NovelToon NovelToon
AKU HANYA ISTRI WASIAT

AKU HANYA ISTRI WASIAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Menikah Karena Anak / Ibu Mertua Kejam / Naik ranjang/turun ranjang
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hare Ra

Aluna ditinggal mati suaminya dalam sebuah kecelakaan. Meninggalkan dia dengan bayi yang masih berada dalam kandungan. Dunianya hancur, di dunia ini dia hanya sebatang kara.
Demi menjaga warisan sang suami, ibu mertuanya memaksa adik iparnya, Adam, menikahi Aluna, padahal Adam memiliki kekasih yang bernama Laras.
Akankah Aluna dan Adam bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hare Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Braak!

Suara benturan keras menggema, memecah kesunyian sore itu. Sebuah mobil sedan ringsek parah setelah bertabrakan dengan truk besar, lima belas kilometer dari pusat kota. Pengemudi mobilnya dalam keadaan luka parah, beruntung segera mendapat pertolongan dibawa ke rumah sakit terdekat.

Dan di rumah sederhana, suasana yang semula teduh dan damai, kini berubah menjadi kepanikan. 

“Apa?!” teriak Aluna, jantungnya berdebar kencang begitu menerima panggilan telepon. Kabar yang datang menghancurkan dunianya, suaminya, Arman, mengalami kecelakaan—dan telah dinyatakan meninggal dunia.

Pandangan sekeliling menjadi gelap, dunianya runtuh. Satu-satunya tempatnya bersandar di dunia ini kini telah hilang. Sedangkan saat ini dia sedang hamil tujuh bulan, buah cinta yang telah mereka nanti-nantikan. 

Dua bulan lagi, dua bulan lagi anaknya bersama Arman akan lahir ke dunia. Tapi mengapa hidup begitu kejam? Mengapa Tuhan justru mengambil Arman dari sisinya? Bagaimana nanti dia akan menjalani hidupnya bersama anak mereka?

“Ya Tuhan… mengapa? Mengapa aku harus mengalami ini?” bisik Aluna, suaranya parau, tercekat oleh tangis.

Bruuk!

Aluna jatuh pingsan. Dia terduduk di lantai dengan tangan yang masih memegang ponsel, layarnya sudah padam. Seperti cahaya untuk hidupnya yang kini gelap gulita. 

Lima jam kemudian…. 

Sirine ambulans meraung-raung, berhenti tepat di depan rumah Aluna dan Arman. Rumah yang biasanya sunyi dan tenang, kini dipenuhi orang—semua siap menyambut kedatangan jenazah Arman. Para tetangga sudah berkumpul juga kedua orang tua Arman ada disana dengan wajah berselimut duka. 

“Mas…” lirih Aluna, baru saja siuman dari pingsan untuk ketiga kalinya. Tubuh yang selama ini selalu memberinya kehangatan, kini terbujur kaku dan dingin. Beberapa bekas luka masih mengeluarkan darah, menodai kain kafan yang menutupi tubuhnya.

Hati Aluna hancur berkeping-keping.

Jika biasanya ia selalu menyambut Arman pulang kerja dengan senyum lebar. Dan Arman, lelaki yang selalu membawakan makanan atau buah-buahan sesuai keinginan istrinya yang sedang hamil. Ia yang paling takut Aluna sakit, yang paling khawatir saat Aluna ngidam. Kini, semuanya sirna, hilang secara mendadak. 

“Mas… kenapa kamu pergi meninggalkan aku?” tanya Aluna pelan, tangannya mengelus wajah Arman yang pucat. Namun, di tengah kematian, wajah itu tampak bersinar—tersenyum. Senyuman yang selalu Arman berikan untuknya, meski lelah dan sibuk.

Sudah dua tahun mereka menikah. Dan kini, saat anak mereka bahkan belum sempat lahir ke dunia, Arman telah pergi untuk selamanya. Cinta mereka memang tak mudah. Penuh lika-liku dan duri. Sejak awal, hubungan mereka tak direstui, terutama oleh ibu Arman. Aluna hanyalah gadis miskin dari keluarga biasa. Tapi, Arman memperjuangkannya tanpa henti meyakinkan ibunya kalau Aluna lah yang terbaik, hingga akhirnya orang tua Arman luluh, membiarkan Arman menikahi Aluna.

“Luna, kamu istirahat dulu saja,” ujar Ratna, ibu mertuanya, dengan nada datar. 

“Aku di sini saja, Ma. Menemani Mas Arman,” jawab Alina lirih.

“Kamu sedang hamil. Jangan memaksakan diri.”

Hubungan Aluna dengan Ratna tidak terlalu buruk, tapi juga tidak pernah benar-benar harmonis. Meski bukan mertua yang kejam, kehadiran Aluna tak pernah benar-benar diterima di hati keluarga Arman. Namun, cinta Arman yang begitu besar selama ini cukup menjadi sandaran Aluna. Kini? Ia tak tahu apa yang akan terjadi padanya. Arman telah pergi untuk selama-lamanya.

Keesokan harinya, Arman dimakamkan di pemakaman umum desa. Rumah yang dulu dipenuhi tawa dan canda, kini sunyi. Hanya Aluna yang tersisa di sana, seorang diri menantikan kelahiran anak mereka.

