Saudara Rasa Pacar

"jadi dari awal kamu bener-bener ga punya perasaan sama aku?" tanya Varo sekali lagi dengan wajah tak berdaya.

Mia mengangguk berlahan, sorot mata yang tajam mempertegas semuanya.

melihat itu, Varo menghela nafas panjang.. rasanya sekarang dia akhirnya benar-benar mengerti mengapa wanita yang dipacarinya lebih dari satu bulan ini tidak pernah mau atau bisa nge-date berdua dengannya.

"Alvaro, maaf.. gue ga pernah bermaksud mainin lo.. gue bahkan selalu berharap bahwa lo bisa buat gue jatuh cinta lagi.." jelas Mia dengan wajah sedih.

Varo mengangguk anggukan kepalanya, tidak tau harus menjawab apa lagi.

"yaudah.. kalau gitu.. berarti ga ada yang bisa gue harap lagi.." ucap Varo sambil berdiri dan berbalik pergi, meninggalkan Mia sendirian dengan perasaan bersalahnya.

***

Setelah putus, Varo memutuskan untuk pindah tempat duduk.

Dan sejak saat itu, tidak pernah lagi ada interaksi antara Mia dan Varo.

Sementara itu, Lucas yang baru mengumumkan hubungannya dengan Zee entah kenapa sering sekali terlihat oleh Mia.

Lucas dan Zee terlihat begitu mesra, tersenyum dan tertawa berdua disepanjang Mia melihat.

entah dikantin, di parkiran, di UKS, bahkan saat kelas Mia sedang ada pelajaran olahraga, Lucas dan Zee terlihat berduan sambil sibuk membawa buku pinjaman dari perpustakaan.

awalnya Mia mencoba mengabaikan, namun dalam hati Mia tetap saja merasa kesal dan jengkel.

Sialan!!! awas aja lo!! gue aduin ke ayah!!!

***

Dirumah..

Setelah hari hari melelahkan, Mia yang mencoba menjalani kehidupan barunya mencoba untuk fokus ke pelajaran saja.

Lagian mereka juga sudah kelas 12, dalam berapa bulan lagi akan menghadapi ujian nasional, jadi Mia ingin lebih fokus belajar, dan berusaha untuk masuk ke fakultas incarannya.

tokk.. tokk..

"Mia.. makan dulu sayang.. makan malamnya udah siap.." panggil Sarah dengan nada lembut.

"mm.. iyaa maa.." jawab Mia sambil tanggan langsung menutup buku pelajaran yang sedang dibacanya.

saat dibawah, betapa terkejutnya Mia melihat Lucas ada dimeja makan.

"lo ngapain ada disini?" ucap Mia spontan.

dalam hati Mia merasa sangat jengkel, seperti dia baru saja melihat musuh terberatnya.

"Mia.. kamu kok ngomong gitu.." ucap Sarah dengan nada terkejut.

"Mia.. kamu kayaknya masih marah ya sama Lucas soal kejadian yang waktu itu.." ucap ayah Adwin. "mm.. ayah ngerti kok.. tapi karna kalian mau kelulusan.. ayah ga bisa lepasin Lucas tinggal diluar.. setidaknya sampai kalian selesai ujian nasional baru Lucas permanen tinggal di sana.. boleh ya.."

Mendengar itu, Hana terdiam.. dalam hati, dia merasa sedikit tidak enak dengan Ayah Adwin..

Lucas adalah anak kandungnya, putra semata wayangnya, sekarang malah terlihat seolah-olah Lucas adalah pengacau dirumah yang seharusnya memang miliknya.

Sementara itu Lucas hanya diam.

Sepanjang makan malam itu, semua orang nampak tenang, tapi di dalam hati, Mia tidak bisa menahan untuk tidak mencuri pandang ke arah Lucas.

Lucas tidak menghindari kontak mata dengan Mia, tapi disisi lain, sorot matanya yang tenang dan datar membuat Mia kebingungan.

"sebenarnya, selain mengawasi kalian berdua secara langsung.. Ayah juga sudah menyewa guru les buat kalian berdua.." ucap Adwin memecah keheningan dimeja makan.

"ehh.." Mia menatap Adwin terkejut.

"guru lesnya yang kemarin kan yah?" tanya Lucas santai.

"ohh bukan.. ayah udah siapin khusus buat kalian.. umurnya masih muda sama kayak kalian.. tapi pekerja keras dan anak baik.. ayah taunya dari temen ayah sih.. katanya ayah ibunya belum lama meninggal, jadi dia bener bener butuh pekerjaan buat biaya hidup.." semua orang menyimak penjelas Adwin. "yaaa... sebenarnya ayah memperkerjakan dia karna kasian sih.. jadi kalau memang ga bagus, anggep aja kita lagi sedekah ke anak yatim piatu ya.."

Semua orang mengangguk, menyetujui ucapan Adwin sebagai kepala keluarga.

.

Setelah makan, Mia dan Lucas langsung saja naik ke lantai 2..

Mia berencana melanjutkan pelajarannya, sementara itu Lucas ingin merapikan barang bawaannya.

Lucas dan Mia berjalan beriringan, menaiki tangga.. tapi tidak ada satupun diantara mereka yang mencoba mengeluarkan suara.

"Lucas, selamet ya.." ucap Mia mencoba mencairkan suasana.

"selamet apa?" tanya Lucas dengan wajah datar.

"iyaa, selamat buat lo dengan Zee.."

"..." terdiam, tidak bisa menjawab.

"yaudah, kalau gitu gue masuk ke kamar gue dulu.." Mia mencoba berbaur seadanya, mencoba menganggap Lucas benar-benar cuma saudaranya.

Mia merasa ini kesempatan baik yang datang untuk memperbaiki hubungan mereka.

meskipun setiap malam, Mia selalu saja mengingat kejadian dikamar Lucas pada malam itu.

"...gue denger, katanya lo sama Varo udah putus?" tanya Lucas sesaat Mia hendak membuka pintu kamarnya.

Mia menoleh, melirik Lucas sambil tersenyum terpaksa.. lanjut kepalanya mengangguk, membenarkan ucapan Lucas itu.

lanjut Mia kembali menatap pintu kamarnya.. langsung saja membukanya dan masuk tanpa menoleh ke arah Lucas.

Lucas sempat terdiam, kakinya tiba-tiba terasa kaku..

Banyak yang ingin dia tanyakan, namun dia tidak tau apakah semua isi hatinya masih layak dikeluarkan atau tidak.

Sementara itu Mia yang masuk ke dalam kamar, langsung menepuk-nepuk wajahnya, dia mencoba untuk tidak memikirkan masalah cinta cintaan lagi.. dan ingin fokus saja pada pelajarannya.

...****************...