Aluna seorang gadis bercadar terpaksa harus menikah dengan ketua geng motor atas wasiat dari mendiang ayahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
" Gue cuman jelasin sekali aja. gue sama Anisa baru nikah kurang lebih 4 hari yang lalu atau Berapa hari gue lupa. intinya ini janji dari orang tua gue sama orang tua Anisa. lo jangan banyak tanya. kalau bisa lo rahasia Ini dari Radit" jelas jayden.
" WHAT?!! GILA!! yang bener loh Wir?" Altaf berucap dengan ekspresi terkejut.
Jayden tersentak mendengar suara Altaf yang begitu nyaring. jayden lantas menatap Altaf dengan tatapan kesal.
"si bego ini! " umpat jayden.
" Sumpah gue kaget, njir! kok nggak undang-undang? kalian nggak melakukan anu dulu kan? atau kalian kepergok melakukan?" tanya Altaf penuh selidik ke arah Annisa dan jayden bergantian.
" mulut lo pengen gue streples ya? udah gue bilang ini perjanjian orang tua gue dan orang tua Anisa!" ucap jayden kesal.
Altaf cengengesan.
" sorry, gue masih nggak nyangka. terus Radit udah tahu?"
Jayden menggeleng pelan.
" Lo jangan kasih tahu"
"haduh! Halo kebiasaan main rahasia-rahasiaan sama sahabat sendiri. apa lu nggak tahu kalau Radit itu- " kalimat Altaf terjeda.
" gue tau! " potong jayden.
Altaf mendesah panjang. Iya bingung dengan situasi ini.
" Radit udah tahu"
Deg!
Jayden dan Altaf Saling pandang lalu atensi mereka tertuju pada Anisa yang berbicara tiba-tiba.
" lo bercanda kan?" tanya jayden.
" gak, Radit udah tahu kemarin" ujar Anisa.
" anjir! lu bisa nggak sih jangan cepu?! Radit itu suka sama lo! kalau dia tahu Lo sudah nikah, dan nikahnya sama gue, dia pasti akan terluka! ngerti nggak sih?!" bentak jayden menatap Anisa dengan geram.
" bukan aku yang kasih tahu Radi" ujar Anisa.
" kalau bukan lo Terus siapa? kan gue udah bilang rahasiakan status kita! kenapa lo masih buka rahasia ini ke sahabat gue? lu mau cari perhatian sahabat-sahabat gue?!!" sentak jayden lagi. kali ini wajah jayden terlihat marah padam.
" jay, sudah.. bilang nggak berhak marah-marah sama istri lo. Lagian Kita ini sahabat. Kenapa harus ada yang ditutup-tutupi dan mengenai Radit. Radit memang harus tahu kebenarannya, jay. kalau dia nggak tahu Sampai Akhir, dia pasti akan semakin menaruh hatinya kepada Anisa. lu ngerti nggak maksud gue?" kini Altaf ikut menyala. Iya tidak suka dengan sifat jayden yang selalu saja menyelesaikan dengan hati panas.
jayden ntar dia merenungi kata demi kata yang ada ucapkan.
"Jayden, yang beritahu Radit itu papa. kemarin dia dengar sendiri dari mulut Papa. aku sama sekali nggak ada memberitahu tentang hubungan kita sama Radit. dan aku juga tahu kalau Radit menyukaiku. menurutku ini memang rencana dari Allah. Allah nggak mau Radit akan merasakan sakit hati yang semakin dalam jika nggak tahu tentang kebenarannya" ujar Anisa.
Jayden mahalan nafas panjang.
" sorry gue keburu emosi. sekarang Radit di mana?"
" tadi subuh aku sudah mengabari Altaf dan Radit, kalau kamu sudah dipindah ke rawat inap" sahut Anisa.
" terus? lo nggak ngajak dia ke sini That? " tanya jayden kepada Althaf.
" gue sudah ngajakin sampai gue datengin ke rumahnya. tapi dia sama sekali nggak mau nyamperin Gue di luar. Yang keluar malah Radin" jelas Althaf.
Jayden terdiam. Iya memejamkan matanya seperti memikirkan sesuatu.
" sepertinya Radit seperti itu ada sangkut pautnya dengan status gue dan Anisa" ucap jayden.
