Cek Khodam Online

Tanpa terasa malam beranjak pagi. Para warga sudah berkumpul di pos ronda, hanya tim biri-biri yang belum tiba.

"Ini mana tim biri-biri kok belum kembali? " tanya pak kades lantang

Sementara itu Lek To yang menerawang hanya geleng-geleng tak percaya.

"Aneh! Ini benar-benar aneh!

"Hah, ada apa lek? Apa yang terjadi" tanya kades seakan tau jika ada hal yang tak beres.

"Ada banyak kejanggalan yang kurasakan. Tapi aku harap warga dan pak Abdul selaku kerabat korban bisa berbesar hati" Obrolan mereka seketika jadi serius

"Maaf pak Abdul, aku rasa keponakannya njenengan kemungkinan kecil bisa ditemukan. Jadi sebaiknya pencarian ini dihentikan saja"

Seluruh warga yang mendengarnya kaget, apalagi pak Abdul, ia bingung karena orang tua Ilham terus menanyakan kondisi anaknya

"Tolong usahakan apa aja Lek To, tolong bantu keponakan ku kembali. Mau jawab apa aku nanti kalo ditanya orang tua nya" ujar pak Abdul memelas

"Masalahnya demit yang gondol keponakan mu itu kuat Dul! Aku kehabisan tenaga buat nge-review peristiwa yang menimpa keponakan mu. Intinya keponakan mu sulit kembali" tegas Rianto

"Tolong lah To

"Gak bisa Dul"

Ditengah keputusasaan itu, tiba-tiba warga dikejutkan dengan munculnya tiga orang dari kegelapan malam. Mereka adalah tim biri-biri yang melarikan diri dari kali.

"Nah! Itu mereka bertiga. Kenapa lama sekali hah? Mana Deni?" belum sempat bernafas lega, mereka udah diberondong berbagai pertanyaan

"Anu pak, Deni masih di dalam hutan, kami lari duluan gara-gara ketemu genderuwo" terang Ucun terengah-engah

"Lah terus kenapa Deni gak diajak lari?"

"Gak sempat pak, soalnya Deni masih dibawah kali" pak kades semakin pusing karena satu warganya ikut ilang

"Kalo sampai Deni hilang, kalian tau apa akibatnya? Kita semua bisa dikucek sama Sulastri"

"Jadi gimana pak? Kita susul Deni?" tanya warga

"Ya iyalah! Jangan sampai Deni ikut hilang kayak Ilham"

Sambil membawa senter masing-masing, warga hendak menyusul. Namun belum jauh mereka meninggalkan ronda, Deni sudah nampak berjalan ke arah mereka.

"Loh bapak-bapak mau kemana?" tanya Deni kebingungan

"Ya mau nyusul kamu lah Den! Kata Ucun, dia sama lainnya ninggalin kamu di tengah hutan sendiri"

"Tau tuh kang Ucun! Lagian bapak juga, masukin tim isinya penakut semua balas Deni kesal. Meskipun ia juga senang karena tau keberadaan Ilham sekarang.

"Baiklah, berhubung tim pencarian udah kembali, aku putuskan bahwa tim pencarian ini dihentikan"

"Loh kok dihentikan? Ilham kan belum ketemu? Gimana sih pak?" protes Deni.

"Iya kata Lek To sudah gak bisa Den! Demit itu terlalu kuat, dukun sakti sekelas Rianto aja gak bisa ngatasin"

"Kata siapa? Bisa kok! Tapi gak bisa hari ini. Kita tunggu sampai tujuh hari, baru pocong gundul itu mau ngembaliin keponakannya pak Abdul"

Mendengar itu, sontak membuat para warga terkejut. Apalagi sebagian warga baru pertama kali mendengar varian baru yaitu pocong gundul.

"Kok kamu bisa tau? Kamu tadi ketemu sama pocongnya?" pertanyaan kang Ucun membuat Deni tertunduk. Mustahil mengatakan kejadian sebenarnya jika ia ketemu setan tobrut.

"Enggak sih, tapi kan-"

"Berarti kamu cuma ngarang" belum sempat melanjutkan bicara. Lek To langsung memotong nya

"Aku gak ngarang, tapi aku yakin bisa ditemukan"

"Heh! Bocah kencur! emangnya kamu siapa? Orang pintar? Atau kamu bilang gini mau menjatuhkan ku sebagai dukun sakti?" sambar Lek To. Dia mulai terpancing emosi sebab ada warga yang tak sejalan dengan pemikirannya

"Aku gak niat seperti itu. Aku hanya menyempaikan yang aku tau. Tapi kalo njenengan memang sakti, pasti tau tentang pocong gundul yang sedang gentayangan di desa ini kan?"

Lek To terdiam, ia tak menampik jika ucapan Deni memang benar yang ternyata juga diketahui kalo pemuda biasa macam Deni.

"Gimana To? Jadi bener yang dikatakan Deni kalo desa ini lagi kena teror pocong gundul?"

"Sejujurnya aku emang beberapa kali ketemu wujud pocong gundul itu. Tapi aku yakin ini tak ada kaitannya dengan insiden keponakan nya Abdul yang hilang. Jadi masalah itu jangan dicampur adukkan"

Deni tak membalas, ia tau warga tak akan mempercayainya hingga ia membuktikannya sendiri.

Pukul 2 pagi, para warga membubarkan diri kerumah masing-masing. Dan karena pernyataan Rianto akhirnya pak kades memutuskan pencarian Ilham tak dilanjutkan.

...****************...

Alarm pagi telah berbunyi, tapi Deni tak beranjak dari tidurnya. Ia hanya menggeliat sambil membenarkan bantalnya

"Den, bangun, udah pagi. Emangnya kamu gak kerja?"

"Kerja dimana bu? Di tempat nya haji Rozikin? Ya gak mungkin lah, kan udah dipecat" jawab Deni yang tak sepenuhnya sadar hingga membuat Sulastri terkejut.

"Apa? Kamu dipecat?!" suara lantang itu seketika membuat Deni melebarkan mata, barulah ia tersadar jika dirinya keceplosan.

"Kalan kamu dipecat? Kamu ngelakuin apa? Kok kamu gak bilang sama ibu?"

Tanpa mengalihkan pandangan, Sulastri mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Namun itulah yang membuatnya gelisah, ia khawatir Sulastri mengetahui alasan yang sebenarnya

"Em, aku gak salah apa-apa kok bu. Sepertinya pak haji cuma mau upgrade karyawan baru yang gak suka telat. Aku minta maaf karna gak berani terus terang. Aku takut ibu marah" jawabnya sambil tertunduk lesu