NovelToon NovelToon
My Ustadz My Husband

My Ustadz My Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Contest / Sudah Terbit / perjodohan / Poligami / patahhati
Popularitas:21.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: SkySal

(DALAM TAHAP REVISI!)

Di pertemuan pertamanya dengan Ustadz pembimbingnya yang bernama Bilal, putra kiai Khalil pemilik pondok pesantren Al Hikmah di Jakarta. Asma Azzahra hanyalah gadis remaja yg manja, ceria dan ke kenak kanakan sekalipun ia adalah putri dari seorang kiai pemilik yayasan Ar Rahman di desa nya. Asma menjadi dekat dengan Ustadz yg membantunya menyelesaikan ujian kelulusannya itu.
Dan beberapa hari setelahnya, Sang Ustadz memperkenalkan istri nya yang bernama Khadijah, wanita dewasa yg anggun. Asma menyambut perkenalan itu dengan senang hati.
Namun di hari berikutnya, sebuah kenyataan yg tak pernah ia bayangkan menghantam nya, saat sang Ayah mengatakan Bilal adalah suaminya dan Khadijah adalah madunya.

Ig @Skysal
Fb SkySal Alfaarr

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 19

Khadijah masih tak bisa menghentikan tangisnya, rasa penyesalan atas apa yg ia lakukan seolah mencekiknya. Asma benar, dia hanya memikirkan Bilal, bahkan dia sampai lupa memikirkan dirinya sendiri, lalu bagaimana dia bisa memikirkan orang lain?

Saat terdengar pintu terbuka dan suara langkah kaki yg mendekat, Khadijah segera menghapus air matanya dan ia pun pura pura tidur

Bilal merangkak ke tempat tidurnya, ia berbaring di belakang Khadijah yg memunggungi nya, Bilal memeluk Khadijah dari belakang dengan erat, itu membuat Khadijah semakin ingin menangis, ia menggigit bibir bawahnya agar isakannya tak lolos, tapi itu percuma, satu isakan berhasil lolos dari bibirnya.

"Shhhttt...Jangan menangis Khadijah. Maafkan Zahra, dia engga tahu apa yg dia katakan, dia mengatakan itu hanya karena masih marah". seketika Khadijah langsung berbalik, ia menyembunyikan wajahnya di dada Bilal. Bilal pun memeluknya dengan erat dan menenangkannya. Namun tangis Khadijah semakin pecah. Bilal tak bisa berbuat apa apa, selain membelai nya dengan penuh kasih.

"Yg dia katakan benar Mas, aku egois" seru Khadijah di sela sela isak tangis nya.

"Yg dia katakan salah, dia belum kenal kamu, dia masih ke kanak kanakan karna itulah dia berbicara tanpa berfikir. Suatu hari nanti dia akan menyadari kebaikan hati mu"

.

.

.

Sementara Asma tengah berbaring di tengah ranjang nya, ia masih menatap tasbih Bilal dan berusaha mencari jawaban dari semua ini, namun ia sudah tak mampu lagi berfikir. Untuk menangis pun rasanya sudah tak sanggup. Asma melirik jam dinding yg menunjukan pukul 2.15.

Asma segera beranjak dari ranjang nya, mengenakan jaket dan hijab nya, ia mengalungkan tasbih Bilal ke lehernya, tak lupa ia mengambil ponselnya yg tergeletak di atas meja belajarnya, setelah itu ia pun melompat dari jendela kamarnya, dengan langkah pelan pelan ia keluar dari rumah dan menuju rumah Lita yg tak jauh dari rumah nya.

Sesampainya dirumah Lita, ia segera mengetuk jendela kamar Lita berkali kali, namun sepertinya Lita benar benar tertidur pulas. Asma memutuskan menelepon Lita, panggilan pertama tak di jawab, panggilan kedua di reject, namun Asma tak menyerah begitu saja, akhirnya panggilan yg ketiga Lita menjawab nya. Dan ia langsung mendengarkan Lita yg menggerutu kesal.

