PERJUANGAN PUTRI HUANG JIAYU

Di rimba sunyi, beban terasa berat,

Peti logam mulia, nasib yang di embat.

Keluh kesah pecah, namun segera teredam,

Oleh peringatan tajam, dan sebuah ancaman.

Bukan emas atau perak yang paling berharga,

Tapi buku catatan sang pemantik neraka.

Bukti kejahatan sang penguasa licik,

Bagai pisau tajam siap menusuk jantung istana

🥭🥭🥭

Gong Lu Yan memberi isyarat kepada Wong Rui agar diam, keduanya pun mengendap-endap ingin melihat asal suara barusan yang mereka dengar, mereka bersiap dengan senjata mereka.

SREEKKK!!

Suara itu kembali terdengar,

Saat kedua orang tersebut mengintip dari balik pohon besar, dan—,

" Aiyaaa, ku kira prajurit istana kembali ke sini, ternyata.... rusa sedang berkembang biak" Wong Rui menggerutu,

" Bilang saja kau juga ingin berkembang biak kan, karena melihat rusa itu barusan?" Gong Lu Yan menggoda Wong Rui dengan senyum mengejek.

" Memangnya kau tidak? Dasar..." Balas Wong Rui dengan sebal.

" Ya, Ya Ya, kau benar, sudahlah jangan berdebat lagi, kita harus segera menyusul mereka" Gong Lu Yan pun berjalan mendahului Wong Rui, keduanya melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda akibat melihat rusa yang sedang berpacaran lalu menikah.

🌹🌹🌹

Sementara itu, di dalam hutan, suasana sedikit lebih... berat, secara harfiah.

"Glek... ini... peti... isinya... batu bata kah?" Han Mei Yin mengerang, wajahnya merah padam saat dia dan Huang Jiayu bersama-sama menyeret sebuah peti besar di atas daun-daun kering.

"Bukan bata, Mei Yin," balas Jiayu, napasnya juga tersengal. "Tapi logam mulia, yang bisa membuat kita kaya"

"Lebih baik isinya batu bata!" protes Mei Yin. "Paling tidak kita bisa bangun rumah dan tidak usah repot-repot menyembunyikannya!"

Du Feng yang di beri kepercayaan untuk memimpin oleh Gong Lu Yan, sekarang menunjukkan sikap yang bijaksana, dia

yang berada di depan sebagai pemimpin sedang dalam gaya tegasnya, dia berjalan sambil membuka jalan.

"Kurangi bicara, untuk menghemat tenaga. Atau kau ingin aku menyumpal mulutmu dengan kaus kakimu sendiri, Mei Yin?"

Mei Yin langsung mengatupkan mulutnya, tapi matanya masih melotot penuh drama.

Setelah berjalan cukup jauh dan merasa aman, mereka beristirahat. Huang Jiang, si adik yang baik hati, mengangkat tangan. "Aku akan mencari air. Pasti ada sungai di sekitar sini."

"Jie-jie temani!" sahut Jiayu cepat, melompat berdiri.

Ini kesempatannya pikirnya, "Kita bisa sekalian cari buah atau umbi-umbian, untuk mengganjal perut yang sudah keroncongan."

Han Mei Yin, yang sudah bersandar di sebuah pohon, meneriakkan pesan 'semangat'. "Hati-hati, kalian! Jika bertemu harimau, kalian hadapi sendiri, jangan berlari kemari"

Jiayu membalikkan badan, menjulurkan lidah ke arah Mei Yin. "Dasar teman durhaka! Nanti aku akan membawa pulang air yang sudah dicampur liur ular!"

"Kau ingin kita semua mati!" teriak Mei Yin, tapi masih tertawa.

🥭🥭🥭

Di pinggir sungai yang jernih, suara air mengalir menutupi bisikan mereka. Jiayu menoleh ke kiri dan kanan sebelum menarik sesuatu dari balik ikat pinggangnya. Sebuah buku besar, sampulnya dari kulit yang halus dan diikat dengan tali rumit.

Huang Jiang membelalak. "Jie-jie, ini...? Itu yang dari—"

"Ssst!" Jiayu meletakkan jari di bibir, matanya berbinar waspada.

"Iya. Buku catatan transaksi gelap Pejabat Liu. Ini bukti yang bisa menggulingkan bukan hanya dia, tapi juga mungkin menjerat kaki-kaki besar di istana, termasuk mungkin Perdana Mentri dan—"

Jiang berbisik sangat pelan, wajahnya pucat. "Ini... ini lebih berbahaya daripada menyulut kembang api di gudang mesiu, Jie-jie!"

