Harap bijak memilih bacaan banyak ****** ****** dan kekerasan.
jangan lupa tinggalkan jejak like, komen, hadiah, dan vote supaya lebih semangat.
Bercerita Bhumi Mahadewa Mahendra, guru yang didesak menikah oleh ibunya katena ia khawatir putra kebanggannya memiliki penyimpangan orientasi seksual karena di usianya Yang ke 29 tahun Bhumi tidak pernah memiliki kekasih, padahal dinginnya sikap Bhumi karena kisah masa lalu keluarganya.
Disisi lain Shavara Nasution yang dikhianati Tunangannya setelah empat tahun berhubungan enggan memiliki kembali kekasih karena menurutnya cinta itu bullshit yang ada hanya nafsu birahi yang dipaksa Ibunya mencari pengganti mantannya alih-alih mendekam menangis mantannya yang jahanam itu.
Dua pribadi yang berbeda dengan luka masing-masing namun sikap yang apa adanya tanpa mereka sadari mereka saling menyembuhkan.
cover by pinteres
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taufan kamilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Tercyduk.
Kryuukkk....
Perut Bhumi berdendang dangdut mendesak diisi, luma-tan itu sontak terhenti.
Mata mereka perlahan terbuka, dengan bibir masih menempel, mereka saling pandang, disusul tatapan syok menyertainya kala menyadari posisi mereka yang intim dimana Shavara duduk di pangkuan Bhumi dengan bagian dada hingga bawah menempel bahkan Shavara bisa merasakan sesuatu yang mengeras di bo-kongnya, tangan shavara masih mengalung di leher Bhumi.
Dengan mata saling pandang dilanjut tertawa kecil canggung Shavara menjauh karena malu mengingat aksi panas mereka yang langsung ditahan Bhumi memeluk pinggang Shavara.
" Ehm..." Erang Bhumi nikmat sambil menjilat bibir bawahnya.
Gerakan Shavara menyentuh intinya membuatnya lebih menegang, mata Bhumi kembali sayu berkabut.
" Sayang...please...stop ..." Bhumi mendesah.
Shavara merasakan bawahnya menyembul keras, dia panik." Maaf, aku kira apa yang kita lakukan..."
Bhumi mengelus rahang dan leher Shavara." Shava, jadilah kekasihku." sela Bhumi.
" HAH?"
Bhumi menghembuskan napas berat ia merapihkan rambut Shavara yang berantakan karena ulah tangannya, lalu mengusap bibirnya lembut." Jadi pacarku ya." Ucapnya dengan mata menatap Shavara lembut
" Supaya kamu bisa bebas menci-um dan menyentuhku?" Duga Shavara sedikit sakit hati.
Bhumi menggeleng cepat," supaya kita saling memiliki hak satu sama lain. hak untuk melindungi, hak untuk menyayangi, hak untuk mencemburui. dan kamu tahu pasti aku sangat suka menyentuhmu, soal itu no debat, kamu perempuan pertama yang ku inginkan tapi aku gak suka kamu merasa tidak nyaman." Bhumi menyelipkan tangannya ke balik rambut memegang tengkuknya.
Shavara menjilati bibir bawahnya," Kak..."
" Aku suka kamu, sangat suka. soal sayang, jangan ditanya. Kalau kemarin Wisnu tidak melarang ku, Aryo habis ditanganku. kamu terlalu mempengaruhi emosiku."
Hati Shavara menghangat, ia mengusap-usap dada Bhumi, hanya iseng karena ia sangat tidak nyaman di posisinya, namun bagi Bhumi itu berdampak besar, ia ingin kembali mengecup bibir di depannya ini, namun ditahan karena mereka sedang membicarakan hal yang menurutnya serius.
" Aku tahu kamu belum ada perasaan apapun padaku biarkan aku berjuang untuk mengambil hatimu."
" Aku...punya perasaan padamu. Maksudku tentu aku juga punya perasaan padamu karena itu aku membiarkanmu menyentuhku sesuatu yang tidak pernah ku lakukan dengan pria lain, tapi aku...suatu hari kamu bosan padaku...hingga..." timpal Shavara cepat dan gugup.
Bhumi memejam mata meredam emosi, dia ingin mengha-jar bajingan yang telah memberi gadisnya luka bathin.
