axel dengan nada yang tegas.

Aleena tidak menunjukkan ketakutan, dia hanya tersenyum dan berjalan menuju pintu.

"Brengsek!" murka Axel, dia tidak bisa menahan amarahnya lagi. Dia meninju meja dengan keras, membuat barang-barang di atasnya berjatuhan.

Aleena berdiri di luar ruangan, merasa sedikit bersalah atas reaksi Axel. Tapi, dia juga berpikir bahwa mungkin dengan cara ini Axel akan menjauhinya. Aleena mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya.

"Meski berat, aku hanya ingin melihat sejauh mana Axel akan bertahan padaku," kata Aleena pada dirinya sendiri, dengan mata yang sedikit berbinar.

Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi dia siap untuk menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Aleena berharap bahwa Axel akan menyadari perasaannya yang sebenarnya, atau mungkin dia akan menyerah dan menjauhinya. Apa pun itu, Aleena siap untuk menghadapi hasilnya.

1
iqbal nasution
oke
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜: Terima kasih, Kak, sudah mampir.🤩
total 1 replies
Merica Bubuk
Hadir thor...
Gaskeun 🔥🔥
🎧✏📖: semangat
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜: Makasih, Kak...
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!