"Apaan sih, Asma... tengah malam gini telepon" terdengar suara Lita yg serak.

"Buka jendela nya, cepatan!" seru Asma sambil mengetuk jendela Lita, sontak itu membuat Lita terkejut dan langusng membuka mata lebar lebar.

"Kamu kabur lagi dari rumah?" tanya nya sembari berjalan ke arah jendela. Saat horden nya di buka, benar saja.

"Buka jendela nya, Ta. di sini banyak nyamuk " seru Asma kesal karena Lita malah hanya memandangi nya. Lita pun segera membuka jendela nya dan menarik Asma masuk. Setelah itu, ia kembali mengunci jendelanya.

Asma melemparkan hp nya ke tengah ranjang Lita, yg di susul dengan dirinya yg menjatuhkan diri ke ranjang.

"Asma, kamu ngapain kesini tengah malam?" Lita menarik tubuh Asma hingga Asma kembali duduk, saat melihat wajah Asma, Lita semakin terkejut. "Ya Allah... Asma. Kamu nangis? Kenapa?" tanya Lita ikut duduk di samping Asma.

"Aku..." ucapan Asma terhenti saat ia mendengar bunyi perutnya yg keroncongan " Aku lapar" seru nya dengan wajah memelas. Lita menggeleng tak percaya dengan apa yg di katakan Asma.

"Kamu tengah malam kesini karena lapar? Emang dirumah mu engga ada makanan?"

"Bukan gitu, cerita nya panjang. Sekarang aku lapar, di sini masih ada makanan kan?"

"Kayaknya masih ada sisa tadi malam, ayam goreng sama capcay"

"Nah, bagus sekali. Aku mau ayam goreng nya"

"Jawab dulu, kenapa kamu kesini tengah malam? kelaparan lagi, emang Paman jodohin kamu lagi"

"Kalau cuma di jodohin masih syukur, aku bisa nolak dan kabur"

"Terus...?"

"Aduh Lita...." Asma memegang perutnya dan dia berguling guling di ranjang seperti anak kecil smabil berteriak "Aku kelaparan, kamu mau aku mati kelaparan?" ucapnya membuat Lita memutar bola mata jengah.

"Dasar ratu drama" gumam Lita kemudian berjalan keluar kamar.

"Lita, jangan sampai Bibi sama Paman tahu ya Aku disini" Lita menoleh dan berkata

"Iya... seperti biasa. Selalu seperti itu "

"Oh ya, banyakin nasi nya ya, Aku lapar, terus sambal nya yg banyak juga. Sambal buatan Bibi enak, bawakan air es juga ya" Lita hanya bisa menghela nafas berat.

"Apa ada pesanan yg lain, Nyonya?" tanya nya dengan nada seolah melayani ratu, membuat Asma tersenyum tipis, dan tiba tiba ia menyadari, sejak tahu tentang pernikahan nya dengan Bilal, ia hanya menangis. Ingatan itu membuat Asma kembali murung, Lita yg menyadari raut wajah Asma segera berusaha menghibur nya meskipun dia tidak tahu apa yg membuat Asma seperti ini.

"Yg mulia Ratu, makanan anda akan siap dalam 5 menit" kemudian Lita membungkukkan badannya memberi hormat dan melangkah mundur masih dalam posisi membungkuk, seperti pelayan yg melayani ratu. Asma kembali tersenyum tipis dengan tingkah sepupu nya itu.

Lita yg baru saja selesai memanaskan ayam goreng di microwave di kejutakan dengan kedatangan Ummi nya.

"Lita... kamu ngapain?"

"Eh, Ummi ini... Emm..."

"Kamu mau makan?" Lita dengan cepat mengangguk.

"Loh, bukan nya kamu sudah makan malam?"

"Emm iya... lapar Ummi, Lita lapar lagi" Ummi nya hanya menggeleng kemudian mengisi botol air nya.

