NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Gangguan Malam saat Rapat KKN

"Rapat!!"

"Sebentar!!"

"Udah mau malem ini, jangan kemaleman!!"

"Iya sabar Wahyu!!"

Wahyu menghembuskan napasnya pelan seraya menggelengkan kepalanya heran. Ia melangkah pelan menuju sofa yang berada di ruang tamu. Berniat untuk menunggu teman-temannya yang lain di sana.

"Sabar Pak ketua."

Wahyu berdecak seraya menatap sinis Asri, "kemaleman, nanti yang ada pada gak fokus." Lalu ia melihat jam tangannya. "Kita yang cowo kan ada batas waktu di sini, sampai jam 10. Ini udah jam 9, gak akan cukup rapat satu jam doang," jelasnya.

Asri menganggukkan kepalanya mengerti, "bentar." Lalu ia beranjak dari sofa dan berdiri di tengah ruangan, "GUYS RAPAT SEKARANG!!"

Anggota KKN yang sedang berkegiatan langsung menghentikan kegiatannya masing-masing. Mereka menatap ke arah Asri dengan bingung.

"Kenapa sih Sri?" tanya Fathur ingin tau.

"Rapat, udah jam 9. Kalian jangan sampai kemaleman, apalagi yang cowo," jelasnya.

"Sebentar nanggung nasinya nanti nangis, biar fokus rapat juga," celetuk Alan asal.

Asri menghela napas pelan, "biar gak kemaleman aja, kita kan udah dilarang jangan berkegiatan lewat jam sepuluh. Apalagi yang cowo, harus cepet ke posko khusus cowo kalau udah males," ujarnya lagi.

"Iyaa sebentar."

Wahyu yang sedari tadi diam langsung beranjak dan duduk di bawah meja televisi, "di ruang tamu guys rapatnya!!"

"Iya!!"

"Gue sekalian makan lah," ucap Alan seraya membawa piring makannya ke ruang tamu.

Beberapa anggota KKN langsung berkumpul di ruang tamu. Wahyu sebagai ketua duduk di tengah kumpulan para anggotanya. Di sampingnya ada Tanti yang berperan sebagai sekretaris kelompok.

"Mulai sekarang ya?" tanya Wahyu seraya menatap satu persatu temannya.

"Hm... mulai aja."

Wahyu menganggukkan kepalanya mengerti dan memberi kode pada Tanti untuk membuka rapat. Ia menyandarkan tubuhnya dengan mata yang masih menatap teman-temannya di ruang tamu.

Wahyu mengangguk pelan saat Tanti memberikan arahan untuk menjelaskan program kerja selanjutnya. Ia membuka kertas di depannya dan membaca beberapa program kerja yang akan dijalankan untuk seminggu ke depan.

Anggota KKN yang lain menyimak dengan baik apa yang dijelaskan oleh Wahyu. Walaupun beberapa anggota terlihat tidak fokus dengan apa yang dijelaskan oleh Wahyu.

Alan yang berada di depan Wahyu masih terus memakan makanannya seraya mendengarkan penjelasan Wahyu. Asri yang berada di sampingnya hanya menggelengkan kepalanya heran dengan tingkah temannya.

"Lo belum makan Sri?" tanya Alan berbisik.

"Udah."

"Liatin gue makan gitu banget."

Asri berdecak dengan sebal, "lagi rapat juga, malah fokus makan," ucapnya pelan.

"Gue belum makan, keburu rapat. Kalau abis rapat juga gak keburu, pasti langsung balik ke posko cowo," jelas Alan seraya memasukkan makanannya ke dalam mulut.

Asri kembali menggelengkan kepalanya dengan heran, "terserah deh."

Alan dan Asri kembali fokus pada penjelasan Wahyu. Sesekali anggota KKN memberikan pertanyaan untuk kejelasan pelaksanaan program kerja. Alan masih mendengar Wahyu dengan memakan makanannya, sedangkan Asri mendengarkan penjelasan Wahyu dengan sedikit tidak fokus.

