🏆 Novel Tahun 2022 🏆
Bo Li dibesarkan oleh kakeknya yang sangat kaya raya dan memiliki perusahaan dan bisnis hampir diseluruh belahan dunia ini.
Bo Li tumbuh dewasa nyaris sempurna, cantik, anggun, dan sangat kaya raya bahkan kekayaannya mampu membeli separuh dunia.
Bo Li adalah seorang CEO perusahaan setelah kakeknya mengangkat dirinya untuk menggantikannya sebagai regenerasi pimpinan perusahaan.
Tapi itu semua tidak membuat Bo Li besar kepala dan manja, dia adalah sosok wanita yang sangat mandiri selain itu dia mendapat anugerah kehormatan sebagai salah satu bintang masa depan yang memiliki reputasi yang baik.
Dibalik itu semua Bo Li memiliki sesuatu kisah yang sengaja dia sembunyikan dari kehidupan sosialnya...
Bo Li juga mendapatkan warisan dari seorang pria yang tidak dia ketahui identitas dirinya ketika dia masih kecil...
Lalu siapakah sosok pria tersebut dan mampukah Bo Li menemukannya...
Apa yang disembunyikan oleh Bo Li selama ini dan mengapa dia menyem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tembus Pandang
Bo Li masih terisak-isak menangis sedih, ini dikarenakan bukan karena bersedih menyesal akan tetapi ia tidak dapat menerima perubahan fisiknya yang berwarna ungu itu. Yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana jika tunangannya itu mengetahui keadaan dirinya yang keunguan seperti ini.
Perubahan ini memang sungguh sangat menakutkan bagi dirinya tetapi ia tahu jika ini adalah reaksi buah surga yang ia makan saat di surga para peri.
"Hiks ! Hiks ! Hiks ! Apa..., apa yang harus aku lakukan ?", kata Bo Li terisak. "Bagaimana jika ia mengetahuinya ? Ia pasti akan mengusirku pergi dari sini ? Hiks..., hiks..., hiks...!?"
Bo Li mengusap air matanya yang jatuh berlinang membasahi wajahnya. Ia tahu jika ini tidaklah mudah baginya untuk menerima keganjilan yang terjadi padanya.
Bagaimana jika pria berambut pirang itu tahu lalu memutuskan pertunangan dengannya ? Bagaimana juga jika kakeknya mengetahuinya lantas melihatnya dengan kecewa ? Mereka akan menganggap dirinya seorang monster yang mengerikan !? Bukan saja mereka akan pergi menjauh meninggalkan dirinya tetapi pastinya akan memasukkan diriku ketempat pengasingan yang sangat jauh di pulau terpencil ditengah samudera.
Sama halnya yang terjadi pada kedua orang tua sepupunya yang mati mengenaskan karena dituduh melakukan sihir dan diusir keluar dari negaranya dan diasingkan serta dibunuh oleh penduduk Kouta yang sangat membenci para penyihir hitam.
Kakek Li memang tidak pernah membicarakan hal itu setelah pergi meninggalkan negara untuk tinggal di kota B-one ini. Ia seakan menguburnya dalam-dalam peristiwa yang sangat mencekam itu.
"Hiks ! Hiks ! Hiks ! Hiks ! Ini sungguh sangat menakutkan !?", kata Bo Li masih saja menangis.
Tuk...! Tuk...! Tuk...!
Terdengar suara kaca jendela diketuk dari luar kamarnya dan Bo Li yang mendengarnya lalu menengadahkan kepalanya kearah atas dan melihat jendela kamar tidurnya.
Bo Li mengalihkan pandangannya kearah sekeliling ruangan kamar tersebut, dan ia baru menyadari jika peri daun hijau kecil itu tidak berada didalam ruangan kamar tidurnya. Lantas kemanakah perginya peri kecil itu, Bo Li segera beranjak dari tempat tidurnya dan duduk termangu di atas pembaringannya yang terlihat berantakan seperti keadaan dirinya yang kusut masai.
"Kemana peri daun hijau kecil itu, kenapa aku tidak melihatnya ?", kata Bo Li.
Tuk...! Tuk...! Tuk...!
Bo Li kembali menolehkan kepalanya kearah jendela kamarnya yang tertutup rapat oleh tirai tipis berwarna cokelat muda. Ia mendengar lagi suara ketukan dari luar jendela kamar tidurnya. Ia lalu beringsut turun perlahan dari atas tempat tidurnya.
