Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pak RT Tak berkutik
Dan pada pagi harinya setelah Rudy berangkat bekerja, kembali ponsel Melisa berdering. Namun karena sudah seminggu ini ia jadi bulan-bulanan pria tu4 b4ngk4 itu, ia tahu bahwa yang menghubunginya adalah pak RT.
Melisa sengaja mengabaikan ponselnya, namun itu hanya beberapa menit saja sampai dering kedua hingga ketiga pun tetap Melisa acuhkan.
"Ckk ada apa sih tua itu telpon terus?" Geram Melisa.
Melisa pun menyalakan saluran televisi untuk menonton Chanel kesukaannya, baru saja ia menikmati sajian film romantis pintu di ketuk dari luar.
Dengan langkah malasnya Melisa berjalan mendekati ruang tamu hingga terpaksa ia buka pintu itu yang ternyata di depannya sudah berdiri pak RT.
"Oohh ada pa RT to.....??" Lirih Melisa dengan santainya.
"Kamu udah berani mengacuhkan bapak ya Mel?" Tanya pak RT sewot.
"Maksud bapak apa ya?" Tanya Melisa sok tak berdosa.
"Jangan pura-pura, saya sudah habis uang banyak untuk membelikan kamu kalung berlian. Kenapa kamu tidak kerumah waktu saya telepon kamu?" Geram pak RT.
"Aduh maaf ya pak, aku tuh gak lagi pegang hp, soalnya aku lagi nonton teve tau." Elak Melisa masih dengan santainya.
"Lagian yang nyuruh pak RT kasih berlian ke aku juga siapa? Kan Melisa gak minta?" Lanjut Melisa menyindir.
"Ya memang sih, tapi tetap saja kartu kamu masih ada di sini." Jawab pak RT sambil menunjuk pada handphonenya sendiri.
"Kartu apa ya?" Tanya Melisa berpura-pura.
"Video kamu sama ayahmu itu?" Tekan pak RT yang sengaja ingin menyudutkan Melisa dan buat Melisa ketakutan.
Melisa tersenyum menyeringai, tangannya mengusap wajah pak RT yang sudah berkerut kayak jeruk yang sudah kisut.
"Ohh yang itu? Video itu udah aku hapus tuh dari ponsel pak RT."
Kedua bola mata pak RT membulat sempurna, seakan akan copot dari kelopaknya. Namun detik selanjutnya pria tua itu langsung membuka video Melisa dengan Rudy.
Raut wajah pak RT langsung memudar yang awalnya penuh kemarahan kini memucat, ia bahkan berulang kali mencari video itu dari galerynya, tetap tidak menemukannya.
"Kamu ....." Tunjuk pak RT kesal karena ia tidak melihat video itu ada di galerinya.
"Iya pak, sudah Melisa hapus videonya. Jadi pak RT sudah gak bisa lagi mengancam aku." Jawab Melisa.
"Lancang kamu Mel, asal buka hape bapak." Kesal pak RT yang kini sudah tahu-tahu masuk ke dalam rumah.
Melisa yang melihat itu kesal dan tidak suka, karena jika mereka terlihat terlalu lama ngobrol di depan rumah akan menjadi tanda tanya para ibu-ibu yang tukang gosip.
"Kalo saya gak lancang gitu, pak RT selalu ancam saya. Lagian yang lancang bapak kok pengen tahu urusan Melisa aja." Balas Melisa yang kini sudah jengah.
"Awas kamu ya Mel ...." Marah pak RT yang kesal jadi ini gak bisa dapat jatah dari Melisa.
Pak RT yang kesal pun akan meninggalkan rumah namun tangannya di cegat oleh Melisa.
"Tunggu .....!! Kalo sampai pak RT bilang-bilang ke warga lihat saja yang malu bukan hanya Melisa, tapi bapak juga."
Pak RT menoleh pada Melisa yang kini sedang sibuk membuka ponselnya dan langsung menunjukan video p4n45 yang pemerannya Melisa dan pak RT sendiri.
"Kamu rekam video kita?" Tanya pak RT yang sudah memucat wajahnya.
"Iya dong pak, masa cuma pak RT aja yang bisa. Gimana seru banget kan saat kita di video itu?" Sindir Melisa.
"Jangan di sebarkan Mel, bapak mohon?" Kini pak RT yang cukup terkejut disertai rasa takut.
"Kalo gitu awas kalo pak RT sampe ember masalah hubunganku dengan ayah. Apa jadinya jika Bu RT tahu kegiatan kita selama seminggu saat Bu RT sedang pergi ke luar kota?"
"Please jangan Mel.....bapak gak akan ember." Janji pak RT sudah ketakutan.
"Baiklah pak RT, untuk itu jangan usik hidup Mel lagi. Toh pak RT udah rasain serabi Melisa juga kan?"
"Tapi Mel....."