"Jangan begadang biar engga lapar tengah malam" Lita hanya cengengesan saja dan dia pun segera mengambil botol air yg ada didalam kulkas, dan tentu itu mendapatkan teguran dari Ummi nya "Jangan minum es tengah malam Ta, nanti flu, cuaca lagi dingin begini juga"

"Eh ...Em.. Itu... Lita kepanasan Ummi, haus banget, kalau cuma sekali engga akan flu kok" setelah mengucapkan hal itu, ia segera berlari keluar sebelum semakin banyak berbohong pada Ibu nya itu.

"Lama lama dosa ku numpuk gara gara Asma" ucap batin Lita sembari kembali ke kamarnya. disana ia melihat Asma yg masih murung.

"Aduh neng... jangan tekuk terus wajah nya, entar cepat tua lho" seru Lita kemudian menyerahkan makanannya pada Asma. Asma hanya menatap makanan itu seolah tak berselera, namun cacing di perutnya sudah demo besar besaran, ia pun mengambil makanan itu.

"Jadi gimana ceritanya? kenapa mata mu sembab gitu? kayaknya kamu nangis di waktu yg lama deh" Asma mengangguk sambil memasukan sesuap nasi kedalam mulutnya

"Iya, rasanya air mata ku sudah habis " jawab nya setelah ia berhasil menelan makanan itu dengan susah payah.

"Emang kenapa? Di jodohin lagi?"

"Di nikahkan"

"HAH?"

.

.

.

Lita memandang Asma dengan tatapan tak percaya. Tapi jika itu kenyataan nya, entah bagaimana dia akan berkomentar.

"Masak iya Paman ngambil keputusan se besar itu tanpa ngasih tahu kamu"

"Awalnya aku juga bingung dan bertanya tanya. Demi kebahagiaan orang lain, Abi tega mengorbankan aku"

"Hush, jangan ngomong gitu. Orang tua itu engga akan mengorbankan anak nya dengan alasan apapun, pasti ada alasan yg lain. Mungkin Paman yakin bahwa Ustad Bilal memang pasangan yg terbaik untuk kamu "

"Gimana bisa jadi pasangan yg baik, Ta. Saling kenal aja enggak "

"Iya kamu yg belum kenal Ustadz. Tapi Paman pasti sudah kenal Ustadz dengan baik, karena itulah dia menyerahkan mu padanya"

Asma berdecak kesal karena Lita justru terlihat mendukung keputusan Abi nya itu.

"Tapi dia sudah beristri, Ta. Orang orang pasti nge cap aku jadi pelakor"

"Engga lah, Asma Sayang. Lagian kamu engga merebut Ustadz dari istri nya, istri nya sendiri yg mendorong Ustadz ke kamu. Dan rumah tangga mereka juga masih baik baik aja kan meskipun Ustadz menikah lagi"

"Kok kamu malah kayak mendukung mereka semua sih" Seru Asma kesal.

"Bukan itu maksud ku. Tapi ya sudah lah. Jadi sekarang apa keputusan mu?."

"Entahlah, Ta. Usta...dia...maksud ku, suami nya Mbak Khadijah memberi ku kesempatan untuk memutuskan apapun tentang ikatan ini"

"Jadi apa keputusan mu?"

"Aku engga bisa mikir, jika aku menerima maka aku harus menjalani kehidupan sebagai istri kedua seumur hidupku, dan mungkin beberapa orang akan membicarakan ku, jika aku menolak yg artinya kita akan bercerai, maka..." Asma terdiam dan memikirkan hal itu .

"Bercerai?" seru Lita terkejut.

"Asma, kamu bahkan belum memulai rumah tangga mu, masak iya sudah harus di akhiri? Dan ingat juga, cerai itu perbuatan halal tapi sangat di benci Allah. Fikirkan juga tentang Paman, Bibi dan keluarga yg lain. Bagaiamana perasaan mereka kalau putri bungsu mereka sudah menjadi janda padahal belum menjalani rumah tangga"

"Tapi, Ta. Aku engga siap untuk sebuah pernikahan, aku engga siap menjadi seorang istri"

"Aku ngerti, tapi engga siap bukan berarti engga bisa. Lagi pula, mendengar cerita mu itu, aku yakin suami mu dan madu mu itu akan memperlakukan mu dengan baik"

"Ck, aku benci dua kata itu " ucap Asma dengan wajah kesal mendengar Lita menyebut suami dan madu.

