Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan pergi mama,
"Bu Mila," ucap Mbak Asih yang sudah membawa nampan yang berisi minuman untuk Mila.
"Iya Mbak Asih?" Mila menatap Mbak Asih lekat.
"Ini minuman untuk Bu Mila," ucap Mbak Asih sembari meletakan secangkir teh manis hangat di atas meja.
Mila tersenyum.
"Makasih banyak ya Mbak. Harusnya nggak usah repot-repot Mbak," ucap Mila.
"Nggak apa-apa Bu Mila. Sama sekali nggak ngerepotin kok. Saya malah senang lihat Bu Mila main ke sini. Soalnya, Aluna dari tadi pagi juga belum makan. Dia juga mogok sekolah," ucap Mbak Asih menjelaskan.
Mila menatap Aluna lekat.
"Apa benar yang dikatakan Mbak Asih?" tanya Mila pada Aluna.
Aluna diam. Dia tidak menjawab pertanyaan dari ibunya.
"Sayang, kenapa kamu nggak makan? kenapa kamu juga mogok sekolah. Kamu harus makan, nanti kamu sakit kalau nggak makan. Dan kamu juga harus rajin sekolah. Kalau kamu jarang masuk sekolah, gimana kalau nilai kamu nanti turun," ucap Mila.
Aluna menatap Mila lekat.
"Mama, aku pengin mama tinggal di sini lagi. Aku nggak mau mama sampai berpisah sama Papa," ucap Aluna dengan wajah sedih.
"Mama nggak bisa sayang, sebenarnya mama juga pengin tinggal di sini bareng Aluna lagi. Tapi keputusan ada di tangan Papa kamu. Mama nggak bisa berbuat banyak sayang."
"Aluna," ucap Mbak Asih.
Aluna kemudian menatap Mbak Asih.
"Mumpung mama kamu ada di sini, kamu makan ya. Nanti Mbak ambilkan kamu nasi. Biar mama kamu nanti yang nyuapin kamu."
"Iya Aluna. Mama suapi ya," ucap Mila.
Aluna tersenyum dan langsung mengangguk.
"Iya Ma, aku mau di suapin Mama."
Mbak Asih tersenyum, Mbak Asih senang, karena akhirnya Aluna mau makan juga. Dari tadi pagi, Mbak Asih susah sekali untuk membujuk Aluna makan.
***
Siang ini, Mbak Asih dan Mila masih berada di teras depan rumah. Mereka masih tampak asyik ngobrol. Sementara Aluna, masih asyik bermain bonekanya.
"Mbak Asih, saya mau tanya sesuatu sama Mbak," ucap Mila.
"Tanya apa Bu Mila?" tanya Mbak Asih.
"Kemarin Aluna sempat cerita sama aku, kalau ayahnya pernah membawa seorang wanita ke rumah. Mbak Asih kenal sama wanita itu?"
Mbak Asih diam. Sebenarnya Mbak Asih sudah tahu hubungan Adnan dengan wanita itu. Tapi Mba Asih bingung untuk mengatakan apa pada Mila.
"Mbak Asih kenapa Mbak? apa yang Mbak tahu tentang wanita itu?" tanya Mila.
"Bu Mila, Pak Adnan memang sering mengajak seorang wanita ke sini. Tapi saya tidak begitu tahu, ada hubungan apa dia dengan wanita itu."
"Mbak Asih kenal sama wanita itu?"
"Namanya Monika Bu. Sepertinya wanita itu juga sudah lumayan dekat dengan Pak Adnan. Tapi saya tidak tahu siapa wanita itu. Katanya sih, teman sekantornya Pak Adnan."
"Teman sekantor?"
Mila diam dan tampak berfikir.
Apakah Mas Adnan sudah lama mempunyai hubungan dengan wanita itu, batin Mila.
"Terus, wanita itu sering ke sini Mbak?" tanya Mila yang masih dipenuhi rasa penasaran.
"Sering Bu. Kadang wanita itu ke sini, untuk ngajakin Pak Adnan keluar di waktu-waktu weekend."
"Begitu?"
"Iya Bu."
Mila sedih saat mendengar ucapan Mbak Asih. Walau Mbak Asih pura-pura tidak tahu hubungan Adnan dengan wanita itu, tapi Mila sudah punya firasat kalau Adnan sudah pacaran dengan wanita itu. Tapi Mila tidak tahu, sudah berapa lama Adnan menjalin hubungan dengan wanita itu.
Di sela-sela Mbak Asih dan Mila ngobrol, tiba-tiba saja sebuah mobil masuk ke halaman depan rumah.
