NovelToon NovelToon
Penyesalan Anak Dan Suami

Penyesalan Anak Dan Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:4.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.

Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAS 20

"Nana kok tumben diem di sini? Nggak kumpul-kumpul sama temen lainnya.

Tegur wali kelas Nana, Aileena.

Nana yang tadinya merebahkan kepalanya di atas meja dengan beralaskan kedua tangan yang dilipat lantas mendongakkan kepalanya.

"Ah, ibu, nggak Bu. Mau di sini aja."

"Kenapa? Wajah kamu kok murung gitu? Kamu begadang?" terka Aileena yang sudah duduk di bangku di samping Nana. Ia menduga Nana begadang sebab lingkar mata Nana tampak menghitam.

Nana lantas mengangguk, mengiyakan.

"Kamu kan sekolah, Na, kenapa begadang? Nanti kamu ngantuk nggak bisa konsentrasi belajar. Memangnya kamu begadang ngapain? Nonton?"

Nana menggeleng, "bukan, Bu. Ibu Nana sakit. Ibu nggak sadar-sadar jadi dibawa ke rumah sakit. Ayah jagain ibu jadi Nana jagain adek-adek. Adek-adek nangis terus nyariin ibu jadi Nana nggak bisa tidur," ucapnya sendu.

Aileena sampai tersentak mendengar penuturan muridnya itu. Rasa bersalah seketika mendera Aileena sebab ia pernah mengingatkan Nana agar bersikap baik pada ibunya sebelum ia menyesal. Dan kini ... seakan apa yang dikatakannya langsung diijabah, ibu Nana sakit membuat remaja perempuan itu tampak murung.

"Memangnya ibu sakit apa?"

"Nana nggak tau, Bu. Mungkin ini hukuman untuk Nana karena selalu melawan ibu. Nana nggak pernah bantu ibu beres-beres sama jaga adik. Nana selalu bikin ibu kesel dan kecewa. Nana nyesel, Bu. Nana mau ibu sembuh. Tapi ibu kayaknya nggak mau maafin Nana dan ayah. Ibu nggak bangun-bangun. Nana nggak mau kehilangan ibu, Bu. Nana harus bagaimana?" tanya Nana lirih. Bahkan pipinya telah basah dengan derai air mata yang tak henti mengucur.

Dada Aileena seketika sesak. Jantungnya bagaikan diremas.

Aileena lantas memeluk Nana dan mengusap punggungnya.

"Ibu nggak tau bagaimana caranya supaya ibu Nana segera bangun. Tapi satu yang pasti, Nana jangan lupa sholat. Berdoalah dengan sungguh-sungguh. Minta ampun sama Allah. Lalu doakan ibu supaya diberikan kesembuhan. Yakin dan percayalah, doa seorang anak yang penuh ketulusan insyaallah akan didengarkan Allah. Jangan pernah putus asa ya, nak. Ibu pun akan turut mendoakan ibumu supaya diberikan kesembuhan dan kesehatan seperti sedia kala."

...***...

"Ayah, adek manjat meja."

"Ayah, adek numpahin air."

"Ayah, adek berantakin mainan."

"Ayah, adek main sabun di kamar mandi."

"Ayah ... "

"Ayah ... "

"Ayah ... "

Gaffi tak henti-hentinya berteriak sejak sepulang dari rumah sakit. Entah itu teriakan mengadu ataupun teriakan karena sang adik memikulnya dengan apa saja yang dipegangnya.

Amar sampai pegal sekaligus pening sendiri mendengarnya. Ternyata anak bungsunya itu memiliki stamina yang luar biasa. Seakan tak ada lelah membuatnya benar-benar kelelahan.

"Amri, udah dong, ayah capek nih! Tuh liat, rumah jadi berantakan semua gara-gara kamu," desah Amar pening sendiri melihat hampir setiap sudut rumah berhamburan mainannya dan semua benda yang ia mainkan. Tapi namanya juga bocah 2 tahun, mana bisa dilarang. Yang ada dia justru tertawa seakan tak ada beban dalam hidup.

Amar yang melihatnya tak kuasa untuk ikut tersenyum. Setidaknya, ada yang menguatkan di saat dirinya sedang tidak baik-baik saja.