Begitu juga dengan Ahmad, Amel, dan Shofa yang berada di paling ujung dekat jendela. Mereka mendengarkan penjelasan Wahyu dengan wajah menahan kantuk. Sesekali Ahmad menoleh ke arah jendela, lalu menatap Shofa serta Amel di sebelahnya.

Tukk

Saat Wahyu sedang serius dalam menjelaskan program kerja selanjutnya, beberapa anggota KKN yang duduk di dekat jendela saling menatap satu sama lain.

Amel, Ahmad, dan Shofa saling menatap satu sama lain dengan perasaan yang tidak karuan. Lalu Shofa menatap jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Rapat masih jauh dari kata selesai, tetapi perasaan mereka semakin tidak karuan karena ketukan di luar jendela.

Tukk

Dua kali jendela kembali di ketika, hal ini membuat Amel dan Shofa semakin penasaran. Ahmad yang berada di antara kedua temannya itu hanya terdiam. Ia menepuk bahu Amel dan Shofa secara bersamaan, meng-kode agar mereka fokus pada rapat yang berjalan.

Tukk

Tiga kali jendela di ketuk, tapi ketukan pada jendela berpindah tempat pada jendela sisi sebelahnya. Alan yang duduk di depan jendela tersebut hanya terdiam dan menoleh ke arah jendela. Ia menatap Amel, Ahmad, dan Shofa yang menatapnya dengan perasaan yang tidak karuan.

Tukk

Jendela belakang Alan kembali terketuk, tapi kali ini ketukan yang terdengar cukup kencang. Alan menatap satu persatu temannya yang fokus pada rapat, kecuali dirinya, Amel, Ahmad, dan Shofa.

Alan beralih menatap ketiga temannya itu, "ada apaan sih?" tanyanya dengan pelan.

Ahmad menggelengkan kepalanya tidak tahu, "gak tau." Ia menunjuk jendela di belakangnya dengan jari telunjuk, "diketuk," ucapnya dengan tangan yang memperagakan tangan terketuk.

Alan menggelengkan kepalanya pelan, ia lanjut memakan makanannya yang sisa sedikit. Alan mencoba untuk fokus dengan apa yang Wahyu jelaskan, begitupun dengan Ahmad, Amel, dan Shofa.

TUKK

"Wey!!"

"Anjir!!"

Semuanya yang sedang fokus rapat langsung menoleh ke arah Ahmad, Amel, dan Shofa dengan bingung.

"Kenapa?" tanya Wahyu bingung.

"Jendelanya diketuk terus, kayanya ada orang di luar deh," ucap Shofa mencoba berfikir positif.

Wahyu menganggukkan kepalanya mengerti, "ya udah, fokus ke rapat dulu. Ini masih banyak penjelasannya," balasnya.

Asri yang berada di sebelah Alan langsung menatap temannya itu, "Lan, emang diketuk gimana kacanya?" tanyanya ingin tau.

"Kaya orang ngetuk kaca aja gimana," balas Alan tak acuh.

Asri berdecak sebal, lalu ia beranjak untuk berpindah tempat di bawah sofa.

"Kamu ke mana Sri?"

Asri menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Wahyu, "gak kenapa-kenapa, mau pindah tempat aja," ucapnya seraya duduk di tengah-tengah antara Rima dan Fathur.

"Kenapa lo?" tanya Fathur seraya memukul lengan Asri dengan pelan.

"Gapapa," jawab Asri pelan.

Rima yang berada di samping Asri hanya terdiam. Saat ini ia bisa melihat dari ekor matanya jika ada seseorang di dapur. Lalu ia mengalihkan tatapannya ke arah Asri dan Fathur, lalu kembali melirik ke arah dapur.

Rima bergerak tidak tenang saat salah satu gelas yang berada di dapur terjatuh. Ia menatap ke arah Fathur yang terdiam, "Fathur," panggilnya.

