NovelToon NovelToon
The Cosmic War

The Cosmic War

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi / Akademi Sihir / Barat
Popularitas:688
Nilai: 5
Nama Author: mas teguh

Novel ini merupakan karya pertama dari author. Harap dimaklumi jika ada beberapa chapter yang harus di "Revisi"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mas teguh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Keesokan harinya, Luciel terlihat seperti biasa. Ia beraktivitas seperti biasanya seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Pukul tujuh pagi ia bangun, merapikan tempat tidurnya, kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, barulah Luciel turun dan melangkahkan kakinya ke arah ruang makan.

Menyapa orang tuanya dan paman Sam, ia kemudian duduk untuk menyantap makanan. Seperti biasa, makanan yang di buat oleh ibu dan para maid sangat enak, pemuda itu tentu saja menikmatinya.

Dengan perut yang kenyang pemuda itu diseret ayahnya ke arena latihan. Melakukan sedikit pemanasan, mereka berlatih dengan cara bertarung bersama. Seperti yang sudah-sudah, setelah selesai latihan tubuh Luciel akan dipenuhi oleh luka lebam. Tapi luka tersebut pada akhirnya akan hilang setelah Lucian memberikan serum penyembuh kepadanya.

Pukul sembilan kurang seperempat, Luciel berpamitan kepada orang tuanya untuk pergi bersekolah. Ia pergi menggunakan kendaraan umum berupa bus listrik.

Beberapa menit kemudian, pemuda itu akhirnya sampai di sekolah menengah Ibukota Xypherion. Ia berjalan dari halaman depan hingga masuk kedalam bangunan gedung sekolah, menyusuri sepanjang koridor dan masuk ke kelasnya.

Duduk di bangkunya, Luciel menopang kepalanya dengan kedua tangan di dagunya. Pemuda itu terlihat sedang memikirkan sesuatu, tetapi kemudian ia menghela nafas ringan. Sungguh membosankan. Pikirnya.

*****

Berdering!

Berdering!

Bel berbunyi terdengar hingga ke telinga Luciel menyebabkan pemuda itu sadar dari lamunannya. Ia terlihat cukup terkejut dan tak menyadari sudah waktunya jam istirahat. Memperbaiki penampilannya, Luciel sedikit merapikan seragamnya. Kemudian setelah guru pengajar keluar, ia juga beranjak dari tempatnya.

Hanya beberapa langkah, Luciel dihentikan oleh suara yang datang dari arah belakang. Membalikkan badannya, ia kemudian melihat siapa yang memanggilnya. Dan juga, terlihat ada beberapa gadis yang menyapanya.

"Luciel, apakah kamu ingin pergi ke kantin? Bisakah kami pergi bersama denganmu?" Kata salah satu dari mereka dengan nada berharap. Wajah cantik mereka menampilkan ekspresi memelas yang imut.

Berdiri di paling samping, gadis dengan rambut berwarna coklat menambahkan.

"Ya, bisakah kami pergi bersama mu? Lagipula, tempat yang kita tuju sama. Jadi, bukankah tidak masalah jika kita pergi bersama."

"Ya-ya, seharusnya tidak masalah kan..."

"Luciel yang tampan, kamu tidak keberatan kan?"

Mendengar perkataan mereka yang bersahutan seakan-akan membuat telinganya hampir pecah. Pemuda itu terlihat tidak nyaman. Dengan menggelengkan kepalanya Luciel kemudian berkata,

"Maaf! Aku terbiasa sendiri."

Setelah berkata seperti itu, Luciel berlalu dari hadapan para gadis dan pergi menuju kantin. Pemuda itu berlalu begitu saja tanpa memperdulikan gadis-gadis itu.

Dengan berlalunya Luciel, para gadis melihatnya dengan ekspresi wajah yang tampak kesal. Terlihat juga mereka menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

"Luciel, Kamu.."

"Aku benar-benar kesal!"