Tampak perempuan itu berjalan mendekati kearah sebuah jendela kamar tidurnya sambil menoleh kearah sekitar ruangan kamar tidurnya.
"Suara apakah itu ?", bisik Bo Li penasaran.
Bo Li menghentikan langkah kakinya lalu memandangi jendela kamar tidurnya yang berbunyi, ia mendengar seperti suara ketukan dari luar jendela. la terdiam sesaat seraya memandangi kearah jendela kamar tidurnya. Ia agak ragu untuk mendekat.
"Apakah peri daun hijau kecil itu tertinggal diluar kamarnya ? Apa itu dia ?", kata Bo Li berbisik pelan.
Bo Li berlari cepat menuju kearah jendela kamar tidurnya sambil menolehkan kepalanya kearah sekitarnya. Lantas menyibak tirai tipis yang menutupi jendela kamar tidurnya yang terkunci dari dalam.
Kaca jendela kamar tidur Bo Li sangat tebal dan berwarna agak gelap sehingga ia tidak dapat melihat dari dalam kamar yaitu pemandangan diluar kamar tidurnya. Karena ia harus membuka kedua jendela itu jika ia hendak menengok halaman diluar rumah mewah ini.
"Cetek ! Cetek !", suara slot grendel jendela dibuka paksa oleh Bo Li.
Cukup sulit untuk menggerakkan slot jendela grendel itu karena sepertinya kamar ini jarang digunakan oleh Ivander Liam. Itu terlihat dari jendela yang selalu tertutup rapat tirai dan saat Bo Li menyibakkan tirai jendela kamarnya tampak debu-debu yang berterbangan di udara ruangan kamar.
"Jendela ini sangat susah untuk dibuka ?", kata Bo Li. "Aku juga tidak dapat melihat kearah luar sana karena kaca jendela ini sangat tebal dan agak gelap", sambungnya gelisah.
Bo Li lalu terdiam sejenak seraya memperhatikan jendela kamar itu.
"Bukankah aku sekarang tembus pandang ?", ucapnya seraya memperhatikan kedua telapak tangannya yang berwarna ungu serta tembus pandang.
Bo Li menatap lurus kearah cermin panjang yang terpajang di ruangan kamar tidurnya. Ia melihat pantulan tubuhnya di sana yang seperti bayangan.
Sesosok bayangan berwarna ungu yang terlihat berkilauan layaknya permata yang bercahaya terang. Ia memandangi dirinya didalam cermin yang tidak hanya mirip permata Amethyst ungu tetapi juga mirip dengan lampu neon ungu yang berkedap-kedip.
"Hmph !? Aku benar-benar bercahaya dan berwarna ungu terang !?", kata Bo Li bergumam pada dirinya sendiri.
Perempuan itu lantas mengusap wajahnya pelan dengan kedua tangannya yang berwarna ungu. Ia memejamkan kedua matanya seraya mendongakkan kepalanya keatas penuh kepedihan yang menyiksa dirinya.
"Haruskah aku menyembunyikan sosokku ini ? Lalu apakah aku akan terus bersembunyi dari diriku sendiri ?", kata Bo Li meratap. "Oh Tuhan ! Mengapa bisa seperti ini ?", sambungnya lalu terduduk dibawah lantai kamar.
Tubuh Bo Li nampak gemetaran hebat seraya memegangi dadanya dengan tangannya yang berwarna ungu. Ia menahan kepedihan hatinya yang sangat dalam. Dengan memandangi cincin putih berhias berlian putih yang hampir memenuhi di seluruh badan cincin pertunangannya. Ia menyentuh cincin itu dengan mata yang memerah pedih.
"Apakah ini benar-benar kutukan yang pernah dibicarakan oleh para tetua ? Jika tiba saatnya aku akan mendapatkan kutukan dari langit karena garis keturunanku dimana salah satu leluhurku yang telah membunuh seorang tetua ahli pedang ?", kata Bo Li berucap pedih.
Bo Li mengusap wajahnya kembali lalu berdiri menghadap kearah jendela kamarnya. Masih terdengar suara ketukan dari arah luar jendela kamar itu. Ia memandangi tubuhnya yang tembus pandang itu kemudian mengambil ancang-ancang untuk berlari menuju ke jendela kamar tidurnya.
