Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Elina dan Dixon
Nenek Amel mengusap lembut wajah Anderson. Cucu semata wayangnya, setelah kedua orang tua Anderson meninggal, ia yang seorang wanita rapuh harus menjadi sandaran cucunya. Seyumannya hanyalah sebuah kedok kerapuhannya selama ini.
"Nek?" Anderson beringsut duduk. Dia melihat sekelilingnya dan ternyata ia masih berada di kamar neneknya itu. Sejak kepulangannya itu, ia bercerita dengan sang nenek dan malah ketiduran.
"Kau sudah bangun, sepertinya kau kelelahan." Nenek Amel mengedipkan sebelah matanya menggoda putranya itu. "Apa Vivian bisa menahan tenaga mu? Wah sebaiknya Nenek harus memberikan obat kuat untuk Vivian."
Anderson memeluk nenek Amel dari samping. "Nenek tau saja apa yang aku butuhkan."
Tok
Tok
"Nenek ini Vivian, boleh Vivian masuk?" tanya Vivian. Dia tidak mungkin mengabaikan suaminya, pasti nenek Amel akan mengira ia sama saja dengan Alena.
"Masuklah."
Vivian masuk, ia melihat Anderson yang duduk di sofa di samping nenek Amel. Keduanya seperti terlihat sedang berbicara santai. "An aku sudah membawakan makan malam untuk mu, kau makanlah dulu," ucap Vivian. Nenek Amel tadi mengatakan kalau Anderson tertidur di sofa dan dia melewati jam makan malam.
"Em, Baiklah."
"Selamat malam Nek," ucap Anderson.
Melihat keakrapan Anderson, ia tidak berpikir kalau Anderson suka bermain wanita, terlihat dia sangat menyayangi nenek Amel.
"Baiklah Nek, selamat malam."
"Tunggu Vivian, nenek ingin membicarkan sesuatu pada mu."
Nenek Amel melangkah ke arah lemari berwarna putih itu, dia mengambil sebuah kotak. Ia membuka kotak itu dan terlihatlah sebuah kalung berlian kemudian memberikannya pada Vivian.
"Vivian, kini kau sudah menjadi menantu ku, istri dari Anderson. Kau berhak memiliki kalung ini. Kalung ini di jadikan sebagai turun temurun untuk menantu keluarga ini."
"Tapi Nek, aku tidak bisa menerima ini," ucap Vivian. Dia hanyalah istri kontrak dan tidak berniat untuk menjadi istri Anderson selama-lamanya. "Maafkan Vivian tidak bisa."
"Vi ..."
"Nek, Vivian tidak bisa menerimanya."
Tolakan halus itu membuat nenek Amel bungkam. Ia tidak bisa memaksa Vivian, tapi ia yakin. Kalung ini akan jatuh di tangan Vivian.
"Aku pamit Nek, Nenek cepatlah tidur."
.....
Vivian memasuki kamarnya yang ia tempati dengan Anderson. Dia melihat pria itu masih terjaga, khusuk memainkan ponselnya.
Vivian memilih tidur dari pada harus menyapa pria di sampingnya. Anderson membuka kaca matanya, menaruhnya di atas nakas dan mematikan ponselnya.
Dia memeluk Vivian dari belakang dan menghirup aroma manis dari leher Vivian.
"Anderson." Vivian merasa geli.
Emm
Anderson mengecup pundak leher Vivian. Setiap melihat wanita ini, tubuhnya selalu merasa gairah. Ia ingin, tapi ia tahan karena Vivian pasti sedang lelah. Tadi malam ia tidak membiarkan istirahat dan paginya pun ia menggempurnya lagi dan lagi. "Tidurlah, aku tidak akan melakukan apapun."
"Jangan memeluk ku seperti ini," ucap Vivian. Tubuhnya terasa geli saat berdekatan dengan tubuh Anderson.
Anderson memejamkan kedua matanya, dalam hitungan menit pria itu menyelam ke alam mimpinya.
Drt
Vivian melihat ke atas nakas, ponselnya berbunyi. Dia perlahan memindahkan tangan Anderson dari perutnya dan kemudian beringsut duduk, meraih ponsel yang berdering itu.
"Vivian, kau kemana saja?" tanya seorang pria di seberang sana. "Aku dengar dari Alena kau yang menggantikannya menikah. Vivian aku tau kau pasti menderita, aku akan membawa mu pergi dari Anderson. Kita hidup dan menua bersama."
Vivian menggaruk kepalanya yang tak gatal, hidup bersama Anderson lebih baik dari pada harus hidup dengan Feng Yan. "Aku tidak akan pergi, kau harus menikahi Alena. Kau harus bertanggung jawab."
"Vivian, aku tau kau marah. Aku tidak mungkin bertanggung jawab, aku mencintai mu Vivian."
"Makan tu Cinta," gumam Vivian.
"Hey ...."
Anderson mengambil ponsel Vivian begitu saja, wajahnya bagaikan lautan api. Dengan suaranya yang tajam bagaikan menggetarkan bumi.
"Aku memberikan hidup sudah cukup bagi mu." Anderson menatap tajam Vivian. "Jangan mengganggu istri ku, lakukan perintah ku menikah dengan Alena kalau kau tidak mau perusahaan mu hancur."
Bip
Prank
Anderson membuang ponsel Vivian ke lantai, mesih mending dia membuang ponsel itu ke lantai dari pada ia harus melampiaskan kemarahannya pada Vivian.
"Anderson apa yang kau lakukan?" sentak Vivian.
"Aku akan mengganti ponseln mu." Anderson bergegas keluar. Dia tidak ingin melampiaskan kemarahannya pada Vivian sedikit pun.
Sedangkan di tempat lain.
Seorang wanita tengah memandangi foto seorang pria. Ia sangat merindukan pria itu, setiap hembusan nafasnya. Sudah banyak waktu yang ia lalui dengan kekasihnya, ia sangat menyesal telah meninggalkan kekasihnya, tapi saat melihat tayangan tv melihat Anderson menikah, ia merasakan sangat sakit.
"Kau masih mengingatnya?!" Pria itu langsung membuang foto itu ke lantai dan menginjaknya. Wajahnya memerah dengan kemarahan yang di ambang batasnya. Pria yang bernama Dixon itu yang tak lain suami dari Elina, mantan kekasih Anderson.
"Apa yang kau lakukan?!" Wanita itu tidak bisa melihat satu-satunya kenangannya di injak-injak oleh suaminya. Karinduannya ia hanya curahkan pada foto itu.
Pria itu langsung menarik rambut wanita yang menangisi foto pria yang menjadi mantan kekasihnya itu. "Sudah cukup kau menguji kesabaran ku, selama ini aku memberikan cinta, tapi kau malah memikirkan pria brengsek itu."
"Dengar! Sekali lagi aku melihat kau menangisi pria itu. Aku tidak akan segan membuat mu tidak bisa melihatnya."
Pria itu menghempaskan wanita yang di sapa dengan Elina itu dengan kasar. Dia melangkah pergi meninggal Elina yang menangis tersedu -sedu.
"Aku harus pergi, aku harus pergi menemui Anderson."