"Kenapa kamu meninggalkanku sendiri, huhuhu.." kata salah seorang gadis dengan melankolis.

Sedangkan siswa laki-laki yang berada di sekitar mereka menatap mereka dengan pandangan iba. Selain rasa iba, tergambar juga rasa iri di wajah mereka. Alangkah baiknya aku memiliki wajah tampan seperti anak itu. Pikir mereka.

"Hey gadis-gadis. Daripada mengajak anak yang penyendiri itu, bukankah lebih baik mengajak kami yang lebih tampan ini." Kata salah seorang siswa yang berambut kuning.

"Hehehe. Apa yang dikatakan kakak besar memang benar. Daripada mengajak Luciel sang penyendiri, bukankah lebih baik makan bersama kami. Selain itu, kami yang akan mentraktir kalian gadis-gadis." Tambah seseorang berambut hijau dengan wajah berlemak, terlihat juga tubuhnya yang nampak besar.

"Hahaha, kalian tidak akan rugi."

"Benar itu kakak!"

Mendengar perkataan siswa laki-laki yang tidak jauh dari mereka, para gadis bukannya mereda. Malahan, mereka tampak semakin kesal. Dengan nada jijik, salah satu dari mereka menjawab.

"Kalian lebih tampan dari Luciel? Yang benar saja.."

"Menjijikan! Apa kalian tidak pernah berkaca..."

"Wajah babi dan berminyak, siapa yang mau makan dengan kalian.."

"Cuih.. Aku pengen muntah..."

Para siswa laki-laki yang mendengar ini merasa terkejut. Mereka tidak menyangka respon para gadis seperti itu. Merasa kesal, mereka kemudian mengutuk dalam hati. Gadis gila! Siapa yang ingin makan dengan kalian.

*****

Sampai di kantin, Luciel terlihat antri untuk membeli makanan. Ia antri dengan wajah yang datar seolah-olah seperti dalam keadaan biasa. Meskipun demikian, terdengar juga bisik-bisik para siswa disekitarnya. Yah, bisa dibilang pemuda itu sangat jarang pergi ke kantin dan lebih memilih membaca buku dia area sekolah yang tenang.

Setelah beberapa saat, tibalah gilirannya untuk memesan. Ia hanya melihat menu yang ada pada layar hologram yang canggih, setelah itu Luciel meng-klik menu burger yang berada di layar hologram.

Pada awalnya, ia memesan satu burger dan satu jus jeruk. Namun, ntah kenapa pemuda itu justru memilih memesan dua burger dan satu jus jeruk. Setelah selesai memesan, kemudian pemuda itu membayar dengan menggunakan telepon canggihnya yang sedikit transparan.

Mengambil pesanannya, pemuda itu berbalik untuk mencari tempat duduk. Tetapi yang tak sangka-sangka pemuda itu malah berpapasan dengan Chad Hurley. Tuan muda itu tidak sendiri tetapi terlihat bersama si kembar dan beberapa siswa laki-laki.

Melihat mereka Luciel berhenti sekejap. Beberapa detik kemudian ia melangkah kembali. Mereka terlihat berpapasan, tampak Chad Hurley melirik Luciel dengan senyum elegan yang tergambar diwajahnya. Munafik..Pikir Luciel.

"Tuan muda, itu..." Kata Hude ragu-ragu.

"Biarkan saja. Sekarang bukan waktu yang tepat." Chad membalas dengan seringai diwajahnya.

"Baiklah.." Hude mengangguk.

Mereka berpapasan tanpa adanya gesekan. Chad dengan kesibukannya dan Luciel dengan urusannya sendiri.

Beberapa menit kemudian Luciel tiba di atap gedung sekolah menengah. Ia tidak tahu mengapa langkah kakinya membawanya ke sini. Yang pasti ia tidak menyadari bahwa sudah berada diatas gedung sekolah menengah.

