Warning!!!
Disarankan agar cerita menyambung, silahkan baca novelku sebelumnya berjudul Broken Heart!!!
Bertahun tahun mencintai orang yang sama, namun ternyata orang itu menikahi orang lain, dia berusaha untuk bisa membuat rasa cintanya layu
Namun apalah daya, rasa cinta itu tetap ada. Walaupun sekeras apapun dia berusaha melupakannya tetap saja rasa cinta tidak hilang
Hingga akhirnya sebuah fakta yang membuatnya berubah pikiran.
follow igku: Anaputri8711
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Natasyatia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cincin
"Ya aku tidak sepikun itu bang, kau pikir aku ini seorang kakek kakek?" protes Zavier.
Leon tertawa melihatnya, "Jangan merajuk, nanti cepat tua" celetuk Leon, Zavier bersedekap dada melihat Leon yang mulai sifat absurd nya.
"Ah, sudahlah aku akan berolahraga, kau juga bang Jangan lupa berolahraga. Jangan sampai kau gemuk tidak jelas karena tidak berolahraga" wajah tengil Leon langsung berubah menjadi kesal.
"Aku selalu berolahraga, kau saja yang tidak pernah melihatnya, huh "
"Buset wajahnya begitu cepat berubah" Zavier sampai terkejut melihatnya.
"Iya iya bang maaf" saat melihat tatapan penuh kekesalan terhadap Zavier.
Leon langsung kembali tertidur, sedangkan Zavier berolahraga, untuk menjaga tubuhnya. Bertujuan agar dirinya tidak terlalu gemuk.
"Sayang, kamu benar tidak ingin ikut?" Tanya Elenna.
"Tidak mommy. Bukankah mereka semua melarangku untuk bertemu dengannya, Aku hanya akan mengukurnya saja nanti aku akan beri tahu, kepada mommy berapa ukuranku" tutur Zavier.
"Baiklah, mommy akan shopping hari ini bersama dengan Zea" Elenna mengejek Zavier.
"Ck, Astaga mommy, aku juga akan menikah Aku tidak mungkin iri kepada mommy, karena nanti aku yang akan banyak memeluknya, menciumnya, mengajaknya jalan jalan, bukan mommy" santai Zavier.
Elenna juga berolahraga, karena dengan alasan yang sama dengan Zavier, dia juga ingin menjaga wajahnya agar tidak mudah tua.
"Bagaimana keadaan abangmu?" papar Elenna. "Abang sudah lebih baik, karena sudah meminum jus tomat, dia berkata ingin beristirahat saja."
"Biarkan lah mommy, mungkin dengan begitu kakinya akan bisa di gerakan kembali" tutur Zavier, "Baiklah"
...****************...
"Ayah, Jangan buka toko yah, karena 3 hari lagi aku akan menikah, Ayah harus istirahat, Ayah tidak boleh kelelahan. Nanti Ayah akan sakit" Zea kebingungan karena Raka kekeuh untuk membuka warungnya.
"Nak, Ayah hanya ingin membuka toko, yang mungkin Ayah akan meninggal nanti, Ayah merasa tenang karena telah membuka warung. Dan membiarkan mereka untuk tetap membeli di warung.
"Ayah tidak boleh berkata seperti itu, bukankah Ayah mengakatakan akan menikahkan aku dengan Zavier?" Mata Zea berkaca kaca karena Ayahnya mengakatakan akan meninggalkan dunia.
"Zea hanya punya ayah, Ayah Jangan pergi, Zea hanya punya Ayah, Ayah juga hanya punya Zea di dunia. Kalau Ayah pergi dunia Zea akan pergi juga"
"Jangan seperti itu nak, kamu kan akan menikah?"
"Iya menikah, tetapi bagaimana aku bisa tenang jika aku hanya sendiri? Aku hanya memiliki Ayah yang memberi banyak pelajaran hidup, bahkan aku banyak belajar dengan Ayah. Ayah harus bertahan, apakah ayah tidak ingin melihat cucu ayah nanti?"