"Satu..., dua..., tiga...!!!", ucap Bo Li seraya berlari berhamburan kearah jendela yang tertutup rapat itu.
"WUUUUSSHHHH...!!!", terdengar suara hembusan angin ketika dirinya berlari cepat menuju jendela kamar.
Benar saja dan lihat apa yang terjadi pada dirinya saat ia berlari kearah jendela kamar itu. Ia benar-benar dapat menembus jendela kamar tidurnya itu dan ia melihat dirinya kini berada diluar ruangan kamarnya.
"AAAAAHHHH...!?", pekiknya kaget ketika tubuhnya berada diluar kamarnya dilantai atas rumah mewah itu dan ia melihat peri daun hijau kecil itu terbang tepat didepan jendela kamar sehingga mereka berdua saling bertubrukan.
"Bo Li !!!", pekik peri daun hijau kecil itu kaget saat tiba-tiba perempuan berwarna ungu itu muncul dari dalam jendela kamar rumah mewah itu.
"Peri !?", sahut Bo Li pelan. "AAAAAAAAAHHH !!!!", ia berteriak kencang dan terjatuh dari atas kearah bawah diantara semak-semak tanaman yang ada dibawah kamar tidurnya.
"BRUUUUUUKKK !!!", suara Bo Li terjatuh dari ketinggian rumah mewah itu.
"Bo Li !!! Apa kamu tidak apa-apa ?", pekik peri daun hijau kecil itu panik lalu terbang melesat kearah bawah menukik menuju tempat Bo Li jatuh.
Bo Li hanya meringis kesakitan dan anehnya ia tidak terluka meski badannya terasa nyeri. Dan Bo Li merasakan sesuatu yang sangat empuk dibawah tubuhnya. Ia lalu meraba sesuatu yang ada dibawahnya itu dengan sangat hati-hati.
"Apakah aku terjatuh di atas kasur yang empuk !? Tapi bagaimana mungkin orang semewah dan se-elit Ivander Liam menjemur kasur didepan rumahnya !? Aku rasa itu tidak mungkin !?", ucap Bo Li bergumam sendiri.
"Aiiihhh !?", pekik peri daun hijau kecil itu ketika melihat kearah Bo Li yang berbaring di atas tubuh seseorang yang tengah jatuh telungkup dibawah. "B-bo Li...!? Apa yang sedang kamu lakukan padanya !? Lihatlah !"
Peri daun hijau kecil itu nampak terkejut kaget sambil menunjuk kearah bawah tubuh Bo Li.
"Bo Li..., Bo Li...!!! Lihatlah kebawah badanmu !", bisik peri kecil itu sambil menutup mulutnya dengan sangat panik sekali.
Bo Li hanya mengangkat kedua alisnya serta kedua bahunya tanda tidak mengerti dengan tanda isyarat yang diberikan kepada dirinya oleh peri daun hijau kecil itu. Ia hanya melihat kearah peri kecil itu dengan tatapan bertanya-tanya.
"Apa !?", kata Bo Li berbisik pelan dari arah bawah.
"Astaga ! Apa yang kamu lakukan padanya ?", ucap peri daun hijau kecil itu pelan.
"Hah !?", ucap Bo Li singkat dan polos.
"Cepatlah pergi dari situ ! Dan bergeraklah pelan-pelan, Bo Li ! Jangan mengeluarkan suara gaduh !", ucap peri kecil itu memperingatkan pada Bo Li.
"Apa !?", ucap Bo Li berbisik pelan.
"Cepatlah ! Cepat ! Pergi dari atas tubuh orang itu !", ucap peri daun hijau kecil itu terlihat panik.
"Iya !?", sahutnya lalu terkejut kaget ketika ia menolehkan kepalanya kearah bawah tubuhnya.
Bo Li membelalakkan kedua matanya saat ia melihat kearah bawah tubuhnya yang kini ia tengah berada di atas tubuh seseorang berpakaian kemeja hitam serta mengenakan celana kain hitam yang sedang jatuh telungkup dibawah tubuhnya yang hanya diam, tidak bergerak sedikitpun.
"YA TUHAN !", ucap Bo Li lalu terpekik pelan sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. "Ini adalah sebuah malapetaka besar yang tak terelakkan !?", sambungnya ketakutan dan gemetaran saat melihat kearah bawah tubuhnya.