Hidup bersama dengan keluarga yang tidak peduli dengan kehadirannya, kemudian memiliki seorang adik yang akhirnya meninggal dunia dan menjadi kesalahannya. Ditinggal pergi oleh orang tuanya karena dianggap pembawa sial, lalu hidup sendirian dalam rasa bersalah pada apa yang bukan menjadi kesalahannya. Hidup dengan keras hingga membuatnya lupa akan arti kebahagiaan, akankah suatu saat Cassie menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gemini Pride, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membangun Tembok Yang Sulit Ditembus!
Cassie meminta untuk pulang ke asramanya, dia ingin menenangkan diri dalam tidurnya. Tentu saja dia sudah berencana untuk meminum obat tidurnya yang sedikit banyak supaya dia bisa tidur lebih lama, Evelin sangat khawatir namun dia tidak ingin banyak bertanya karena tidak mau sahabatnya itu merasa terusik.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Evelin, kini mereka sudah tiba di depan asramanya Cassie.
"Kenapa aku tidak harus baik-baik saja?" tanya Cassie.
"Sie, aku tahu kalau hubungan mu dan Jackson mulai erat jalinannya. Aku tahu secara perlahan kamu seperti membuka diri mu padanya, jadi setelah melihat hal tadi pun pasti membuat mu terusik" ucap Evelin.
"Hm! Aku baik-baik saja Eve, sejak dulu kamu tahu kan kalau aku selalu bisa menarik diri dari situasi apa pun. Lagian aku juga sudah mendengar ucapan Jackson pada perempuan itu yang katanya aku hanya seorang kenalannya, jadi akan lebih mudah untuk ku bersikap seperti apa yang diucapkannya ke depannya. Tidak perlu khawatir seperti itu, bahkan untuk merasa hal yang lain pun aku tidak pantas jika mengingat status kedekatan kami yang seperti apa" ucap Cassie.
"Hah! Kalau begitu, masuklah ke dalam dan beristirahat. Jika memerlukan sesuatu, maka langsung telfon aku yah? Ingat kan kalau nada dering untuk panggilan mu aku setel berbeda supaya aku tahu kalau kamu yang menelfon ku, jadi aku bisa langsung merespon telfon mu" ucap Evelin.
"Mn!" sahut Cassie, dia pun segera masuk ke dalam asramanya.
~ ~ ~
Setibanya di asrama, Cassie pun langsung mematikan telfonnya. Dia segera membersihkan dirinya, kemudian dia segera mengganti ke setelan baju tidur lalu mengambil beberapa butir obat tidur dan meminumnya lalu tidak butuh waktu lama hingga dia tertidur.
Sedang saat ini Jackson masih berusaha untuk menghubungi Cassie, namun jika tadi telfonnya tidak diangkat sekarang nomornya bahkan sudah tidak aktif.
Jackson pun segera mencari nomor telfonnya Evelin, setelah menemukan nomornya pun dia segera menelfonnya.
Rrrring . . . Rrrrring . . . Rrrrrring . . .
"Siapa yang menelfon?" gumam Evelin di dalam hati, nomor baru yang tidak dikenalnya tengah menelfon.
"Yah, dengan siapa?" ucap Evelin begitu mengangkat telfonnya.
"Eve, ini aku Jackson!" seru Jackson.
"Oh, ada apa?" tanya Evelin, seketika nada bicaranya langsung berubah menjadi dingin.
"Cassie ada bersama mu? Kenapa nomornya tidak aktif? Tadi aku berapa kali menelfonnya pun tidak diangkat, aku ingin berbicara dengannya untuk menjelaskan sesuatu" ucap Jackson.
"Hm! Apa yang ingin kau bicarakan dengannya? Kenapa pula kau terdengar seperti orang yang panik? Seperti kau sudah melakukan kesalahan pada Cassie, hubungan kalian bahkan tidak sedekat itu kan? Bukan kah katamu Cassie hanyalah seorang kenalan untuk mu? Jadi tidak perlu berlebihan seperti itu kan?" ujar Evelin dengan nada bicara yang datar.
"Hah! Kalian sudah melihat kalau aku tengah bersama dengan seorang perempuan di restoran tadi kan?" ujar Jackson.
"Yah, lalu?" sahut Evelin.
"Dia bukan pacar ku, dia hanyalah seorang teman yang sudah ku kenal sejak kecil jadi kami berteman dekat" ucap Jackson.
"Lalu buat apa penjelasan itu? Kami juga tidak membutuhkannya, kalian hanya sekedar kenalan saja kan? Kenapa kau menjelaskan soal seperti apa hubungan mu dengan perempuan itu? Kau begitu menjaganya, jadi kami yakin suatu saat dia yang akan menjadi pasangan mu karena sudah terlihat dengan jelas tanda-tandanya melalui sebagaimana dekatnya kalian" ucap Evelin.
"Dia hanya akan menjadi teman ku, tidak akan pernah berubah menjadi pacar ku" ucap Jackson.
