NovelToon NovelToon
Penguasa 9 Hukum: Bangkitnya Mata Dewa.

Penguasa 9 Hukum: Bangkitnya Mata Dewa.

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:277.4k
Nilai: 4.7
Nama Author: Jin kazama

Di dunia kultivasi, Lin Chen, seorang pemuda dari Desa Hutan Bambu yang dianggap cacat karena tidak memiliki Dantian, menemukan sebuah kristal misterius di danau dekat rumahnya. Kristal itu menyatu dengan mata kanannya, memberinya kekuatan Mata Dewa—artefak ciptaan Sang Maha Pencipta yang mampu mengendalikan sembilan hukum di alam semesta.

Dengan kekuatan barunya, Lin Chen perlahan bangkit dari posisi terendah menuju puncak kekuasaan, menjadi sosok yang berpengaruh besar dalam menjaga keseimbangan alam semesta.

Namun, warisan ini membawa tanggung jawab besar, menempatkannya di tengah takdir yang akan mengubah dunia, juga dirinya, selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Konflik Dengan Murid Dari Kelas Emas.

Bab 20. Konflik Dengan Murid Dari Kelas Emas.

Lin Chen melangkah tenang ke deretan rak-rak penuh kitab dan gulungan kuno di Paviliun Surgawi. Matanya memindai setiap baris dengan teliti, mencari teknik seni bela diri yang bisa memperkuat gaya bertarungnya. Ia tidak ingin sembarangan memilih. Dengan kemampuan Mata Dewa-nya, ia bisa melihat potensi dan kecocokan setiap teknik dengan energi yang ia miliki.

"Tinju yang mampu menyatu dengan ritme Gelombang…," gumamnya sambil terus menyisir rak. Pandangannya berhenti pada sebuah gulungan tua dengan segel merah pudar di tengah rak. Energi yang memancar dari gulungan itu stabil, seperti irama ombak yang harmonis.

Dengan hati-hati, Lin Chen mengambil gulungan itu dan membuka segelnya. Tulisan kuno di permukaannya terbaca jelas: "Tinju Ombak Menghancurkan Langit".

Mata Lin Chen berbinar saat membaca deskripsinya. Teknik ini dirancang untuk menciptakan gelombang pukulan yang terus menerjang, memanfaatkan pola energi berlapis-lapis yang membuatnya sulit ditebak oleh lawan.

"Teknik ini... sempurna," bisiknya sambil tersenyum puas. Namun, ia tahu masih ada satu lagi yang harus ia cari—teknik pedang untuk melengkapi Pedang Kilat-nya.

Melangkah ke deretan rak seni bela diri pedang, Lin Chen mengaktifkan Mata Dewa sekali lagi. Rak ini dipenuhi kitab-kitab yang memancarkan aura tajam. Sebagian besar teknik tampak kuat, tetapi satu kitab menarik perhatian Lin Chen. Judulnya adalah "Pedang Bayangan Kilat". Teknik ini mampu menciptakan bayangan ilusi dari serangan pedang, mempercepat gerakan, sekaligus membingungkan lawan.

"Ini akan meningkatkan kecepatan dan ketepatan seranganku," pikirnya. Tanpa ragu, ia mengambil kitab itu.

Lin Chen membawa kedua teknik pilihannya ke meja registrasi di tengah paviliun. Pria tua berjubah abu-abu yang menjaga Paviliun menatap gulungan dan kitab yang dibawa Lin Chen. Sekilas ia memeriksa judulnya, lalu mengerutkan kening.

"Teknik-teknik ini memerlukan energi Qi yang sangat besar untuk dikuasai. Dengan basis kultivasimu yang baru di Ranah Pengumpulan Qi tingkat 1, kau mungkin akan kesulitan. Sebaiknya kau memilih yang lebih sesuai kemampuanmu," ucap pria tua itu, suaranya penuh nasihat.

Lin Chen hanya tersenyum tipis. Ia membungkukkan badan dengan sopan. "Terima kasih atas nasihatnya, Tetua. Tapi saya sudah mempertimbangkan semuanya. Teknik ini sangat cocok dengan gaya bertarung saya, dan untuk masalah pelatihan, saya punya rencana sendiri."