" Tidak akan, aku sangat menyukaimu. setiap jauh darimu aku tahu apa yang dinamakan kangen, ngebet pengen ketemu. Ya Tuhan...aku kayak remaja labil yang jatuh cinta...." Bhumi membingkai wajah Shavara.
" Aku selalu ingin bersamamu, selalu ingin melihat mu, sayang." Bhumi mencuri kecupan sekilas.
" Jadi kekasihku,..kamu bisa lihat bagaimana aku memperlakukan mu. Aku tidak menjamin semua akan selalu baik dan bahagia, tapi bagaimanapun keadaannya kamu akan merasakan rasanya dicintai. Aku janji."
" Jangan mengkhianatiku." Ucap Shavara.
" Tidak akan."
" Kalau kamu marah, sebel, gak suka aku..."
" Aku akan mengatakannya padamu."
" Kalau bosan atau sudah tidak menginginkan ku, bilang. Jangan berselingkuh di belakangku."
" Untuk bosan, kemungkinan itu amat sangat kecil sekali. Untuk selingkuh, aku benci perselingkuhan, dan aku tidak akan pernah melakukan itu, sayang. Tidak! Pegang janjiku."
" Jangan menyembunyikan perasaan apapun dariku, atau curhat dengan yang lain."
" Aku memilih berantem sama kamu, lalu menyelesaikannya, terus saling memaafkan, terus kita civman dan yang lainnya dari pada curhat ke yang lain, tapi ke wisnu, boleh ya? Kan calon kakak ipar." seloroh Bhumi sambil tangannya mengusap pinggang Shavara.
Shavara mengangguk kecil.
" Jadi, mau ya jadi pacarku?"
Karena malu, Shavara menyembunyikan wajahnya ke balik tengkuk Bhumi dan mengangguk.
Bhumi merengkuh tubuh Shavara," Aaaa....hore... berhasil... berhasil...." Teriak Bhumi senang ala Dora, iaa tidak menahan kegembiraannya.
" Xixixixiixixixi..." Kikik Shavara.
" Makasih sayang." Bhumi mengecup kepala belakang yang sudah sah dia panggil kekasihnya.
Kruyuk....kruyukk....
" Hahahaha, yuk makan.kasian perutnya." Shavara menjauh dan turun dari pangkuan Bhumi.
" Dasar perut tidak romantis." Bhumi memukul pelan perutnya.
" xixxixiixix...aku tadi masak, cuma mie sih tapi lumayanlah. Shavara menarik bhumi ke meja makan.
Di meja hanya ada satu porsi mie." Kita makan berdua?" Bhumi menarik kursi untuk Shavara di samping kursinya, hal yang membuat Shavara merasa dihargai.
" Untuk kamu aja, aku udah makan tadi. Nunggu kamu lama, perut aku harus diisi, aku punya maag."
" Maaf ya tadi kita gak sempat makan." Bhumi menyesal.
Shavara menggeleng," jangan dipikirkan, udah makan. Aku minta nuggetnya ya. kita harus pulang." Bhumi memindahkan piring berisi nugget ke hadapan Shavara.
" Habisin."
Bhumi menoleh ke ruang tamu melihat jam dinding, waktu sudah pukul 12 malam.
" Nginep aja di sini. Udah malam banget."
" Kamu nginep, aku pulang naik taksi aja."
" Mana bisa aku biarin kamu pulang sendiri, tapi aku lemes buat nganter kamu pulang." Bhumi memakan mie goreng yang sudah dingin itu.
" Takut orang rumah cemas."
" Aku telpon Wisnu, dan jelasin apa adanya."
" Ee...hhh tapi jangan bilang kalau kita udah jadian."
" Kenapa?"
" Ya...jangan dulu, aku-nya aja masih bingung gini, jadi aku..." Shavara bingung mau memberi penjelasan apa, dia hanya belum siap hubungan yang terbilang dinj diketahui oleh orang, dia ingin menikmati untuk dirinya sendiri.
" Baiklah, kalau kamu belum siap, tapi jangan jadiin situasi ini kamu merasa single ya."
" Mana ada, gak bakalan lha. Kamu yang jangan sok single."