Zea memohon, agar Raka tetap bertahan, setidaknya Raka bertahan hingga Zea memiliki anak.
"Apakah Ayah tidak ingin di sebut dengan sebutan Kakek?" Raka menangkup pipi gembul Zea. "Sayang Ayah tidak tahu, kapan Ayah pergi yang Ayah pikirkan saat ini, semoga Ayah bisa menikahkan kamu dengan Zavier. Itu saja Zavier juga anak yang baik, jangan bilang tidak bisa ....
"Bismillah sayang, jangan putus asa, kalau kamu sedih. Datanglah ke makam Ayah, atau datang kembali ke rumah ini, jangan pernah jual rumah ini. Karena rumah ini adalah rumah kita, Rumah ini adalah saksi di mana ibu dan Ayah membesarkan dan merawat kamu. Ayah hanya berpesan itu saja, dan jangan lupa rawatlah rumah ini sebagaimana kamu biasanya"
Zea menangis mendengarnya, karena benar walaupun rumah ini sudah tidak cantik seperti pada masanya, tetap saja menyimpan banyak kenangan tentang hidupnya.
"Baik Ayah" Akhirnya mau tak mau Zea menerima dengan lapang dada.
"Kamu anak hebat, Ayah akan semakin banyak mendoakan kamu. Kalau Ibu kangen Ayah, Ayah harus pergi, kamu harus bisa mandiri disini" pesan Raka.
Zea bingung bagaimana caranya, agar Raka tidak mengatakan hal tersebut lagi. Dan Raka tidak membuka warungnya lagi, karena Raka harus menjaga kesehatannya demi pernikahan putrinya.
"Bagaimana jika Zea bantu Ayah, agar Ayah dapat lebih ringan?"
"Jangan nak, kamu sebentar lagi akan menikah, jangan ikut Ayah membuka warung"
"Kalau aku tidak boleh, berarti Ayah jangan" mohon Zea.
"Loh tidak bisa, Ayah harus membuka warung, karena sudah banyak yang menunggu Ayah untuk membuka warung"
"Tetapi aku ikut ayah" kekeuh Zea. Mau tak mau Raka mengalah, " Astagfirullahalazim ada ada saja"
"Akukan sama kayak Ayah, kalau ayah bersikeras untuk membuka warung, berarti aku harus ikut kemanapun ayah pergi aku akan ikut" ujar Zea.
"Baiklah baik, ayo kita berangkat," Raka jalan dengan tertatih tatih, sedangkan Zea jalan dengan cepat.
"Ya Allah nak jalanmu cepat sekali " protes Raka, dia belum sampai tetapi Zea sudah akan kembali ke rumah untuk mengambil barang yang belum di ambil.
"Tidak apa Ayah, agar cepat selesai, Ayah duduk saja di sana" pekik Zea.
Dia begitu bersemangat saat membantu ayahnya.
Setelah 15 menit mondar mandir
"Huft selesai juga akhirnya " keringatnya bercucuran, Zea bersandar pada tembok, namun dia tetap duduk di kursi sandar.
"Ini nak, kamu minum saja, Ayah sudah menyalakan kulkas, kamu harus banyak istirahat, jangan sakit karena sebentar lagi kamu akan menikah nak"
"Ayah juga harus jaga diri Ayah, Jangan sampai Ayah kelelahan"
"Pastinya tidak, sore hari juga Ayah akan pulang, karena princess Ayah akan menikah. Ayah harus banyak bersiap untuk menikahkannya" ujar Raka.
Hari sudah menjelang siang hari, Zea dan Raka semakin sibuk dengan para pelanggan yang terus berdatangan. Mereka datang ada yang sekedar membeli kopi ataupun membeli mie sebagai makanannya.
Karena di warung mereka terkenal dengan rasa kopi yang nikmat, dan mie yang memiliki banyak toping.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu sayaang" pekik seorang wanita, yang tiba tiba saja datang, semua orang yang berada di sana langsung menatap ke arah wanita tersebut.