Mila terkejut saat melihat mobil itu. Dia fikir, mobil itu mobil Adnan. Tapi dilihat dari plat nomernya, mobil itu seperti bukan mobil Adnan.
"Mbak Asih, siapa itu Mbak?" tanya Mila.
"Saya nggak tahu Bu Mila. Tunggu di sini ya Bu."
Mbak Asih buru-buru melangkah mendekati mobil itu.
Beberapa saat kemudian, Bu Retno keluar dari mobil itu.
"Bu Retno, saya fikir siapa," ucap Mbak Asih.
Bu Retno tersenyum.
"Siapa itu Bu?" tanya Mbak Asih yang penasaran dengan siapa pengendara mobil itu.
"Itu saudara saya Mbak Asih."
"Oh... sebenarnya ibu dari mana sih?"
"Saya dari rumah saudara Mbak Asih. Maaf ya, kalau saya tidak ajak Aluna. Soalnya saya buru-buru tadi pagi. Aluna juga kan lagi ngambek."
Setelah Bu Retno turun, mobil itu kemudian meluncur pergi meninggalkan rumah Bu Retno
"Lho, kok pergi mobilnya Bu. Nggak mampir dulu?"
"Katanya lagi buru-buru Mbak Asih."
Pandangan Bu Retno tertuju pada Mila yang masih duduk di depan teras rumahnya.
"Mila, dia ada di sini?"
"Iya Bu Retno. Dia lagi main ke sini."
Bu Retno buru-buru mendekat ke arah Mila.
"Mila, kamu sudah lama di sini?"
"Sudah Bu."
Mila bangkit dari duduknya. Setelah itu dia pun mencium punggung tangan Bu Retno.
"Kenapa kamu main ke sini nggak bilang-bilang?" tanya Bu Retno.
"Maaf Bu, kalau saya lancang datang ke sini. Tadi pagi saya ke sekolah Aluna. Tapi kata gurunya, Aluna katanya nggak masuk sekolah. Jadi saya langsung ke sini, takutnya Aluna sakit."
Bu Retno tersenyum dan menatap Aluna.
"Kenapa kamu di luar aja. Ayo masuk!" pinta Bu Retno.
"Nggak Bu, makasih. Sebenarnya aku juga mau pamit pulang Bu. Soalnya aku udah dari tadi di sini."
"Duh, kok pulang sih. Ibu aja belum ngobrol-ngobrol sama kamu Mil. Ibu kangen Mil sama kamu."
Aluna bangkit dari duduknya. Setelah itu dia pun menatap Mila lekat.
"Mama, mama jangan pergi lagi. Tetaplah di sini mama, Luna kangen sama mama. Luna pengin bobok bareng mama," ucap Aluna sembari menggenggam tangan Mila.
Mila sedih saat melihat Aluna. Sebenarnya Mila juga tidak tega harus meninggalkan Aluna. Mata Mila berkaca-kaca, air matanya sudah berkumpul di pelupuk matanya.
"Aluna, mama harus pergi sayang."
"Luna mau ikut mama."
Mila meneteskan air matanya.
"Nggak bisa sayang. Maafin Mama ya, mama belum bisa membawa kamu pergi. Kalau kamu mau ikut mama nanti saja ya sayang. Untuk sementara kamu tinggal di sini dulu sama nenek dan Papa."
Aluna menggeleng. Nampaknya Aluna berat untuk melepaskan mamanya pergi. Dia ingin ikut dengan Mila. Tapi, Mila belum bisa mengajak Aluna, karena dia masih numpang di rumah Bu Suci. Belum tentu juga, Zaki mengizinkan Mila membawa anaknya.
"Mila, kenapa kamu buru-buru sih. Nanti saja pulangnya."
"Tapi..."
"Tapi apa?"
"Gimana kalau nanti tiba-tiba Mas Adnan pulang Bu. Aku bisa dimarahin kalau aku diam-diam menemui Aluna di sini."
"Nggak, Adnan pulangnya sore. Ini aja belum asar. Kamu masih punya banyak waktu untuk bermain dengan Aluna dan ngobrol dengan ibu."
Bu Retno juga nampaknya berat untuk melepaskan Mila.
"Mila, ibu mau bicara sesuatu sama kamu Mil," ucap Bu Retno dengan wajah serius.
"Ibu mau bicara apa?"
"Kita bicara di dalam saja yuk!" ajak Bu Retno.
Mila mengangguk. Dia menurut dengan Bu Retno masuk kembali ke dalam rumah. Bu Retno mengajak Mila untuk duduk.
"Ibu mau bicara apa Bu?" tanya Mila penasaran.
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^