" Gak akan pernah, kalau kamu mau publish, aku dengan bagngga mengumumkan kalau aku gak jomblo lagi terlebih dihadapan duo playboy cap curut got, Erlangga, dan Adnan."
" Kenapa?"
" Mereka sering ngatain kalau aku gay cuma kerena gak pernah pacaran, padahal kan sebelum kamu muncul memang belum ada perempuan yang aku suka."
" Ck, boong. Udah punya mantan juga."
" Kamu tahu ceritanya, nanti kalau ada reuni SMA, aku kenalin kamu ke dia."
Bhumi menyelesaikan makannya, lalu mencuci piring bekasnya.
Shavara diam tertegun kaget. Bhumi yang menyadari perubahan Shavara," ada apa?"
" Kenapa gak nyuruh aku nyuci piring bekas kamu?"
" Kenapa kamu harus nyuci piring bekas aku makan?, Lagian cuma satu."
" Aryo selalu memintaku memberesi bekas makan dia."
" Fix kamu diperbudak. Maaf, tapi itu kenyataannya. Dia yang makan kamu yang bersihin, gak masuk akal." Ucap Bhumi geram.
Shavara terdiam, dia bingung dengan hal baru seperti ini.
" Dia hanya ingin aku latihan menjadi istri yang baik."
" Kalau udah nikah, semua orang akan menyesuaikan diri dengan porsi masing-masing. Aku sebagai suami, kau sebagai istri. Bukan perempuan saja yang harus berlatih, lelaki juga harus."
Bhumi membawa Shavara ke dalam kamar tidur di seberang pintu bercat coklat itu.
" Aku tidur dimana?" tanya Shavara saat Bhumi membuka pintu.
" Di sini."
" Kamu?"
" Di sini juga."
Langkah Shavara terhenti, ia membalik badan hendak kembali keluar, namun tangannya dicekal Bhumi.
" Gak mau."
" Kamar sebelah gak bisa dipake, berantakan banget, sayang."
" Tapi gak pake tidur satu ranjang juga."
Bhumi membawa Shavara berdiri di depannya." Aku janji gak akan ngerusak kamu."
" Memang kamu bisa nahan? Aryo yang gak pernah nyentuh aku aja, tidur sama orang lain."
" Aku memang suka menyentuh kamu, tapi gak punya niat ngerusak kamu. Aku tahu batasannya."
" Kalau kamu gak tahan gimana?"
" Aku nikahin kamu."
" Hah."
" Nanya yang lainnya dilain waktu saja, ini udah malam banget. Kamu bersih-bersih, aku siapain baju." Bhumi mengecup kening Shavara sebelum mendorongnya ke kamar mandi.
Sewaktu Shavara dalam kamar mandi, dia mengambil baju di lemari untuknya dan Shavara.
" Va, bajunya di atas tempat tidur ya, aku mau ke kamar mandi sebelah."
Bhumi masuk kedalam kamar dengan membawa dua gelas air mineral, ia melihat Shavara sudah tertidur dalam balutan kaos dan training yang dia siapkan.
Bhumi menyelimutinya, lalu mengecup kening dan juga bibirnya." Malam sayang, aku suka kamu." Bisiknya sebelum mengisi tempat kosong disampingnya.
Ia tidak langsung tidur melainkan menelpon Wisnu.
❤️❤️❤️❤️❤️
Fena duduk di sofa single dengan tatapan galak sambil bersedakap tangan, Aditya yang menjadi target mencoba duduk tenang di seberangnya terhalang meja.
Di atas meja diputar potongan video dari grup arisannya disertai penjelasan tagar atas namanya, Aditya, dan nama keluarga.
Anggara duduk santai di sofa diantara keduanya menyaksikan aksi duo pemain drama di keluarganya bersama Wisnu yang menampilkan tampang malas.
Mereka kini berkumpul di ruang tengah setelah Fena memaksa Aditya agar pulang, setelah dirinya mendapat video itu.
" Jelaskan ke mama, kenapa kamu bisa menjadi orang tidak sopan begitu?, kamu berteriak di depan para guru dan menunjuk kepala sekolah. Sudah sehebat apa kamu..."
" Ma, stop. Maaf menyela. Sebelum mama marah bukankah sebaiknya mama dengarkan dulu alasan Dedek bicara kasar di depan mereka?" Sela Aditya memberanikan diri, meski degub jantungnya berdetak cepat.