"Asma, jangan hanya berfikir menggunakan otak mu, cobalah gunakan hati mu juga, selain itu, buang dulu kemarahan mu dan berdoa pada Allah, minta petunjuk "

"Tapi, Ta... "

"Ayolah Asma, Kita engga pernah tahu apa rencana Allah. Mungkin sekarang kamu merasa ini sangat tidak adil, tapi suatu hari nanti, siapa tahu Allah akan menunjukan sesuatu yg besar dan istimewa dari ini"

"Baiklah " ucap Asma pasrah.

.

.

.

"Zahra....sayang, ayo bangun" Asma mengerjapkan matanya saat merasakan tepukan di pipi nya. Ia mengucek matanya yg masih terasa mengantuk " Kita sudah sampai" Asma melihat sekelilingnya, mobil berhenti tepat di depan sebuah rumah yg sangat indah.

"Ini rumah mu?" Bilal mengangguk dan mebukakan pintu mobil untuk Asma.

Asma berjalan lebih dulu sementara Bilal sedang mengeluarkan koper mereka dari bagasi mobil.

Di halaman rumah itu, ada sebuah air mancur yg menarik perhatian Asma. Ia pun mendatangi nya, di sana ada beberapa ekor ikan hias yg sangat cantik.

Asma terkesiap saat merasakan sebuah tangan merangkul pinggangnya, sontak ia menghindar.

"Kenapa?" tanya Bilal bingung.

"Jangan menyentuh ku tanpa se izin ku" seru Asma memperingatkan. Bilal tampak sedih dengan ucapan Asma. Namun ia tetap mengangguk setuju. Asma pun kembali memperhatikan ikan ikan itu.

"Kamu suka ikan?"

"Iya, tapi sayang ikan nya terlalu sedikit, kalau lebih banyak lagi pasti semakin cantik "

"Nanti aku belikan yg banyak, sekalian buat kolam ikan kalau kamu memang suka ikan" Asma tampak senang mendengar nya namun ia tetap berusaha menampilkan wajah datar nya.

"Apa kamu benar benar mencintai ku?" tanya Asma tiba tiba.

"Tentu saja, Zahra. Aku sangat mencintai mu"

"Apa buktinya?"

"Kamu mau bukti apa?" Asma terdiam dan tampak berfikir. Kemudian ia menatap Bilal.

"Tinggalkan Mbak Khadijah"

Bilal menganga tak percaya mendengar ucapan Asma, bahkan ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia hanya salah dengar, mengerti apa yg di fikirkan Bilal Asma kembali bersuara "Ceraikan dia"

Bilal merasa seolah seseorang menusuk hatinya dengan tombak, permintaan Asma terlalu menyakitkan.

"Zahra... Apa kamu tahu apa yg kamu minta?" Bilal bertanya dengan suara lirihnya, Asma mengangguk pasti.

"Ya Allah, Zahra...itu... itu engga mungkin, bagaiman kamu bisa meminta hal itu?"

"Kenapa? Bukannya kamu mencintai ku? "

"Aku bukan hanya mencintai mu, tapi sangat mencintai mu. Tapi meninggalkan Khadijah... aku engga akan bisa, Zahra. Seandainya kamu meminta nyawa ku, aku akan dengan senang hati memberikan nya. Tapi meninggalkan istri ku, istri yg sudah melayani ku selama 10 tahun, Istri yg rela di duakan demi kebahagiaan ku. Bahkan, karena Khadijah lah aku bisa mendapatkan mu, dan sekarang kamu meminta ku meninggalkan nya? Jika ku lakukan itu, maka aku pasti akan menajdi manusia paling kejam di dunia ini"

Asma terdiam mendengar jawaban Bilal yg terdengar sangat tulus dari hati. Kedua nya sama sama diam. Bilal tak menyangka Asma bisa meminta hal itu padanya.