Pria tua itu menghela napas panjang, sedikit kecewa dengan sikap keras kepala anak muda itu. Dalam hati, ia bergumam, Anak ini terlalu ambisius. Tapi, biarlah… dia akan belajar dari usahanya sendiri.

Akhirnya, ia berkata dengan nada datar, "Baiklah, kau hanya bisa meminjam teknik ini selama satu minggu. Setelah itu, kau harus mengembalikannya."

Lin Chen mengangguk hormat. "Terima kasih, Tetua."

Setelah selesai mendaftarkan pilihannya, Lin Chen keluar dari Paviliun Surgawi. Di luar, sinar matahari pagi menyambutnya. Dengan gulungan dan kitab di tangannya, serta tekad yang kuat, Lin Chen yakin bahwa ini adalah langkah awal menuju kekuatan yang lebih besar.

"Satu minggu cukup. Aku akan menguasai semuanya sebelum waktunya habis," gumamnya sambil melangkah mantap menuju tempat tinggalnya, yaitu wilayah kelas perak.

Namun, baru beberapa langkah dia berjalan, terdengar suara teriakan dari arah barat.

"Hei, bocah! Berhenti di sana!" suara itu menggelegar, menarik perhatian banyak orang di sekitar Paviliun Surgawi.

Lin Chen menghentikan langkahnya, menoleh ke arah suara yang datang dari barat. Teriakan itu menggema, penuh otoritas, membuat kerumunan yang berada di sekitar Paviliun Surgawi ikut memperhatikan. Beberapa murid yang sedang berjalan berhenti, mata mereka mencari tahu siapa yang berteriak.

Dari kejauhan, seorang pria bertubuh besar dengan jubah hitam berlambang Kelas Emas berjalan cepat menuju Lin Chen. Matanya tajam seperti elang, penuh intimidasi. Di punggungnya, sebuah pedang besar terikat dengan kain merah yang berkibar ringan oleh angin. Wajahnya menunjukkan ketidaksabaran.

"Apakah aku yang dia maksud?" pikir Lin Chen, alisnya sedikit berkerut. Ia tak mengenali pria itu, tapi instingnya memberi tahu bahwa orang ini bukan sekadar murid biasa.

Pria itu berhenti beberapa langkah di depan Lin Chen, menatapnya dari ujung kepala hingga kaki. Suara pria itu kembali menggema, menarik perhatian lebih banyak murid yang kini mulai berbisik-bisik.

"Kau Lin Chen dari Kelas Perak, bukan? Beraninya kau mempermalukan Tetua Gu Yang, orang yang merekrutmu untuk masuk Kelas Emas!" suara pria itu menggelegar, penuh tekanan, menarik perhatian semua orang di sekitar Paviliun Surgawi.

Lin Chen menghentikan langkahnya. Wajahnya yang sebelumnya tenang berubah dingin seketika. Setiap kali nama Gu Yang disebut, hatinya mendidih penuh amarah. Orang tua sombong itu telah menjadi sumber penderitaannya.

Dia masih mengingat dengan jelas bagaimana Gu Yang dengan sombongnya, menekan dan bahkan mencoba melukainya secara serius hanya karena dia menolak untuk masuk ke kelas emas. Jika bukan karena Zhao ZhiQing yang kebetulan ada di sana, dia mungkin sudah mengalami luka dalam yang parah, atau bahkan lebih buruk.

Lin Chen menatap pria di depannya dengan tatapan dingin, seperti mata pedang yang siap menusuk. Dengan nada datar namun tajam, ia menjawab,

"Aku hanya memperlakukan orang sebagaimana mereka memperlakukanku. Jika mereka baik, aku akan membalas dengan lebih baik dan hormat. Namun, jika seseorang memperlakukanku dengan buruk, aku akan membalas dengan perlakuan yang sama, bahkan lebih buruk. Gu Yang bukan pengecualian."