Kalau dengan Shavara Fena banyak bicara sebagai effort-nya mendekatkan diri. Maka dengan Aditya, Fena berusaha seminimal mungkin adu debat.
Putra bungsunya yang memiliki seribu satu tingkah akan mempunyai seribu dua alasan atas tingkahnya tersebut, dan itu menjengkelkan karena silat lidahnya selalu bisa diterima oleh akal setiap orang waras.
Dan akhirnya ulahnya yang erorr itu entah bagaimana bisa dibenarkan padahal ulah itu adalah hal yang tidak patut dibenarkan. Pusing sekali!!!
Fena menghela napas berat secara berlebihan," Katakan! Harus apa adanya, karena besok mama akan ke sekolah kamu."
" Ma...." Erang Aditya keberatan.
" Dek, jangan membuang waktu berharga mama, mama sibuk." Tegur Fena tajam.
Aditya menghembuskan napas gusar." apa yang ada di video itu benar, tapi itu hanya editan. Kalau mama tahu keseluruhannya mama sendiri akan lebih marah." Aku Aditya berat hati.
" Mama punya waktu panjang untuk mendengarkan."
" Mama pengangguran sibuk?" Sindir Anggara akan ucapan yang kontra dari istrinya atas perkataan sebelumnya.
" Pa..." Fena mendelik sebal pada suaminya. Aditya memasang tampang tenang menghormati ibunya meski dalam hati tertawa geli.
" Oke, sorry." Anggara membuat gerakan mengunci mulut.
" Jadi begini, tadi pagi aku ke ruang guru dan mendapati...." Dengan lancar Aditya menceritakan kejadian tadi pagi yang merusak moodnya sepanjang hari ini.
Semua orang terkejut bukan main, Fena berdiri tegak dengan mata melotot hingga Aditya terjengkit meringkuk ketakutan di ujung sofa saat dia mengakhiri ceritanya.
" Pak Dewa yang kamu maksud Bhumi calon mantu idaman mama bukan?" Tanya Fena dengan nada mendesak. Aditya mengangguk cepat karena takut sambil melirik ayahnya meminta bantuan yang diabaikan paduka raja, poor Aditya!!
Fena mondar mandir di tempatnya," Si Leta itu anak siapa, kok cuma dihukum diskors doang, ini pelecehan s3xual lho." Sewot Fena.
" Dia anak salah satu donatur tetap sekolah."
" Mentang-mentang anak ..."
" Dia anak Debi, bibinya Aryo. Dengan kata lain Arleta ini sepupunya si Aryo." Ucap Wisnu.
Mereka semua beralih menatap Wisnu bertanya.
" Akun Debi, merupakan akun asal yang menyebarluaskan berita ini ke media sosial hingga menghebohkan." Lanjut Wisnu.
Fena memandang Aditya meminta jawaban yang mengangguk meng-iya-kan.
" Aa tahu darimana? Tanya Aditya memperbaiki posisi duduknya.
" Teman yang bantu nyari."
" Teman siapa?" Setahu Fena teman anak sulungnya tidak ada yang ahli dalam penyelidikan.
" Ibnu, dia sarjana komputer. Partner Mumtaz di perusahaan Romli corp yang juga partner nya Akbar Hartadraja. Cukup 10 menit baginya mencari akun asal penyebar, dan mendapatkan keseluruhan videonya."
Fena dan Aditya menganga lebar mendengar penjelasan pertemanan Wisnu.
" Kok bisa Aa temanan sama mereka?" Tanya Aditya penuh kekaguman.
" Mereka sering menggunakan jasa Aa untuk meneliti kesehatan perusahaan calon klien mereka."
Aditya bertepuk tangan keras." WOW, AMAZING...BRAVO ... Lain kali kalau Aa ketemu mereka aku ikut."
" Ogah, kalau mau ketemuan mereka, bantu papa di perusahaan. Papa sering berpartner dengan Alatas architecture dimana Mumtaz sebagai salah satu pemiliknya." Provokasi Wisnu yang tahu kalau adiknya ini sangat mengagumi Mumtaz.
Bahkan saking kagumnya Aditya bercita-cita menjadi arsitek, dan kuliah di UAM.