Nana sebenarnya sudah pulang sekolah. Tapi karena semalam kurang tidur, jadi siang ini dia sangat mengantuk. Amar pun menyuruh anak perempuannya itu tidur. Sementara dirinya menemani Gaffi dan Amri. Mereka juga sudah makan siang. Amar membelikan anak-anaknya nasi ayam goreng yang dijual tidak jauh dari kediaman mereka. Sedangkan untuk dirinya sendiri, Amar membeli 2 bungkus mie instan.

Namun namanya juga anak-anak. Hampir semua anak-anak menyukai makanan instan berbumbu tersebut jadi saat melihat Amar memakan mie instan, anak-anaknya langsung tertarik. Tapi mereka tidak berani meminta. Mereka hanya terus memperhatikan mie sang ayah hingga akhirnya Amar menyadari kalau anak-anaknya ingin meminta mie nya jadi Amar pun membaginya. Alhasil, sore ini Amar sudah kelaparan. Tapi ia lebih memilih menahan laparnya sebab ia masih ada tugas yang lain, yaitu memandikan anak-anaknya.

Byurrrr ...

Byurrrr ...

Byurrrr ...

Terdengar suara cipratan air di kamar mandi. Setelah beberapa hari hanya berwajah sendu, Gaffi sudah bisa bermain dengan adiknya. Perlahan, Amar baru menyadari kalau begitu sulit untuk mengasuh anak-anaknya itu. Sekarang saja, Amar sengaja membiarkan anak-anaknya bermain air agar ia bisa membereskan rumahnya.

Keringat bercucuran. Amar benar-benar kelelahan, tapi pekerjaannya belum juga usai. Tak terbayang bagaimana letihnya Aliyah mengurus anak dan rumah mereka seorang diri. Tapi sepulangnya bekerja, ia justru sibuk memarahi Aliyah sebagai seorang istri dan ibu yang tidak becus karena rumah yang belum sempat dibereskan ataupun karena anak-anak yang belum dimandikan.

Amar memejamkan matanya. Perlahan tapi pasti, penyesalan itu membombardir dirinya.

"Sepertinya ini hukuman yang pantas aku dapatkan karena sudah mengabaikan mu."

Gaffi dan Amri baru saja selesai mandi. Mereka sekarang sedang mengenakan pakaian dibantu Amar. Setelah selesai, terdengar suara pintu diketuk dari luar. Amar lantas segera membukakan pintu dan ia mendapati Nafisa di depan pintu rumahnya.

"Assalamualaikum, Mas," ujar Nafisa seraya tersenyum lebar.

"Wa'alaikumussalam. Kamu Sa, aku pikir kamu tadi hanya bercanda pas bilang mau bantu aku," ujar Amar seraya mempersilahkan Nafisa masuk.

"Nggak lah. Aku serius. Wah, kamu Udah mandiin anak-anak kamu?"

Amar mengangguk. Lalu Nafisa pun segera menghampiri Gaffi dan Amri yang sontak bersembunyi di belakang Amar.

"Eh ... "

"Sepertinya mereka masih takut. Mereka selalu di rumah jadi suka takut kalau ketemu orang baru," jelas Amar. "Gaffi, Amri, kenalin, ini Tante Nafisa, temen ayah. Salaman gih!" ucap Amar, tapi kedua bocah itu menggeleng tegas.

"Nak ... "

"Udah, nggak usah dipaksain. Nanti mereka lama-lama luluh sendiri kok. Ki udah mau ke rumah sakit, Mas?"

Amar memperhatikan kedua anak-anaknya kemudian mengangguk ke arah Nafisa.

"Iya, sore ini aku mau bertemu dokter yang merawat Aliyah. Katanya hasil observasi Aliyah sudah keluar. Janji temunya sekitar kurang lebih satu jam lagi."

"Ya udah, kamu pergi aja. Biar aku di sini. Tapi nanti aku pinjam baju istri kamu ya, Mas buat salin. Aku kan langsung dari kantor jadi nggak bawa baju salin."

Amar terdiam sejenak. Sebenarnya ia tak mau ada yang mengganggu barang-barang istrinya, tapi bila ia tidak pinjamkan bagaimana dengan Nafisa. Lagipula ia sudah berbaik hati ingin membantunya menjaga anak-anaknya. Dengan terpaksa, Amar lantas mengangguk.

"Nanti kamu minta aja sama, Nana. Dia masih tidur. Kalau begitu aku siap-siap dulu ya."