"Eh mommy" Zea langsung menghampiri Elenna.
"Ada apa mommy?" Tanya Zea polos.
"Kan kita akan mencari cincin sayang, kamu mommy telpon tidak kamu angkat"
Zea menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ponselku ada di rumah mommy, aku lupa kalau harus membawa ponsel"
"Ya sudah ayo kita berangkat, mommy tadi sampai bertanya kepada Zavier di mana kamu berada." tutur Elenna.
"Lalu dia mengakatakan apa mommy" Zea membuka apron,
yang dia gunakan.
"Aku tidak tahu, tetapi dia. memberikan alamat toko kamu. Maka dari itu mommy bisa datang ke mari"
"Ya Ampun, maafkan aku mommy"
"Tidak masalah sayang, ayo kita berangkat" ajak Elenna.
"Lalu, bagaimana dengan Ayah?"
"Oh iya, mommy tadi mengirimkan 2 asisten rumah tangga mommy, untuk membantu ayahmu, mungkin 2 menit lagi akan datang" sahut Elenna.
"Eh tidak perlu bu" sahut Raka.
"Terima saja ya pak, karena ini demi keselamatan bapak juga" papar Elenna.
"Baiklah. Terimakasih, tolong jaga putriku"
"Tenang saja pak!,dia sudah seperti putriku sendiri " Tegas Elenna.
Zea menganggukan kepalanya dan mengekori Elenna.
"Sayang kamu masih berjualan saja?Kan kamu sebentar lagi menikah. jangan sampai kelelahan" peringat Elenna.
"Bukan seperti itu mommy maksudku, aku sudah melarang Ayah untuk membuka toko, tetapi dia tetap memaksa membuka toko. Akhirnya aku ikut, karena kasihan Ayah jika harus sendiri melayani pelanggan, yang sangat banyak. Maka, aku membantu Ayah agar meringankan beban ayah" tutur Zea.
"Kamu adalah anak yang berbakti, bahkan kamu sangat baik, kamu hebat. Mommy kagum dengan kamu, bolehkah mommy mengidolakanmu?" Tanya Elenna.
"Eh? tidak boleh mommy." Larang Zea.
"Loh kenapa tidak boleh sayang? mommy kan ingin mengidolakanmu?" protes Elenna.
"Tidak boleh, karena seharusnya aku yang mengidolakan mommy" ujar Zea.
"Astaga kamu ini, aku pikir apa " papar Elenna, "Sayang sebentar lagi kita akan tiba" tutur Elenna.
Zea menatap ke arah bangunan, yang tidak terlalu tinggi. Namun, Zea menjadi gugup.
Saat masuk dan melihat lihat, "mommy apakah benar, ini tempatnya?" Zea semakin gugup melihat masing masing toko, semua toko yang berada di bangunan itu adalah toko perhiasan, dan toko pakaian yang sangat mewah.
Sampai membuat Zea melongo melihatnya.
"Ayo " Elenna menarik tangan Zea menuju ke sebuah toko perhiasan.
"Bisa tunjukkan cincin pernikahan?"
"Ah iya, Nyonya kebetulan sekali kita baru saja selesai merancang cincin pernikahan, sebentar ya ..."
"Kami memiliki 3, yang baru saja di kirim"
Lalu Elenna mencoba ke jemari Zea, semuanya cocok di jari Zea, Lalu dia mencoba, yang cincin pihak laki-laki, semuanya bagus.
"Baik bungkus semua" ujar Elenna tanpa berfikir panjang.
"Loh mommy? Banyak sekali? Memangnya siapa saja yang ingin menggunakannya?" Zea melongo melihat cincin, yang begitu banyak dan semua di pilih oleh Elenna.
"Oh, biar kamu memiliki koleksi lainnya, kamu bisa gunakan ketika nanti kamu harus menghadiri acara semi formal dan santai" Zea hanya menggarukkan kepalanya tidak paham.