Aditya terkejut," serius, pa?" Anggara mengangguk.
" Kok gak bilang-bilang." Omel Aditya manja.
" Gunanya apa?" Tanya balik anggara mencibir putra bungsunya itu yang diam manyun.
" Urusan selesai, Aa mau ke atas."
" Eith, tidak semudah itu Fernando." Fena memegang tangan Wisnu.
" Ada apa lagi?" Tanya wisnu malas.
" Katanya kamu punya video keseluruhan ceritanya, mana?"
" Nanti Aa kirim ke ponsel mama. Panjang sebabnya."
" Oke. karena barang bukti ada di kamu, besok kamu ikut mama ke sekolah dedek."
Malas adu argumen dengan mamanya yang cerewet, Wisnu mengangguk." Kalau pagi Aa bisa, kalau siang gak bisa, sibuk."
Fena mengangguk, ia tersenyum smirk ala devil menghiasi bibirnya." Baiklah, kita jabanin cara main mereka, kita tunjukan kehebatan keluarga Anggara Nasution. Lo jual, gue beli, Debi." Gumamnya mendramatisir
Anggara menggeleng tidak habis pikir akan tingkah istrinya.
Pukul 01.00 dinihari, Wisnu yang mengenakan kaos yang berlapis jaket dipadukan jeans hitam menuruni tangga. Kebetulan Fena keluar dari kamarnya hendak menuju dapur.
" Kamu mau kemana tengah malam begini?"
Wisnu menghampiri ibunya yang sedang menuang air mineral, dia menatap menimang pada ibunya
" Apa Vara sudah pulang? Kok mama gak dengar ada yang buka pintu?"
Wisnu menggeleng ragu, " aku dapet telpon dari Bhumi kalau Vara sama dia di apartemen. Mereka ak bisa pulang."
TAK...
Fena menaruh keras gelas ke atas pantry, matanya membuka lebar.
" Kenapa mereka bisa di apartemen? Ngapain mereka di sana?" Tanya Fena gusar.
Wisnu menggeleng kecil, bibirnya terbuka, namun sebelum menjawab, suara Aditya di belakang mereka menginterupsi.
" Pak Dewa dalam kondisi tidak baik, ada lelaki tua mengaku bapaknya."
Aditya menaruh ponselnya ke hadapan mereka. Wisnu memutar video yang ada di group LIMA PANDAWA.
Di sana tertayang apa yang terjadi di angkringan tadi.
" Malam ini tuh jadwalnya kita rekap pembukuan, tapi batal gegara lelaki tua itu." Lanjut Aditya.
" Ba-jingan ini...mau apalagi dia." Gerutu Fena.
" Mama kenal lelaki ini?" tanya Wisnu.
" Sekedar nama saja, pernah ketemu di mall sewaktu nganter tante Rianti. Istri barunya sombong sok kaya, hampir aja kita baku hantam kalau si Edo, nama lelaki itu tidak melerai kami."
" Memang apa yang dia lakukan?"
" Dia ngehina Rianti, katanya suaminya selingkuh karena dia tidak bisa merawat diri, dasar gak tahu malu dia cantik karena pake duit laki orang.kalau mama ketemu pelakor tidak berakhlak itu lagi akan mama bejek-bejek dia." Ucap Fena sambil memperagakan orang mengulek sambal.
" Dia ibunya Bian." Kata Aditya pelan.
" Bian, sahabat kamu yang agak ganteng itu?" Bagi Fena, lelaki di dunia ini yang ganteng hanya anak-anaknya dan suaminya yang lain hanya agak. Mungkin sebentar lagi ditambah Bhumi.
Aditya mengangguk," kok, kamu gak bilang?" Tanya mama.
" Kita semua baru tahu. Aku habis vc group sama mereka bahas ini."
" Masa di sekolah gak ada tanda-tandanya dek?"
" Gak ada. Mereka biasa aja."
Fena mengetuk-ngetuk dagu berpikir." Ini cukup mengherankan, kata Rianti, Bhumi sangat membenci ayahnya dan istri barunya. Saking bencinya dia gak mau dipanggil Dewa, panggilan dari ayahnya."
" Itu sebabnya kalian gak pernah tau pak Dewa yang aku ceritain itu, Bhumi yang kalian maksud." seru Aditya.
