London, sebuah tempat yang menyisakan kenangan termanis dalam hidup Orion Brox. Dalam satu hari di musim panas, ia menghabiskan waktu bersama gadis cantik yang tak ia ketahui namanya. Namun, rupa dan tutur sapanya melekat kuat dalam ingatan Orion, menjelma rindu yang tak luntur dalam beberapa tahun berlalu.
Akan tetapi, dunia seakan mengajak bercanda. Jalan dan langkah yang digariskan takdir mempertemukan mereka dalam titik yang berseberangan. Taraliza Morvion, gadis musim panas yang menjadi tambatan hati Orion, hadir kembali sebagai sosok yang nyaris tak bisa dimiliki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
One Day In London 20
Hampir sepuluh menit, di dalam ruangan itu sangat hening. Baik Tara maupun Orion tak ada yang bersuara. Masing-masing sibuk menenangkan diri, pun sibuk mencari rangkaian kata yang tepat untuk diucapkan.
"Sunny." Sampai kemudian, Orion yang lebih dulu membuka suara. Namun, itu pun bukan untuk mengutarakan kalimat panjang, melainkan sebatas memanggil dengan diiringi tatapan yang dalam.
"Aku menghargai perasaanmu, tapi ... kuharap kamu juga menghargai keadaan sekarang. Aku dan Olliver sudah tunangan, sebentar lagi kami menikah. Kurasa ini tidak pantas jika terus dibahas," ucap Tara dengan pelan, pun tanpa menyiratkan kekesalan. Dia sadar, untuk berbicara dengan Orion saat ini tidak bisa dengan mengedepankan emosi. Harus lembut, dari hati ke hati, agar lelaki itu bisa mengerti.
"Sunny ... apa menurutmu ini adil untukku?" Tatapan Orion makin dalam, seolah mengharap simpati dari Tara.
Namun, wanita yang ditatap itu justru menarik napas panjang dan enggan membalas tatapan Orion.
"Sunny ...."
"Orion, kamu pasti tahu kalau awalnya kamulah yang akan dikenalkan denganku, bukan Olliver. Tapi, kamu tidak mau menemuiku, kan?"
"Awalnya aku sudah berniat pulang. Tapi, dalam perjalanan dari kantor aku melihatmu di depan pusat perbelanjaan. Aku mengejarmu, aku berusaha mencarimu meski akhirnya gagal. Aku tidak antusias dengan Tara karena aku masih mencintai Sunny. Aku ingin setia dengan Sunny. Sebesar itu perasaanku padamu, Sunny." sahut Orion dengan cepat.
Dia tak mau membuat sedikit saja waktu bagi Tara untuk salah paham. Tara harus tahu sebesar apa cinta yang dia pendam selama lima tahun ini.
"Itu bukan alasan, Orion."
"Sunny ...."
"Selama dua puluh delapan tahun ini, aku menyibukkan diri dengan karier. Aku tidak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki, itu sebabnya aku tak menganggapmu sewaktu di London dulu. Lalu saat aku pulang dan Mama akan mengenalkanmu denganmu, jujur ... aku tersinggung saat kamu menolak datang. Sehina itukah aku di matamu? Sampai-sampai kenal saja kamu tak mau. Ingat, Orion, mamaku dan mamamu hanya ingin mengenalkan kita, bukan menjodohkan kita."
Orion menarik napas panjang, lantas berkata, "Aku tahu. Soal itu aku benar-benar minta maaf. Tapi, semua itu kulakukan demi kamu, Sunny."
Sekali lagi Orion mengutarakan alasan ketidakhadirannya malam itu.
"Ya, aku mengerti. Tapi, kamu juga harus mengerti, Orion, kalau hal itulah yang menjadi penyebab utama sesuatu yang menurutmu tidak adil ini," jawab Tara, pelan tetapi penuh penekanan.
