Aylin Buana pergi ke klub malam untuk pertama kalinya karena ajakan dari sahabatnya setelah dia melihat tunangannya berciuman dengan seorang wanita di ruang kerja. Di meja bar ada seorang pria botak yang tertarik akan kecantikannya Aylin dan memasukkan obat ke minumannya Aylin. Namun, ada seorang pria ganteng yang berhasil menyelamatkan Aylin dari niat busuk pria botak hidung belang itu. Keesokan harinya Aylin membuka mata dan menemukan dirinya tidur di atas lengan kokoh dan dirinya memakai jubah mandi lalu dia bersitatap dengan senyuman seorang cowok ganteng. Aylin awalnya benci dengan cowok ganteng itu tapi kemudian menjalin kasih dengan cowok ganteng itu. Sayangnya pada akhirnya mereka berpisah karena ego masing-masing. Lalu Aylin dinikahkan dengan cowok pilihan mamanya. Aylin memiliki suami yang sempurna. Namun, Aylin tidak bahagia. Aylin selalu merindukan mantannya, si cowok ganteng itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa
Aylin terpaksa mau masuk ke mobilnya Gionatan karena dia tidak tahu di mana rumah Tamara yang baru dan dia tidak tahu di mana mobilnya.
Aylin menoleh ke kaca jendela mobil mewahnya Gionatan dan memilih untuk diam seribu bahasa.
Gionatan melirik Aylin lalu mengarahkan pandangannya kembali ke depan sambil bertanya, "Kamu nggak lapar, Ay? Aku lapar banget nih. Kita makan dulu, ya?! Kamu punya maag, kan? Kalau kumat sakit banget, kan, Ay?"
"Lebih sakit perlakuan kamu ke aku" Aylin menoleh tajam ke Gionatan.
Gionatan menghela napas panjang. Lalu dia berkata, "Katakan apa yang bisa aku lakukan agar kamu bisa memaafkan semua kesalahan aku ke kamu, Ay?" Gionatan menoleh sekilas ke Aylin dengan wajah lesu dan sedih.
"Tidak usah lakukan apapun! Itu tidak penting lagi" Aylin kembali menatap kaca jendela mobil mewahnya Gionatan.
"Apa benar sudah tidak ada rasa apapun untuk aku di hati kamu, Ay?"
Aylin kembali menoleh tajam ke Gionatan, "Lupakan semuanya! Lupakan juga soal semalam! Jangan cerita ke siapa pun soal semalam karena aku tidak ingin terjadi masalah dengan suamiku yang bisa berujung pada perceraian"
Glek! Gionatan sontak menelan kasar air liurnya. Lalu pria tampan itu menghela napas panjang dan berkata, "Aku akan pastikan kamu tidak akan pernah bercerai dengan suami kamu kalau itu bisa membuat kamu senang dan bahagia, Ay"
"Terima kasih" Sahut Aylin singkat dan perempuan cantik itu kembali menatap kaca jendela mobil mewahnya Gionatan.
Gionatan menghela napas panjang dan berkata perih di dalam hatinya, meskipun itu membuatku sedih dan hatiku perih banget, Ay.
Theo sontak bersimpuh di lantai dengan bungkuk melengkung lesu dan wajah tertunduk sedih.
Melihat saudara kandungnya terlihat sangat rapuh, Bened berdiri lalu bersedekap dan berkata dengan wajah dingin, "Kita ini mafia. Keluarga adalah nomer satu. The Colombo adalah nomer satu. Harusnya kamu juga begitu. Menjadikan The Colombo prioritas di hidupmu"
"Aku juga begitu. The Colombo nomer satu di hidupku" Sahut Leo.
Theo mendongak lalu menatap saudara kandungnya secara bergantian. Pria tampan itu kemudian berdiri dengan perlahan sembari berpegangan pada kaki sofa berbeludru. Pria tampan dan gagah itu kemudian menghela napas panjang lalu berkata dengan wajah sedih, sangat sedih, "Aku memiliki dua keluarga saat ini. Semuanya prioritas bagiku. Aku ingin keluar dari The Colombo bukan karena aku tidak memikirkan The Colombo lagi. Aku tetap memikirkan The Colombo. Buktinya, aku menyelesaikan semua tanggung jawabku di The Colombo dan aku tidak akan melaporkan The Colombo setelah aku keluar dari........"
"Aku tidak mau dengar alasan apapun!" Geram Bened. "Kamu tidak bisa keluar dari The Colombo sampai kapan pun. Kamu memiliki banyak kelemahan saat ini jadi jangan macam-macam!"
Theo mengembuskan napas kasar lalu dia berbalik badan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun kemudian pria tampan itu melangkah lebar meninggalkan Bened dan Leo.
"Jangan kejar dia! Biarkan dia berpikir jernih!" Cegah Bened saat Leo ingin mengejar Theo.
Leo menoleh ke Bened dengan tatapan tidak setuju, "Tapi dia bisa lari dan......"
"Dia tidak akan lari!" Tegas Bened dan Leo hanya bisa menghela napas panjang menuruti perintah kakaknya.
Theo memilih memesan taksi online untuk pulang karena dia tidak ingin mencari mobilnya. Dia tidak ingin teringat kembali dengan asisten pribadinya yang sudah mati dibunuh oleh The Colombo.
Theo bersyukur karena telepon genggam dan dompetnya masih ada di saku celananya sehingga dia bisa menelepon taksi online.
Theo menyandarkan kepalanya di sandaran jok mobil dan mulai membiarkan pikirannya berisik mencari jalan keluar agar dia bisa membebaskan keluarganya kecilnya dari intaian maut The Colombo di saat dirinya sudah tidak punya siapa-siapa lagi untuk dia percayai.
"Sepertinya aku harus minta tolong sama pria itu. Terpaksa, sih, tapi harus aku lakukan demi Aylin dan Langit" Gumam Theo sambil meraup kasar wajah tampannya.