Rumah sederhana itu adalah pilihan Arman. Meski keluarganya kaya raya dengan berbagai bisnis, Arman memilih hidup jauh dari kemewahan—hanya untuk Aluna. Ia memisahkan diri dari keluarga demi membina rumah tangga yang sederhana namun penuh cinta. Menjaga agar Aluna tidak mendapat tekanan dari ibunya. 

“Kamu tetap tinggal di sini sampai melahirkan,” kata Ratna setelah para pelayat pulang. “Setelah itu, kita pikirkan solusinya, apa yang harus dilakukan.”

“Iya, Ma,” jawab Aluna pelan, matanya merah dan sembab. Semalaman ia tak bisa tidur, terus menangis. Tenaganya seolah habis, hanya rasa hampa yang tersisa.

Ia tahu, mungkin suatu hari nanti ia akan diminta pergi dari rumah ini. Tapi setidaknya, ia bersyukur tidak diusir saat ini juga.

“Kalau mau periksa kehamilan, telepon Adam. Biar dia yang mengantarmu ke rumah sakit,” tambah Ratna.

Adam adalah adik kandung Arman. Sejak kemarin, dialah yang mengurus segala keperluan—dari administrasi hingga menemani Arman menghembuskan napas terakhir. Ia juga orang pertama yang tiba di rumah sakit setelah mendengar kabar kecelakaan.

Mereka tinggal di sebuah desa, jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Selama ini, setiap kali kontrol kehamilan, Aluna selalu ditemani Arman—perjalanan dua jam ke kota kabupaten. Saat kecelakaan terjadi, Arman sedang dalam perjalanan pulang dari kota, usai bertemu mitra bisnis. Niatnya ingin memperluas usaha, tapi takdir berkata lain.

“Baik, Ma,” jawab Aluna patuh.

Ratna menatapnya dengan raut kesal. “Kalau soal kehilangan, aku yang paling sakit dan sedih. Anakku hilang untuk selama-lamanya. Jangan terlalu lemah di depanku, Aluna.”

Kata-kata itu terlontar tajam, lahir dari duka yang mendalam. Ratna tak tahan melihat menantunya yang terlihat begitu rapuh.

Aluna hanya menunduk, tak menjawab. Ia tahu, sebagai ibu, Ratna pasti hancur. Tapi, apakah ia tidak boleh bersedih? Arman adalah suaminya. Selama dua tahun ini, dunianya hanyalah Arman. Kini, semuanya dipaksa hilang secara mendadak. Suaminya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya tanpa pamit. 

Suasana rumah masih dipenuhi duka. Beberapa tetangga datang membantu menyiapkan acara yasinan—doa bersama untuk almarhum. Aluna akhirnya memilih menyendiri, masuk ke kamar mereka.

“Mas…” bisiknya, meraih bantal yang biasa digunakan Arman. Masih ada aroma tubuhnya yang tertinggal. Aluna menangis, seolah bisa merasakan kehadiran Arman di sampingnya.

“Mas… bukankah kamu bilang akan menyambut kelahiran anak kita dengan bahagia? Mengapa kamu pergi?”

Di teras rumah, Adam duduk termenung. Matanya terpejam, pikirannya kembali ke lima menit sebelum Arman pergi selamanya.

Saat itu, ia baru tiba di rumah sakit setelah mendapat telepon darurat. Arman terbaring lemah, napasnya tersengal.

“Dam… aku titip Aluna dan anakku nanti ya,” bisik Arman, suaranya parau nyaris tidak terdengar. “Jaga mereka. Jangan sakiti mereka. Aluna tidak punya siapa-siapa. Hanya kamu yang tersisa sebagai keluarganya sekarang…”

Adam hanya mengangguk, mencoba menguatkan sang kakak. “Iya. Kamu bertahan ya.”

“Lailahaillal…”  

Ucapan terakhir Arman tak sempat selesai. Napasnya terhenti. Matanya tertutup untuk selamanya.

“Apa maksud Mas Arman?” gumam Adam dalam hati. “Aku harus memperhatikan Aluna? Aneh-aneh saja.”

Tiba-tiba, suara Ratna memecah lamunannya.

“Adam! Cepat bawa Aluna ke rumah sakit! Dia pingsan lagi—ada bercak darah!”

Adam tersentak.

“Aluna?”

“Istri Mas kamu! Dia sedang hamil—itu cucu Mama!” Ratna berteriak sambil menepuk kepala Adam, membangunkannya dari kebingungan.

1
Iin Wahyuni
pusing aku kok lemah banget pemeran utamanya,tolong Thor bt pemeran utamanya aluna lebih tegas lagi SM suami dan keluarga nya jgn kyk gini Thor JD nggk berdebar bacanya,JD gregetan sorry Thor sblmnya menurut aku sih heee
Hare Ra: siap kak. terima kasih sudah mampir, setelah ini dia akan bangkit kak.
total 1 replies
Haris Saputra
Baper mode on. 😭💔
Hare Ra: Terima kasih kak sudah mampir..
total 1 replies
Alucard
Kagum banget! 😍
Hare Ra: Hai kak, terima kasih sudah mampir..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!