Mendengar itu, pria tersebut mengepalkan tinjunya. Wajahnya berubah muram, jelas terlihat bahwa ucapan Lin Chen telah menyulut kemarahannya. Namun, sebelum dia sempat membalas, Lin Chen melanjutkan dengan suara yang penuh sindiran,

"Dan kau, berteriak-teriak di sini seperti orang yang kehilangan akal. Apa kau tidak tahu ini adalah wilayah Sekte, bukan hutan rimba? Atau... kau memang bodoh? Ah, maaf, aku lupa. Kau murid si tua Gu Yang. Pantas saja. Guru yang bodoh secara alami akan menghasilkan murid yang sama bodohnya, seperti dirimu."

Setiap kata-kata itu menusuk pria tersebut seperti duri tajam. Wajahnya memerah karena amarah dan malu. Sekelompok murid yang menonton mulai berbisik-bisik, beberapa orang bahkan tercengang, sementara yang lain berusaha menahan tawa.

Mendengar suara-suara tidak menyenangkan dari kerumunan, wajah Zhang Wei langsung berubah. Wajahnya memerah, kali ini bukan karena malu, tetapi karena amarah yang membara. Dengan penuh emosi, ia akhirnya berteriak dengan ganas,

"Kau kurang ajar! Beraninya kau menghina Tetua Gu Yang dan aku di depan umum!" Suaranya menggema, dipenuhi dengan kemarahan yang tak terbendung.

"Aku, Zhang Wei dari Kelas Emas, akan mengajarimu bagaimana cara berbicara dengan benar! Bersiaplah untuk bertarung sekarang juga!"

Lin Chen tersenyum dingin. Ia meletakkan gulungan dan kitab yang ia bawa ke samping, lalu berjalan ke tengah kerumunan yang semakin ramai.

"Jika itu yang kau inginkan, aku akan meladenimu. Tapi ingat, aku tidak akan menahan diri. Jadi, jangan menyesal nanti," katanya, nadanya santai namun menusuk.

Zhang Wei segera maju, auranya meluap dengan energi Qi yang kuat, menciptakan tekanan yang terasa jelas di sekitar mereka. Kekuatan di ranah Pengumpulan Qi level 5 tahap menengah meletus dari tubuhnya, membuat beberapa murid di sekitar mundur karena tertekan.

Kerumunan murid semakin heboh, bersiap menyaksikan pertarungan mendadak ini. Namun Lin Chen, meskipun berada di ranah Pengumpulan Qi level 1, tetap berdiri dengan tenang, matanya penuh kepercayaan diri yang membuat lawannya ragu sejenak.

"Dasar tidak tahu diri! Hanya semut di ranah Pengumpulan Qi level 1 yang berani bersikap sombong. Mari kita lihat siapa yang akan menyesal," ujar Zhang Wei dengan nada mengejek, sebelum melepaskan pukulan pertamanya.

"Rasakan ini,

"TINJU PEMECAH BATU!"

Zhang Wei berteriak lantang sebelum melesat ke depan dengan kecepatan tinggi, tinjunya terarah langsung ke kepala Lin Chen. Energi Qi yang besar menyelimuti pukulannya, menimbulkan tekanan yang membuat beberapa murid di sekitar mundur ketakutan.

Namun, melihat serangan itu, Lin Chen hanya tersenyum mencibir. Tanpa ragu, ia mengaktifkan 20 jalur meridian di dalam tubuhnya. Dalam sekejap, kekuatannya melonjak sembilan kali lipat. Kini kekuatannya setara dengan kultivator di ranah awal Pendirian Fondasi, meskipun belum mencapai level 1.

Dengan tenang, tanpa rasa takut sedikit pun, Lin Chen mengulurkan tangan dan bersiap menghadapi serangan itu.

"TINJU GELOMBANG, LEDAKAN EMPAT GELOMBANG!" teriaknya.

"WUSH! DUAR!"

Ledakan energi yang begitu dahsyat langsung mengguncang area sekitar, menciptakan badai angin yang mengguncang segala hal di sekitarnya. Asap dan debu beterbangan ke segala arah, membuat pandangan di sekitar menjadi buram.