Fathur menoleh ke arah Rima, begitu juga dengan Asri yang berada di sampingnya, "kenapa?" tanya Fathur pelan.

"Liatin dapur dong, ada orang atau gak," ucap Rima berbisik.

Asri yang berada di tengah antara Rima dan Fathur mengerutkan dahinya bingung, "kayanya semua anggota ada di sini deh," ucapnya seraya menatap satu persatu temannya yang sedang fokus dengan penjelasan Wahyu.

"Udah cek aja," ucap Rima tidak sabar.

Fathur menganggukkan kepalanya mengerti, ia memundurkan tubuhnya dan melihat seisi dapur yang tampak sepi. Ia kembali memajukan tubuhnya agar sejajar dengan Asri maupun Rima.

"Gimana?" tanya Rima.

Fathur menggelengkan kepalanya pelan, "gak ada siapa-siapa," jawabnya.

Rima menghela napas pelan, ia menepuk kepalanya beberapa kali agar tidak berpikir negatif. Rima kembali menyandarkan tubuhnya dengan ekor mata yang melihat ke arah dapur. Ia bisa kembali melihat jika ada seseorang di dapur. Dengan tubuh yang tinggi dan mendekati seperti bayangan hitam.

"Kenapa sih?" tanya Asri bingung.

Rima menggelengkan kepalanya pelan, "gapapa."

Saat Rima mulai untuk fokus pada rapat, tiba-tiba saja dari arah tempat pencucian piring yang berada di luar dapur terdengar sesuatu. Ia melihat ke arah Asri yang langsung terdiam, lalu perempuan itu menatap ke arah jendela kecil yang terhubung langsung dengan tempat pencuci piring di luar.

"Sri," panggil Rima.

"Hm?" Asri beralih menatap Rima dengan bingung.

"Lo denger?"

Suara perempuan sedang bersinden terdengar oleh Asri dan Rima. Suaranya sangat jelas dengan nada yang lirih. Lalu mereka juga mendengar seseorang yang bermain air di luar.

Asri mengerjapkan matanya bingung, lalu kembali menatap Rima yang berada di sampingnya, "lo denger juga?" tanyanya pelan.

Rima menganggukkan kepalanya pelan. Ia memberikan kode pada Asri agar tetap fokus pada rapat. Mencoba untuk mendengarkan penjelasan ketua mengenai program kerja selanjutnya.

Sedangkan Asri hanya terdiam bingung dengan telinga yang masih mendengar dengan jelas perempuan yang sedang bersinden. Selain itu suara air seperti dimainkan oleh seseorang juga terdengar di telinganya saat ini. Ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, rapat masih terus berlanjut dengan beberapa anggota yang sudah mengantuk.

Asri menghela napas dan menatap Wahyu serta Tanti bergantian, "mending kita udahin dulu deh rapat sekarang," ucapnya.

"Kenapa?" tanya Wahyu dengan bingung.

"Cowo-cowo langsung balik ke posko kalian." Asri menunjuk ke arah belakang, tempat pencucian piring berada. "Nih dari tadi ada yang sinden di sini. Bukan gue doang yang dengar, Rima juga. Sampai ada yang main air nih di belakang," jelasnya.

Rima menganggukkan kepalanya dengan tegas, "tadi di dapur juga keliatan ada orang, tinggi besar gitu," celetuknya.

"Jendela beberapa kali juga diketuk," balas Ahmad dari ujung ruang tamu.

Wahyu menghembuskan napasnya pelan, lalu ia menatap Tanti untuk segera menutup rapat malam hari ini, "ya udah kita akhiri aja rapatnya, tutup ya," ucapnya.

"Beneran ditutup?" tanya Tanti dengan ragu.

"Iya." Wahyu menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Kita udah dikasih peringatan soalnya, empat kali. Mending diselesaiin daripada ada hal yang gak diinginkan," ujarnya dengan jelas.

"Hal gak diinginkan apa tuh?"

"Kalian tau apa yang gue pikirin," jawab Wahyu dengan pelan.

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!