"Oh! Kau seberusaha ini untuk menjelaskan soal itu, kenapa? Kau jatuh cinta pada Cassie?" ujar Evelin.
"Yah!" sahut Jackson dengan segera.
"Hah! Sudah terlambat! Cassie sudah menutup dirinya kembali setelah dia mulai sedikit terbuka pada mu, dia akan membangun tembok dengan mu sehingga kau akan sangat sulit untuk menembusnya" ucap Evelin.
"Aku tahu! Dengan pengalaman hidupnya yang tidak baik itu, dia akan susah untuk percaya pada orang lain. Aku akan berusaha sekeras mungkin, sampai dia mau membuka dirinya kembali pada ku" ucap Jackson.
"Sebenarnya cukup mudah sih untuk mengatasinya" ucap Evelin.
"Bagaimana?" tanya Jackson dengan segera.
"Cukup jaga jarak dengan teman masa kecil mu itu, jangan menunjukan interaksi yang intens yang bisa dilihat oleh Cassie. Tapi sepertinya kau tidak akan bisa melakukannya karena kalian sedekat itu, jika sudah begitu maka menyerah saja" ucap Evelin.
"Aku akan melakukannya" ucap Jackson.
"Melakukannya karena Cassie maka itu tidak akan bertahan lama, sebab suatu saat jika kalian ada masalah maka kamu akan lari pada perempuan itu. Harus terjadi karena keinginan hati mu sendiri yang menginginkannya, jika tidak maka hanya akan begitu saja" ucap Evelin.
"Terima kasih untuk sarannya" ucap Jackson.
"Aku melakukannya bukan untuk mu, aku melakukan semuanya untuk kebahagiaannya Cassie. Entah berapa banyak pil tidur yang akan dia minum sekarang, jika batinnya tengah tertekan dia pasti akan mengonsumsi pil tidur dalam jumlah yang cukup banyak" ucap Evelin.
"Dia dimana sekarang?" tanya Jackson.
"Di asramanya, jika ingin berbicara dengannya maka temui saja besok hari. Besok kami ada kelas jam delapan pagi, jadi sekitar jam setengah delapan dia pasti akan keluar dari asramanya dan berjalan ke kampus" ucap Evelin.
"Baiklah, terima kasih untuk informasinya" ucap Jackson.
"Yah!" sahut Evelin.
* * *
Sekitar jam enam pagi, Cassie pun terbangun dari tidurnya. Dia merasa sangat segar karena bisa tidur dalam waktu yang cukup lama.
Cassie segera memeriksa ponselnya, ada banyak panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan yang masuk untuknya.
Cassie pun segera memeriksanya, panggilan masuk yang tidak terkira dari Jackson. Lalu ada panggilan dari manajernya juga, Cassie segera memeriksa pesan masuknya. Dia membaca pesan dari Jackson yang mengatakan kalau dia akan menunggu di depan asramanya pagi ini, membaca itu pun membuatnya menghela napas.
Setelahnya Cassie mengabaikan pesan itu dan membuka pesan dari manajernya, Olivia berkata untuk mengecek rekeningnya karena bayaran untuk brand yang bekerja sama dengannya sudah dikirim.
Cassie pun segera menelfon Olivia untuk menanyakan detailnya.
~ ~ ~
"Yah ada apa Cassie? Sepagi ini kamu sudah bangun?" celetuk Olivia.
"Kenapa pembayaran ku datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan? Bukan kah akan disesuaikan dengan jumlah barang yang terjual?" ujar Cassie.
"Foto mu bersama dengan brand itu sudah dipublikasikan, melihat itu banyak orang yang tiba tiba berminat dengan produk itu. Hanya butuh satu hari saja sudah sold out semua stok barang yang ada, bahkan sudah ada yang melakukan pre order karena tidak kebagian" ucap Olivia.
"Benarkah?" sahut Cassie yang tidak percaya dengan apa yang terjadi.
"Yah! Karena awal kesuksesan yang seperti ini, owner brand itu pun segera mengirim bayaran untuk mu. Jadi sekarang periksalah jumlah yang dikirim ke rekening mu!" ucap Olivia.
"Tunggu sebentar" ucap Cassie yang langsung membuka rekeningnya dan mengecek saldo yang ada, dia sangat tercengang dengan jumlah uang yang sangat banyak itu.
"Liv, bukankah ini sangat banyak?" seru Cassie.
"Itu belum semua pembayarannya, akan ada bonus yang sangat besar dari hasil penjualannya untuk mu. Mereka sangat bersyukur karena kau bisa membawa produk mereka dikenal oleh banyak orang, padahal baru satu hari perilisan foto dan video yang kamu ambil beberapa waktu yang lalu" ucap Olivia.
"Aku sangat senang bisa mendapat bayar untuk pekerjaan ku, sebentar temani aku untuk mencari apartemen untuk ku" ucap Cassie.
"Baiklah" sahut Olivia.
Setelahnya Cassie langsung memutuskan sambungan telfonnya, dia tidak bisa berhenti menatap layar ponselnya dan melihat jumlah saldo yang ada di rekeningnya.