" Benar, Tapi aku tidak bisa menyimpannya. Mei Yin suka masuk kamarku tanpa izin, mengobrak-abrik seperti tikus kelaparan mencari remah-remah. Tempat persembunyian kita yang sementara juga tidak aman. Kita harus memindahkannya."

Mereka memetik berry di pinggir sungai, dan juga menangkap ikan dengan skill menangkap ala Tarzan yang mengagumkan, menangkap tiga ikan besar hanya dengan tangan dan sebuah tongkat runcing (sebagian besar berkat reflek mematikan Jiang).

Saat kembali, Du Feng sedang dengan serius mengatur batu untuk membuat tungku sederhana.

Wajahnya cerah melihat ikan dan buah yang di bawa Jiayu dan Jiang, "Bagus! Kalian berdua memang pasangan kakak beradik yang hebat." puji Du Feng kepada kakak beradik itu.

Mereka makan dengan lahap. Ikan bakar tanpa bumbu terasa seperti makanan dewa di tengah kelaparan. Gong Lu Yan dan Wong Rui tiba tepat saat ikan terakhir habis, dan cerita mereka membuat semua orang tertawa geli, meski diikuti gelengan kepala karena nyaris celaka.

" Paman Gong, tadi saat aku mencari buah di pinggir sungai, aku melihat di kejauhan ada gua, namun tempatnya ada di balik air terjun" Ucap Jiayu memberitahukan ada tempat persembunyian yang aman.

"Dibelakang air terjun? Tempat yang bagus. Suara air akan menutupi suara kita." Gong Lu Yan menegaskan ucapan Jiayu barusan. Kemudian dia akhirnya memutuskan untuk pindah ke gua yang ditemukan Jiayu

Pindahnya peti-peti itu adalah sebuah opera komedi fisik.

Mei Yin nyaris terjatuh ke jurang kecil, dan dia pun berteriak, "Selamatkan petinya dulu! jangan hiraukan aku, kita tidak boleh kembali miskin!" membuat semua orang tertawa kecuali Gong Lu Yan hanya menghela napas panjang melihat tingkah konyol Mei Yin

Gua itu lembap tapi luas, tersembunyi sempurna di balik tirai air yang jatuh. Saat malam tiba, dan yang lain tertidur lelap dengan dengkuran yang bersaing dengan suara air terjun, Jiayu masih terbangun. Buku itu terasa membakar sisi pinggangnya.

Dia membangunkan Huang Jiang yang sedang bermimpi indah.

"Jiang'er," bisiknya di dalam kegelapan yang hanya diterangi cahaya bulan yang menembus celah gua. "Jie-jie sudah punya ide."

"Hmm? Ide untuk apa? Makan pagi?" gumam Jiang setengah sadar.

"Untuk menyembunyikan buku ini. Tempat yang paling tidak terduga. Tempat yang bahkan Mei Yin dengan hidung anjing pelacaknya tidak akan pernah menemukannya"

Jiang mengusap matanya, sekarang sudah sadar penuh. "Di mana?"

Jiayu membisikkan sebuah nama, sebuah lokasi. Mata Jiang membelalak, hampir melotot keluar dari rongganya dalam gelap.

"TIDAK!" desisnya, suaranya bergetar ketakutan dan tidak percaya.

"Jie-jie, itu gila! Itu bukan hanya sangat berisiko, itu bunuh diri! Itu... itu seperti menaruh tulisan 'Aku Pencurinya' di dinding istana! Mereka pasti akan menemukannya!"

"Justru karena itulah tempat yang sempurna," bisik Jiayu, keyakinan terpancar di matanya yang berkilau dalam remang-remang. "Tidak ada yang akan menyangka kita berani menaruhnya di sana. Tepat di bawah hidung mereka"

"Tapi—"

"Percayalah padaku Jiang'er, Terkadang, tempat yang paling terang adalah tempat persembunyian yang paling gelap."

Huang Jiang hanya bisa menggigil, membayangkan konsekuensinya. Jika mereka ketahuan, bukan hanya mereka yang akan hancur, tapi semua orang dalam gua ini. Dan rencana mereka...

.

.

🌹 Hai... hai... Sayangnya Mami🤗

Kira-kira Tempat apa yang di maksud Jiayu??

Tempat yang begitu beresiko, jingga membuat Huang Jiang menggigil ketakutan?

Sebuah tempat yang begitu dekat dengan musuh, sehingga bagai bermain api di tengah lahan bubuk mesiu?

Akankah keberanian Jiayu membawa mereka pada kejayaan...

Atau justru membawa mereka ke liang lahat mereka sendiri?

JANGAN LUPA KASIH LIKE & KOMEN DI SETIAP BAB, VOTE SERTA HADIAH JUGA YAAA....

TERIMA KASIH SAYANGKU😍😍