Mengedarkan pandangannya, pemuda itu melihat sosok yang akrab. Tidak jauh dari tempatnya berdiri ia melihat sosok gadis dengan seragam yang di lapisi oleh Hoodie. Terlihat gadis itu melihat kearah depan dengan pandangan yang kosong.

"Lyvia, kenapa kamu berada disini?" Tanya Luciel.

Dengan sedikit terkejut mendengar orang yang memanggilnya, Lyvia menolehkan kepalanya kearah sumber suara.

"Luciel, kenapa kamu disini?" Lyvia balik bertanya.

Luciel menggelengkan kepalanya. Terlihat pemuda itu tidak ingin menjawab.

"Bukankah aku yang bertanya padamu, mengapa kamu malah balik bertanya."

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin berada disini."

"Oh..."

Berbunyi!

Berbunyi!

Terdengar suara perut kelaparan diantara mereka, suara tersebut cukup jelas terdengar.

Mengangkat salah satu alisnya, Luciel kemudian bertanya. "Apakah kamu belum makan? Bukankah sekarang jam istirahat. Kenapa masih belum makan."

"Itu.." Lyvia memegang perutnya yang berbunyi, terlihat juga wajahnya memerah karena malu.

"I-itu.. Uangku hanya cukup untuk pulang nanti. Jadi, jika aku membeli makanan maka setelah selesai sekolah aku tidak memliki uang untuk menaiki bus. Jadi.."

"Oh, begitu. Ini.." Luciel mengangkat tangannya untuk memberikan salah satu burger yang ia beli.

"Tapi.." Lyvia terlihat ragu-ragu.

"Jangan menolak, oke! Lagi pula aku masih memiliki satu lagi."

"Luciel, terima kasih atas kebaikanmu." kata Lyvia menerima burger yang dibeli Luciel.

"Kenapa Kamu sangat sopan sekali? Bukankah kita teman."

"Teman..?" tanya Lyvia memiringkan kepalanya. Setelah itu ia menambahkan.

"Apakah kamu tidak malu berteman dengan aib seperti ku? Aku hanya ras campuran yang seolah terbuang. Terlebih lagi, dengan statusmu akan sangat memalukan memiliki teman seperti ku."

Luciel menggelengkan kepalanya, ia tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lyvia. Dengan nada meyakinkan, ia membalas perkataan gadis itu.

"Kamu tahu apa yang aku mengerti tentang orang-orang dan tentang semua ini?"

Lyvia menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada perbedaan antara Ras Manusia dan Ras lainnya. Ras manusia meski pemilik Federasi bukan berarti orang-orang didalamnya sangat baik. Begitu pula ras yang dilindungi bukan berarti mereka itu buruk. Terkadang, seseorang yang terlihat baik dari luar belum tentu mereka baik jika dilihat dari hatinya. Dan mungkin, orang yang terlihat baik itu ternyata seekor iblis yang menyamar. Begitu pula sebaliknya, orang yang memiliki rupa yang terlihat buruk bukan berarti buruk jika dilihat dari hatinya. Hanya saja, kebaikan mereka mungkin di tunjukkan dengan cara yang berbeda."

"Jadi, baik dan buruk tidak didasarkan pada perbedaan Ras, gender atau yang lainnya. Tetapi baik dan buruk bisa dilihat dari hatinya."

"Oleh karena itu, Lyvia. Maukah kamu jadi teman ku?"

Lyvia pada awalnya tidak percaya bahwa Luciel berbeda dengan orang lain, gadis itu menganggap semua orang dan khususnya Ras Manusia sama saja. Tetapi mendengar perkataan Luciel kali ini ia menyadari asumsi nya sangat salah. Luciel sama seperti ibu panti yang baik padanya, meski pemuda itu tidak sehangat ibu panti.

Dengan diiringi anggukan dan senyum yang terpancar diwajahnya, gadis Half-Elf berambut pirang itu berkata.

"Ya, Luciel. Aku mau berteman denganmu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!