"Baiklah " ucap Asma kemudian "kalau begitu tinggalkan aku" Bilal merasa Asma akan membunuh nya dengan permintaan permintaan gila nya itu.

"Zahra..." Bilal berkata dengan nada rendah. Ia menatap Asma dengan tatapan penuh luka. "jangan lakukan ini pada ku, ku mohon. Tanpa mu aku bisa mati"

Asma menghembuskan nafas kasar dan berpaling dari tatapan Bilal.

"Jadi kamu mau memiliki kami berdua? Dasar rakus, egois" ucap nya kemudian berjalan menuju pintu masuk. Bilal segera mengejarnya dan mensejajarkan langkahnya dengan langkah Asma, Bilal merangkul pinggang Asma dengan erat tak peduli penolakan Asma.

"Aku bukan rakus, Sayang. Tapi kalian berdua adalah hati dan jantung ku. Bagaiamana aku bisa bertahan hidup tanpa salah satu dari itu?" Asma enggan menanggapi ucapan Bilal .

Sesampainya di depan pintu masuk, pintu tiba tiba terbuka, dan Khadijah muncul menyambut kehadiran suami dan madunya itu. Senyum manis tersungging di bibir pucat Khadijah.

"Selamat datang, Asma" Khadijah mempersilahkan Asma dan Bilal masuk. Asma melangkah masuk dengan mendahulukan kaki kanan nya, ia menatap sekeliling rumah yg tampak sangat indah walaupun tak begitu besar, tiba tiba ia merasa nyaman seolah berada dirumah sendiri. Saat angin berhembus melewati jendela jendela yg terbuka, Asma memejamkan mata. Dan ia mencium aroma yg sangat harum.

"Wangi apa ini?" tanya nya pada Khadijah yg berjalan di belakangnya.

"Wangi? Mungkin wangi pengharum ruangan " jawab Khadijah.

Asma kembali menajamkan indra penciuman nya.

"Aku rasa bukan, ini wangi yg lain, seperti aroma bunga segar" seru nya sembari mengelilingin ruangan. Dan tiba tiba ia mendengar suara tawa anak anak.

"Apa ada anak anak dirumah ini?" tanya nya lagi.

"Tentu saja ada. Mereka sedang bermain di atas" jawab Khadijah yg membuat Asma bingung, namun ia pun mengikuti dari mana arah suara itu datang. Ia mendekati sebuah kamar yg tak tertutup pintu nya. Disana,kamar itu di penuhi mainan, Asma berjalan dan melihat seorang anak laki laki dan anak perempuan yg sedang tertawa sembari memainkan mainan mereka, dua anak itu berwajah sangat mirip. Asma yakin mereka pasti kembar.

"Siapa mereka?" tanya nya pada Khadijah saat Khadijah menyusul nya ke atas.

"Oh mereka... " Khadijah berjalan melewati Asma dan kemudian memanggil anak kembar itu, "Sini sayang, Ummi sudah datang, ayo beri salam" dua anak kembar itupun mengucapkan salam, kemudian mencium tangan Asma. Sementara Asma hanya bisa membisu dengan apa yg di saksikan nya.

"Ummi?" tanya nya kemudian.

"Iya, kamu kan ibu mereka"

Asma memijat pangkal hidungnya dengan keras, beberapa hari yg lalu tiba tiba saja ia sudah bersuami, dan sekarang dia udah jadi ibu.

"Sungguh dunia yg aneh" fikirnya.

"Asma"

▪️▪️▪️

Tbc....