"Aku mencintaimu, Sunny." Begitu banyak kalimat yang ingin diucap. Namun, Orion tak tahu harus dari mana memulainya. Apa yang berkecamuk dalam hati ibarat benang kusut yang sukar diurai karena tak jelas di mana ujungnya. Alhasil, hanya pernyataan cinta yang kembali ia gaungkan, entah untuk keberapa kalinya.
"Sudah kukatakan, aku menghargai perasaanmu. Tapi, sudah sangat terlambat untuk dibahas sekarang. Aku dan Olliver sebentar lagi akan menikah."
"Apa kamu mencintai Olliver?" tanya Orion.
"Menurutmu?"
"Menurutku tidak," jawab Orion tanpa berpikir panjang. Masuk akal atau tidak, tetapi itulah jawaban yang paling dia yakini.
"Atas dasar apa kamu bisa bilang gitu?" selidik Tara sambil menatap sesaat.
"Kamu dan Olliver kenal baru hitungan hari. Secepat itukah kamu jatuh cinta dengannya?"
Tara tersenyum. "Katanya, kamu juga mencintaiku, padahal kita hanya bersama dalam satu hari. Orion, rasanya tidak masuk akal kalau sekarang kamu meragukan perasaanku pada Olliver, dengan alasan waktu."
"Itu beda, Sunny."
"Apanya yang beda?"
Orion mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku tidak yakin kamu mencintai Olliver."
"Lalu? Menurutmu aku mencintai siapa? Kamu?" Suara Tara kembali meninggi. Dia kesal dengan Orion yang menurutnya tidak bisa diajak bicara baik-baik.
Sebenarnya—jika mengikuti naluri, Orion ingin menjawab 'iya'. Namun, dia sadar, hal itu akan membuat Tara makin kesal. Makanya, Orion memilih diam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Kurasa semua sudah selesai, Orion. Tidak ada lagi yang perlu dibahas. Kamu silakan pergi, pekerjaanku masih banyak," usir Tara, tanpa membentak. Sampai di sini, dia masih bisa mengontrol emosinya.
"Sunny, pembicaraan kita belum selesai. Aku mencintaimu, aku—"
"Apalagi yang kamu inginkan?" Kesabaran Tara sudah habis. Dia tak hanya membentak, tetapi juga sambil bangkit dari kursi kerjanya.
Orion terkejut dan urung melanjutkan ucapannya.
"Sekarang aku tanya, Orion, maumu apa? Kamu ingin aku berpisah dan gagal menikah dengan Olliver? Jika itu yang kamu inginkan, oke, akan kulakukan," ujar Tara masih dengan nada tinggi.
"Kamu—"
"Tapi, jangan pikir setelah berpisah dengan Olliver aku akan mendatangimu. Tidak akan pernah, Orion! Aku mau menggagalkan pernikahan karena aku tidak mau ada drama ke depannya. Aku menikah untuk bahagia, bukan untuk mencari masalah. Jika bersama Olliver menimbulkan masalah seperti ini, aku tidak keberatan berpisah dengannya," pungkas Tara.
"Sunny, bukan itu maksudku." Orion menjawab sambil ikut berdiri, menjajari Tara di hadapannya.
"Aku bukan budak cinta, Orion. Aku punya logika. Untuk apa menjalin hubungan yang penuh masalah. Kalaupun nanti tidak ada yang mau lagi denganku, hidup sendiri juga tidak akan membuatku mati," ucap Tara dengan napas yang naik turun.
Orion masih diam, tak menyangka kalau obrolan mereka akan berakhir buruk.
"Kamu atau aku yang pergi?" ujar Tara dengan tatapan nyalang. Amarah masih tergambar jelas di wajahnya.
Bersambung...
Dan Tara prilaku mu mencerminkan hati yng sdng galau , kenapa juga harus mengingkari hati yng sebenarnya Tara
Orion kalau kamu benar cinta ke Tara terus lah perjuangkan.
lanjut thor 🙏