Aleena seorang gadis muda yang ceria dan penuh warna. Dia memiliki kepribadian yang positif dan selalu mencoba melihat sisi baik dari setiap situasi. Namun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya meninggal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sandaran dan sumber kekuatan, menikah lagi dengan wanita lain, membuat Aleena merasa kehilangan, kesepian, dan tidak dihargai.
Pertemuan dengan Axel membawa perubahan besar dalam hidup Aleena. Axel adalah seorang pria yang tampaknya bisa mengerti dan memahami Aleena, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Namun, di balik hubungan yang semakin dekat, Aleena menemukan kenyataan pahit bahwa Axel sudah menikah. Ini membuat Aleena harus menghadapi konflik batin dan memilih antara mengikuti hatinya atau menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan.
Yuk simak kisah mereka....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScorpioGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat Bersama
Pagi yang cerah membawa senyum di wajah, dengan cahaya matahari yang hangat dan lembut, serta kicau burung yang merdu, menciptakan suasana yang penuh harapan dan kebahagiaan. Angin pagi yang sejuk membawa aroma segar dari alam, membuat hati terasa lebih ringan dan siap menyambut hari dengan energi positif.
Langkah Aleena terhenti saat melihat dua laki-laki yang sedang menunggunya. Revan berdiri menyandar di samping motor sportnya, sementara Axel duduk di jok belakang mobil sambil membuka kaca pintu. Axel tersenyum melihat Aleena yang sudah siap berangkat, tidak menyadari kehadiran Revan di belakang mobilnya. Aleena merasa berat untuk melangkah, tidak ingin menyakiti salah satu dari mereka, apalagi dia tahu mereka adalah saudara. Dia memilih melangkah menuju motor yang terparkir di samping rumah.
Axel yang melihatnya merasa kesal dan langsung turun dari mobil untuk menyusul Aleena. Revan juga ingin menyusul Aleena, namun bahu mereka bertabrakan. "Kamu!" marah Axel.
"Iya, bukannya aku sudah bilang kita bersaing secara sehat," tutur Revan dengan tersenyum mengejek.
"Kamu tidak pantas bersaing denganku," Axel mengingatkan lalu melangkah cepat ke arah Aleena. "Al, ayo berangkat bareng!" ajak Axel dengan menggandeng tangan Aleena yang hendak naik di atas motor.
"Ayo, aku antar, Al," ucap Revan yang baru tiba dan meraih lengan Aleena yang sebelahnya.
Marcel yang ada di dalam mobil merasa lucu dengan situasi ini. Dia tidak merasa tegang atau iba, malah ingin tertawa melihat Axel yang dingin dan kejam bersaing dengan sepupunya sendiri demi seorang gadis.
Aleena merasa geram dengan semua ini. "Aku bisa berangkat sendiri," katanya.
"Aku yang antar," ucap Revan.
"Kita berangkat bersama," ucap Axel.
"Stop! Ya," teriak Aleena. "Lepaskan dulu tanganku," pintanya. Axel dan Revan akhirnya melepaskan tangannya.
"Oke, begini saja. Kalian semua mau mengantarku kan? Aku bawa motor dan kalian mengikuti di belakang. Bagaimana?" tawar Aleena dengan alis naik turun.
"Tidak bisa," ucap Axel dan Revan bersamaan.
"Cie jodoh," ledek Aleena sambil terkekeh.
Revan tersenyum dengan ledekan Aleena, sedangkan Axel hanya menarik napas dalam-dalam, lalu menarik lengan Aleena untuk ikut dengannya. Aleena pun menurut, dan mereka berjalan menuju mobil. Revan hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, lalu kembali ke motor sportnya. Aleena hanya tersenyum dan melambaikan tangan pada Revan, sebelum masuk ke dalam mobil bersama Axel.
Mobil berangkat dengan melaju kencang membelah jalanan yang sudah mulai ramai. Setelah beberapa menit berkendara, mereka tiba di perusahaan.
"Kak Axel, aku duluan, ya!" pamit Aleena sebelum turun dari mobil.
"Hmm, iya," jawab Axel sambil mengacak-acak rambut Aleena dengan lembut, membuat Aleena tersenyum.
Aleena kemudian turun dari mobil dan melambaikan tangan pada Axel dan Marcel. "Kak Marcel, makasih," katanya dengan senyum. Marcel hanya tersenyum dan mengangguk dari balik kaca mobil.
"Hmm, oke," jawabnya singkat. Axel memperhatikan Aleena yang berjalan menuju kantor, lalu ikut turun dari mobil.
Di depan lift Chika menunggu Aleena. "Halo, Al" sapaan Chika dengan senyum cerah.
Aleena tersenyum dan membalas sapaan Chika. "Halo, Chika! Apa kabar?" tanya Aleena sambil berjalan bersama Chika menuju ruang kerja.
Chika menggelengkan kepala. "Kabarku baik, tapi aku penasaran dengan kamu. Apa yang terjadi dengan kamu dan dua cowok tampan itu?" tanya Chika antusias.
Aleena tersenyum dan menggelengkan kepala. "Aku pusing," jawab Aleena dengan nada lesu.
Chika tertawa. "Wah, kamu akhirnya bimbang, siapa di antara mereka yang kamu pilih?"
Aleena tersenyum dan menggelengkan kepala. "Aku sudah memilih," jawab Aleena dengan senyum misterius.
"Siapa?" tanya Chika dengan rasa penasaran.
"Kamu pasti lebih tahu," jawab Aleena dan tersenyum.
"Bisa aku tebak, pasti Kak Axel," bisik Chika di telinga Aleena yang kini sudah duduk di kursi kerjanya. Aleena hanya tersenyum dan tidak menjawab, membuat Chika semakin penasaran.