Lalu Amar pun beralih pada kedua anaknya, "Gaffi sama Amri di rumah sama Tante Fisa dulu ya. Ayah mau liat ibu."

"Ibu ... "

"Mbu ... "

Lirih kedua anak itu sedih.

"Jangan nakal ya! Dengerin kata Tante Fisa."

Kedua anak itu melirik takut-takut.

"Ayah, ikut," ujar kedua anak itu.

Amar lantas menggeleng, "nggak bisa. Kalian tunggu ayah sama ibu di rumah ya. Kalau begitu, ayah pergi," ucap Amar sambil mengusap puncak kepala kedua anak itu bergantian. "Fisa, aku titip anak-anak ya. Aku tadi sudah beli ayam goreng untuk makan malam mereka. Ada di kulkas. Terima kasih udah mau bantu aku."

"Mas apaan sih? Nggak perlu sungkan. Kayak sama siapa saja," ucap Nafisa sedikit manja. Ia bersikap layaknya seorang istri pada sang suami. Tapi Amar tidak begitu menanggapi sebab yang ada dipikirannya saat ini hanyalah sang istri.

"Ayah, ikut, ayah, ikuuut. Yah, ikuttt, ayaaaah ... " teriak Gaffi dan Amri bergantian. Mereka menjerit sambil menangis tak henti-henti. Nafisa yang mencoba mendiamkannya sampai kesal sendiri karena kedua bocah itu seakan menulikan telinga dan terus-menerus meneriakkan nama sang ayah.

Geram kedua anak itu tak mau menurut, lalu Nafisa pun membentak mereka sambil menjewer telinga keduanya. Nana yang terkejut mendengar jerit tangis kedua adiknya lantas segera melompat dari tempat tidur. Matanya terbelalak saat mendapati Nafisa sedang memarahi kedua adiknya.

"Diam kalian berdua! Dasar anak bandel! Rasakan ini!"

"Tante, tante apa-apaan? Kenapa marahin dan jewer adik-adik Nana, hah?" teriak Nana yang sudah berdiri di belakang adik-adiknya dengan wajah merah padam karena marah.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
hai sahabat membacaku
udah gila dia makanya jangan jadi perampas suami orang dong terus ngajari ke anak" lo kan jadi gila
hai sahabat membacaku
Allhamdullillah akhirnya ketangkap juga
hai sahabat membacaku
iya juga yah tapi gimana kabarnya jalang tua tu selepas pensan?
hai sahabat membacaku
iya pasti budi tapi bukannya budi dipenjara ya?
hai sahabat membacaku
hahaha...kenapa?kaget bukannya itu juga karna lu maksanya nafisa sampe gitu terus kamu kan yang ngajari nafisa buat kayak lu perampas suami orang dasar jalang
hai sahabat membacaku
anaknya sendiri dicemohi dasar ngak tau malu
hai sahabat membacaku
kan bener...
hai sahabat membacaku
pasti dulu masa bunda naima sama pak akmal masih teman pak akmal suka sama bunda naima tau kebalikan
hai sahabat membacaku
alhamdulilah...akhirnya ketemu cinta pertama
hai sahabat membacaku
udah ketebak nihhh,kayaknya bakal seru deh,akan ada tentang gimana ceritanya tentang perpisahan ayah jalang sama wanita sebebarnya
Amriati Plg
Pasti mau curi file kerja amar di suruh si budi itu
Amriati Plg
Apa itu nafisa anak ayah nya amar anak kandung atau tiri tetap aja mereka saudara, gila udah emaknya jadi pelakor eh sekarang anaknya jadi Perempuan simpanan
Amriati Plg
Senang di sini ngk ada mertua n ipar julid gimana reaksi keluarga aliyah saat tahu kondisi n penyebab nya aliyah koma
Amriati Plg
Nana kasih lihat video si nafisa jadi amar tahu
Amriati Plg
Pasti di ambil si budi itu selingkuhan si nafisa
hai sahabat membacaku
lakuin aja nana,disini aku dukung banget sama kamu
Eka Sari Agustina
👍👍👍👍
hai sahabat membacaku
haha udah hamil kau!kalo gitu anne bisa lari dari neraka yang telah budi sama mertuanya buat pada anne
Johan
yah di tingkatkan lagi
bunda
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!