"Mama bahkan baru tahu kalau Aa Wisnu temenan sama Bhumi."
" Waktu kuliah gak cukup dekat, kita dekat pas Aa buka bisnis sendiri, dia salah satu pemegang saham barengan sama Elang, dan Adnan. Dia termasuk gak banyak tingkah sebabnya."
" Ma, Aa mau berangkat dulu, Elang udah nungguin di resto siap saji." Wisnu memasukan ponselnya ke dalam saku celana.
Fena mengangguk." Jangan lupa besok kamu ke sekolah dedek."
" Mama jadi ke sekolah?" Aditya tidak percaya ibunya bersungguh-sungguh akan menjadikan ini persoalan serius.
" Jadilah. Papa udah menelpon kepala sekolah kamu dan pihak si Debi sekalian si Arleta itu.
" Terserah mama, aku berangkat dari apartemen bareng bhumi." Wisnu mencium kening ibunya.
" Kamu kirim video itu ke hp Aa, dan langsung tidur, besok terlambat, awas saja kamu."
^^^^^^^
Wisnu dan Erlangga memasuki apartemen yang sepi, ia menaruh sekantong makanan dan minuman berlogo mecdi di meja.
" Lo yakin bumi kemari?" Tanya Erlangga tidak yakin.
" Itu yang dia bilang."
" Ck, dia curang. Gue aja gak bolehin bawa cewek, dia bawa."
" Ini apart dia kalau Lo sadar. Lagian kalau Lo bawa yang ada mesum."
" Lha apa jaminannya dia enggak."
" Bhumi bukan Lo."
" Justru ini dia, bayangin selama 27 tahun ia gak pernah suka cewek, dia lelaki dewasa sekalnya suka pasti..."
" Diem Lo, Lang."
" Lha ngapain Lo marah."
" Dia lagi sama adik gue, anying."
" Justru itu, dia lagi sama cewek secantik dan sebohay adik lo. Dia pasti..."
Plak...
" Lo lanjuti omongan Lo, gue te-bas pala Lo." Dumel Wisnu. Dia tidak nyaman membicarakan hal pribadi seperti ini dengan sahabat satunya ini.
" Nu,..."
" Apa?" Bentak Wisnu.
" Gue cuma ngingetin dia pernah nonton bok3p."
" Pasti dicekoki Lo."
" Gue dan Adnan. Abis hidup dia lurus banget gak seru."
Wisnu menanggapi malas satu orang mesum ini.
Mereka membuka pintu bercat coklat, mata mereka melebar besar saat melihat kamar yang berantakan seperti kapal pecah.
" Lelaki itu memang selalu berhasil menyulut amarah Bhumi." gumam Erlangga.
" Lo tahu tentang mereka?"
" Tanya Adnan, dia lebih tahu. Kalau sama gue cuma sekelebat lewat aja." Mereka menutup pintu itu, dan kini menatap satu pintu berwarna cat putih di depan mereka.
" Kita buka atau nunggu mereka bangun?" Tanya Erlangga.
" Bukalah."
" Kalau kita lihat apa yang gak boleh dilihat gimana?"
" Elang, diem b4cot Lo ." Terpancing kesal karena omongan Erlangga, wisnu membuka pintu bercat putih itu.
Mereka berjalan mendekati ranjang mengabaikan sopan santun, Wisnu melihat Bhumi yang memeluk Shavara dari belakang dibalik semut. mereka tidur tidak berjarak begitu menempel.
Erlangga menatap Wisnu yang berdiri di sampingnya.
" Tenang,Nu. mereka merem." ucap Erlangga provokatif....
kamu ngapain nyuruh Bhumi baik ma Arleta, klo lihat sikap baik Bhumi ke Leta bikin kamu bengek
kasihan Arleta... jiwanya sakit karena perlakuan menyakitkan dari ke2 ortunya yg egois
sava, biar g nangis diledekin mama, bsok lagi jangan mikir yg ngadi ngadi. malu kan... nangis kejer, tnyata salah sangka kamu aj
sava, belajar mengungkap apa yg kau mau dg jelas. saat ini kamu g lagi berhadapan dg aryo. ingat va, bhumi beda dg aryo