1
Sania Zuhrotun Nisa'
maaf gajadi baca, ternyata poligami. paling benci itu
Siti Azmi
assalamualaikum ka Sky. aku udah hapus apk ini. tp tiba² kangen ustadz bilal. jd aku instal lagi.
entah yg ke berapa x aku baca MUMH. ❤
Herta Siahaan
masih jg kurang pengorbanan Asma Khadijah.... umi Kalsum bawa pulang putri mu
Herta Siahaan
duh Khadijah... waktu kau sakit Bilal sampai ninggalin Asma di restoran dan kecopetan... Asli kamu munafik Khadijah dan jahat
Herta Siahaan
duh ustadzah Khadijah yg soleha ada apa dengan kewarasan mu .. sampai kapan memupuk kebodohan mu... sampai kapan Asma mengalah . seperti nya Asma harus dipisahkan sementara ke Desanya biar Khadijah lebih puas berdua dengan bilal. . kasian Asma Thor selalu tersudut. ... wahai keluarga Asma tolong anakmu
Herta Siahaan
Hubab kamu jahat selalu menyalahkan Asma... yg buat sepupu mu itu tersakiti dia sendiri... aoa Asma yg menggoda suami saudara mu .. tidak justru dia tertipu ulah saudara mu .. dia jd korban paham nggak kalian.. masa remaja nya habis dengan nikah muda... memang ya g mikir sebelum menghakimi orang.
Herta Siahaan
hehe hehe kena skak dari anak kan Khadijah....
Herta Siahaan
dewasa mana Khadijah apa Asma.... Khadijah kenapa harus jg merasa kuat... saat Asma dan Bilal berangkat kesehatan agak menurun jd jujur biar tdk ada yg berangkat. seandainya terjadi hal buruk pada Asma gimana perasaan kalian.. andai orang tua Asma tau kejadian malam itu apa yg mereka lakukan
Herta Siahaan
duh Khadijah sayang kemana saja kok baru sadar poligami itu sakit. Mau nyalahin Bilal dan Asma.,..
Herta Siahaan
waduh.... Bu Khadijah cepat banget terbongkar sifat manusia nya....
Herta Siahaan
mulai kan perang batin... katanya iklas.. kuat.. dewasa.. dan Bilal mulai kan tdk adil... he... he... Masih jg tuduh Asma Anak anak... duh Khadijah yg lembut belum apa apa sudah perang batin.... hedehhh
Herta Siahaan
duh Asma asli nangis bacanya demi sebuah surga tapi hati bercampur aduk...
Herta Siahaan
Hadehhh paling malas dengar kata kekanak kanakan... hei Pak Ustadz yg dewasa dan nyonya yg dewasa bahkan ahli agama dan yg memiliki hati melebihi samudera sampai kapan hnya menyalah si Asma yg anak anak itu.... sampai kapan kalian sadar
Herta Siahaan
sadar lah wahai Bilal.. Khadijah.. umi Abi .. dan semua para kyai yg ahli agama... Yg selalu anggap Asma anak anak tapi sesungguhnya kalian yg egois dan sombong demi yg katanya surga tapi memaksakan kehendak... apakah memang itu benar
Herta Siahaan
aku setuju pendapat Asma... Demi kata surga tapi hati menjerit...
Herta Siahaan
nah Asma betul entah apa tujuan Khadijah melaukai hati nya dengan menikahkan suami pada wanita lain. Rela memendam perasaan sendiri apa itu demi mendapatkan surga. Nyatanya Khadijah cemburu kan...
Herta Siahaan
apapun hasil poligami itu aku sangat benci. Dan apapun kenakalan Asma seharusnya orang tua dan ustadz serta istrinya itu yg lebih paham agama dan pendidikan ilmu itu bukan ilmu agama tapi jg ilmu perasaan dan ilmu jiwa jg perlu. Jangan hnya krna janji surga tapi jiwa dan batin orang jd korban. Ada apa dengan keluarga Bilal kok harus menikahi Asma. Dan sehebat apa Khadijah mau dimadu. sudah Asma ikuti aja apa mau orang tua mu walaupun hidup mu akan tertekan krna demi Surga
Lilik Juhariah
konflik yg menguras air mata perasaan , tercabik cabik
Lilik Juhariah
ini novel paling keren yg aku baca, knp suka banget ya
Lilik Juhariah
sdh baca tapi baca lagi , masih janggal Zahra manggil suami nya dg nama ky gk sopan aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!