"Iya kan? Kamu kan suka yang lebih menantang," kata Chika dengan senyum nakal. Aleena hanya tersenyum dan tidak menjawab, membuat Chika semakin yakin dengan tebakannya.
"Sepertinya ada bibit pelakor di kantor kita," ucap Ayu dengan suara tinggi, membuat beberapa rekan kerja menoleh ke arah mereka.
"Siapa? Aku jadi penasaran," timpal Maya, rekan Ayu, dengan rasa penasaran yang jelas terlihat di wajahnya.
Ayu terus memprovokasi dengan nada yang semakin keras. "Aku tidak percaya ada orang yang berani-beraninya merebut suami orang lain. Sungguh tidak tahu malu!" Maya dan beberapa rekan kerja lainnya mengangguk setuju.
Chika yang duduk di sebelah Aleena langsung merasakan ketidaknyamanan dan membisikkan sesuatu ke telinga Aleena. "Abaikan saja, Al," bisik Chika. Aleena hanya mengangguk kecil, mencoba untuk tidak menanggapi komentar Ayu.
Ayu tampaknya sengaja menyinggung Aleena, karena dia tadi melihat Aleena turun dari mobil Axel. "Siapa pun itu, pasti wanita jalang yang memang selalu menggunakan trik rendahan untuk mendekati para pria berduit," tambah Ayu dengan nada yang semakin meninggi. Aleena tetap diam, tidak ingin memperpanjang situasi yang tidak nyaman ini.
"Stop!" teriak Bayu, ketua divisi mereka, membuat suasana seketika menjadi hening. Semua mata tertuju pada Bayu, yang terlihat tegas dan tidak sabar.
"Kalian di gaji untuk bekerja, bukan menyebar gosip tidak jelas," tambahnya dengan nada yang keras.
Mereka semua langsung kembali ke pekerjaan masing-masing, berusaha untuk fokus dan meninggalkan gosip yang tidak perlu. Aleena dan Chika saling menatap, keduanya merasa lega bahwa situasi yang tidak nyaman tadi bisa diakhiri.
Bayu memantau sejenak untuk memastikan semuanya kembali bekerja dengan baik, lalu kembali ke mejanya dengan langkah yang mantap.
Setelah beberapa lama bekerja dengan hening, tiba-tiba Ayu menghampiri Aleena membawa dokumen cukup banyak.
"Bught!" Ayu melemparkan dokumen itu di depan Aleena. "Kerjakan seperti kemarin," titahnya dengan nada keras.
Aleena menarik nafas dalam-dalam, merasa Ayu sengaja ingin menindasnya. Chika langsung berdiri dengan emosi yang memuncak, wajahnya merah padam. "Ehh, Tante. Tante tidak bisa seperti itu pada anak magang seperti kami. Meskipun kami hanya magang, tapi tidak seharusnya diperlakukan seperti ini," kata Chika dengan nada yang tegas.
Ayu tersinggung dan membalas, "Tante? Tante? Aku bukan tante kamu! Dan anak magang seperti kalian memang seharusnya bekerja keras seperti itu. Jadi, jangan bersikap seenaknya," balas Ayu dengan nada yang semakin tinggi.
"Apa salahnya? Anak magang lebih baik daripada tante seperti kamu yang sudah seperti model mau fashion show saja," kata Chika sambil menatap Ayu dengan tatapan sinis.
Aleena tersenyum kecil, memang penampilan Ayu cukup mencolok dengan make-up tebal dan lipstik merah merona.
Ayu semakin marah dan menudingkan jari ke arah Chika. "Kamu! Aku peringatkan, ya. Kamu di sini hanya magang, ma-ga-ng... Kamu bisa diberhentikan kapan saja jika aku mau," ancam Ayu.
Chika membalas dengan senyum dingin, "Kita lihat saja," katanya dengan nada yang santai, tidak terpengaruh oleh ancaman Ayu. Aleena menarik napas lega, merasa Chika berhasil menahan emosi Ayu yang semakin tidak terkendali.
Ayu semakin marah dan wajahnya memerah. "Kamu berani sekali melawan aku! Aku akan pastikan kamu tidak betah di kantor ini!" teriak Ayu, suaranya menggema di ruangan.
Chika tidak gentar dan membalas dengan nada yang sama kuat. "Coba saja, tante. Aku tidak takut pada kamu," kata Chika dengan senyum sinis.
Bayu, ketua divisi, kembali muncul dan memotong percakapan mereka. "Apa yang terjadi di sini?" tanya Bayu dengan nada yang tegas.
Ayu langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi manis dan menudingkan jari ke arah Chika. "Dia yang memulai, Pak Bayu. Dia tidak sopan pada saya," kata Ayu dengan nada manja.
Bayu memandang Chika dan Aleena, lalu kembali ke Ayu. "Ayu, kamu sudah tahu bahwa Chika dan Aleena masih magang. Tidak perlu memperlakukan mereka dengan kasar," kata Bayu dengan nada yang bijak.
Ayu mengangguk, tetapi wajahnya masih terlihat kesal. "Baik, Pak Bayu. Saya akan berusaha lebih baik," kata Ayu dengan nada yang tidak terlalu yakin.
Bayu memandang Chika dan Aleena. "Kalian berdua, lanjutkan pekerjaan kalian." kata Bayu dengan senyum.
Chika dan Aleena mengangguk, merasa lega bahwa Bayu telah membantu menyelesaikan situasi yang tidak nyaman. Mereka kembali ke pekerjaan mereka, sementara Ayu masih terlihat kesal di sudut ruangan.
Gaskeun 🔥🔥