Melisa menaikkan satu tangannya, meminta pak RT untuk berhenti bicara lebih banyak lagi.
"Cukup pak, kalo sampe Bu RT tau pak RT akan menikahi Mel dan menceraikan istri pak RT akan jadi apa ya?" Ancam Melisa kembali.
"Tolong jangan ya Mel, bapak akan turuti kemauan kamu."
Melisa tertawa riang dalam hati, ia pun membuka pintu depan tamu dan menyuruh pak RT keluar dari rumahnya.
"Sekarang pak RT keluar, atau video kita akan aku kirim ke nomernya Bu RT. Jangan kira Melisa gak punya nomer Bu RT."
"Iya pak RT akan pulang." Jawab pak RT yang begitu kesal dan kecewa.
Selepas pak RT pulang, Melisa baru bisa bernafas dengan lega. Akhirnya ia bisa lepas dari jeratan pak RT.
Dua hari kemudian.
Hari ini adalah hari di mana Lusi pulang dari rumah sakit, Rudy langsung memboyong isteri tuanya itu ke rumah mereka.
Melisa yang tahu ibunya akan pulang langsung berinisiatif untuk bersih-bersih, kamar ibunya pun yang kemaren sempat ia buat nani-nu dengan ayahnya kini sudah ia tata sedemikian rapinya.
Sudah 2 hari Rudy tidur di rumah sakit, jadi Melisa sudah 2 hari pula tidak mendapatkan nafkah batin dari suaminya itu.
Tak lama berselang mobil ayahnya yang membawa ibunya telah sampai di depan rumah, Melisa langsung keluar dan menyapa ibunya.
"Ibu ..."
Lusi yang melihat Melisa yang kini terlihat agak berisi pun merengkvhnya, Melisa pun membalasnya dengan hal yang sama.
"Ibu udah sehat?"
"Lumayan Mel, kamu gimana sehat?'
"Sehat Bu, oiya ayo masuk Mel udah masakin masakan buat ibu."
Lusi mengangguk dan berjalan dengan Melisa yang mengandeng ibunya, sedangkan Rudy tengah membawa tas yang berisi pakaian dari rumah sakit untuk ia bawa ke dalam kamar mereka. (Kamar Rudy dan Lusi tentunya).
Melisa pun menyiapkan piring-piring dan ia taruh di meja makan, sedangkan Rudy dan Lusi kini telah duduk di sana.
"Ibu makan nasi lembek sama sayur cap cay ya?" Ucap Melisa yang telah mengambil piring untuk ibunya.
"Iya Mel tapi seidikit aja ya?"
"Oke...."
Melisa pun mengisi piring itu dengan nasi dan sayurannya, ia juga mengisi piring untuk suaminya yang sedari tadi menatapnya.
Lusi pun hanya menatap suaminya yang terlihat begitu memperhatikan Melisa, tentu saja ia mengakui kecantikan anak angkatnya itu.
Setelah acara makan selesai, Rudy membawa istrinya ke dalam kamar, sedangkan Melisa sibuk membereskan piring-piring kotor dan akan mencucinya.
Di dalam kamar Rudy memberikan obat untuk istrinya dari dirumah sakit, sedangkan Melisa yang telah selesai berbenah dapur pun kini masuk ke dalam kamar ibunya.
"Ibu pengen di pijat Mel kayak dulu?" Tawar Melisa.
"Tidak usah Mel, sudah malam kamu tidur saja."
"Baiklah." Jawab Melisa sembari menatap ayahnya yang terlihat memendam rindu.
"Mas mau tidur sama Melisa?" Pertanyaan itu sontak mengagetkan Rudy yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Melisa sampai keluar dari kamar.
"Tidak usah, biar aku tidur sama kamu saja." Jawab Rudy tidak enak hati pada Lusi.
Rudy pun tidur disamping Lusi, tangannya memeluk istrinya. Namun ia cukup gelisah dan tidak bisa tidur sehingga tidur hanya berpura-pura memejamkan matanya.
15 menit kemudian Lusi tertidur karena efek obat yang diberikan dari rumah sakit, Rudy yang melihat itu langsung tidak mau membuang kesempatan untuk beranjak dari kasur dan menemui isteri keduanya.
Sedangkan Melisa kini yang sedari tadi bersih-bersih rumah juga merasakan terlihat kelegaan, sehingga dengan hitungan menit Melisa langsung tertidur pulas.
Rudy membuka pintu kamar Melisa dan mengunci kamar isteri mudanya, ia melihat Melisa tidur dengan pakaian tipis.
Melisa membuka matanya ketika ada yang membasahi alat ucapnya, ia terkejut saat itu juga.
"Ayah ....?? Kenapa disini?" Tanya Melisa.
"Mau bajak lahan kamu Mel, ayah kangen." Rajuk Rudy dan Melisa pun hanya menurutinya.
Bersambung.......