Detik berikutnya, terdengar suara teriakan kesakitan yang memekakkan telinga,

"ARGH!"

Tubuh Zhang Wei terlempar ke belakang sejauh 12 meter. Ketika dia jatuh ke tanah, lengan kanannya terlihat hancur berlumuran darah, dengan tulang yang mencuat keluar, pemandangan itu terlihat begitu mengerikan hingga beberapa murid menahan napas ngeri.

Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di dalam Paviliun Surgawi, pria tua yang menjaga paviliun itu bergumam pelan. Sebuah senyuman kecil terukir di sudut bibirnya. Dengan nada ringan namun penuh makna, ia berkata,

"Anak muda yang menarik. Kekuatannya bahkan bisa meningkat hingga setara dengan ranah Pembangunan Fondasi, benar-benar mengagumkan."

Pria tua itu akhirnya memperoleh pemahaman yang lebih dalam.

"Pantas saja dia memilih teknik yang begitu sulit dipelajari dan membutuhkan energi besar. Rupanya, dia bukan hanya seseorang yang mengejar ambisi tanpa dasar, tetapi karena dia telah mempertimbangkannya dengan sangat matang."

Kembali Ke Lin Chen.

Melihat lawannya terpental sejauh 12 meter dengan tangan kanan yang remuk, dia hanya menatapnya dengan datar, lalu berkata,

"Aku sudah bilang tidak akan menahan diri. Jadi, ini bukan salahku. Kau sendiri yang mencari masalah untuk dirimu sendiri."

Setelah itu, tanpa peduli pada kerumunan, Lin Chen segera melangkah pergi. Orang-orang yang tadinya menutupi jalan langsung bergerak membuka jalan. Tatapan mereka penuh dengan ketakutan. Jelas, kekuatan yang baru saja Lin Chen tunjukkan membuat mereka semua gentar dan tidak berani berkata sembarangan.

Di sisi lain, Zhang Wei masih terduduk di tanah. Matanya dipenuhi ketakutan yang sulit disembunyikan. Dia tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Jelas-jelas Lin Chen hanya berada di ranah Pengumpulan Qi - Level 1, namun kekuatannya saat konfrontasi barusan sangat besar, bahkan melebihi kekuatan miliknya sendiri.

Pikiran itu terus menghantuinya, membuat rasa ngeri merayap ke dalam hatinya. Bagaimana mungkin seseorang dengan level kultivasi serendah itu mampu menandingi, bahkan mengalahkannya dengan mudah?

Namun, rasa sakit yang teramat sangat dari lengannya yang remuk segera menyadarkannya. Dengan langkah tertatih-tatih, Zhang Wei memaksakan diri untuk berdiri dan melangkah pergi, meninggalkan tempat itu dengan penuh rasa malu dan putus asa.

1
Nanang Supriyatna
update lagi thor semangat thor 💪💪 🔥🔥🔥🔥🌹🌹🌹
Endro Budi Raharjo
lupa dg misinya ato dg penguasaan ruang dan waktu kembali lg ke semula....
Iskandar Yunaeni
mana nih lanjutannya
yos helmi
ngelantur terlalu jauh thor.. dah up asal inget.. ng niat up mending modar thor
Anwar Mbadasia
lanjut
eco cute
jozzz
Endro Budi Raharjo
wadoh....uda tegang.....
Nanang Supriyatna
update lagi thor semangaaaat thor 💪💪
Endro Budi Raharjo
penuh dg penghianat....
Endro Budi Raharjo
di awal biasanya ckp menghibur....tp di pertengahan ....
Endro Budi Raharjo
asyiiikk kayaknya....
Endro Budi Raharjo
asyiiikk kayaknya....
Durian Anget
pfttt
Durian Anget
sekedar, bukan sekadar
Nanang Supriyatna
mata mataku..lanjut thor...
maz tama
ditunggu update terbaru nya thor /Grin/
maz tama
bantai Thor bantaaaaiiiiiii
maz tama
lanjut thor
maz tama
lanjut thor semangat
Bumur Bumur
menarik ditunggu kelanjutan nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!