Altaf mengangguk begitupun dengan Anisa.
" ya, Kayaknya begitu. coba gue telepon Radit deh" Altaf lalu meraih ponselnya kemudian mencari kontak Radit.
panggilan pertama tak diangkat. panggilan kedua pun tak diangkat, hingga panggilan ketiga barulah panggilan terhubung.
" halo! dit! lo dimana? ke rumah sakit sekarang! Lu dicariin ketua" ucap Althaf.
Jayden kemudian mengkode agar panggilan di loudspeaker saja. Altaf pun mengangguk lalu menekan gambar loudspeaker.
{ ini gue Radin }
" lah? mana Radit? "
{ gue nggak tahu. waktu lo balik dari sini, Radit langsung pergi dengan motornya. gue kira dia nyusul lo }
" what? serius lo? dia nggak ada kesini. dia nggak bilang apa-apa sama lo?"
{ em, ada sih. Dia cuman bilang mau nenangin diri. Emang kenapa sih? kayaknya serius banget? }
" nggak usah kepo lo! Ya udah thanks informasinya. BTW Ayang Dinda di mana?" ucap Altaf.
{ ayang ayang! mau gue sunat loh? Ya udah gue matiin }
Tut!
sambungan pun diakhiri sepihak oleh Raden.
Altaf segitiga kan seorang diri Seraya memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya. kemudian Altaf kembali menatap jayden dan Anisa yang kini menatapnya dengan sinis.
" eh? Kenapa gue dipelototin?" tanya Altaf.
" bisa nggak Lo serius?" tekan jayden.
" hehehe hidup jangan terlalu dibawa serius Bro. nanti bisa sakit jiwa" sahut Althaf cengengesan.
Ceklek!
pintu ruangan terbuka. atensi mereka sama-sama tertuju pada seseorang yang berdiri di ambang pintu. seseorang yang masih mengenakan piyama tidur berjalan ke arah mereka. wajahnya terlihat sedih dengan kantung mata yang semakin terlihat menghitam.
wajah pemuda itu tersenyum tipis, seperti memaksakan senyumnya.
" Gue nggak suka senyum Palsu lo!" sentak jayden.
pemuda itu sudah berdiri di dekat jayden. ia menatap jayden kemudian menatap Anisa bergantian. saat tatapannya tertuju pada Anisa, Entah kenapa matanya kembali berkaca-kaca. mengingat tak ada harapan untuknya berjuang mempertahankan cintanya. setelah puas melihat Anisa, pemuda itu kembali menatap ke arah jayden.
" lo udah mendingan?" katanya Radit.
ya, pemuda itu adalah Radit. dia datang seorang diri.
" lu nggak usah nanyain keadaan gue. lo dari mana?!" tanya jayden.
" gue abis jalan-jalan bentar, nyari keringat" jawabnya.
" nyari keringat pakai piyama? lo waras?" Sindir jayden.
" jayden sudah, elu makin memperkeruh suasana. lo kan tahu situasi sekarang. kenapa lo makin menyudutkan Radit" Altaf berkata Seraya menepuk pundak jayden.
Jayden tersentak. lagi-lagi Iya tak bisa mengendalikan emosinya. selalu saja yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang pedas, padahal itu sama sekali tidak terbesit di hatinya untuk berbicara seperti itu. mungkin karena Gengsi jayden yang terlalu tinggi yang menyebabkan isi hati dan mulut tidak sinkron.
" kalian kenapa sih? yang sakit jayden, Kenapa kalian kayak mencemaskan gue?" tanya Radit.
" lo udah tau kan status jayden dan Anisa?" tanya Altaf menatap Radit dengan serius.
Radit terdiam.
" udah tahu kebenarannya kan lo?" tanya Altaf lagi Seraya memegangi pundak Radit.
" ya kalau gue tahu yang sebenarnya kenapa? Kalian mau mikir kalau gue mau ngerebut Anisa dari jayden? gak lah! gue bukan cowok kayak gitu" imbuh Radit lalu menepis tangan Altaf yang menyentuh pundaknya.
" kita nggak berpikiran begitu. kita cuma khawatir kalau lo bakal ngelukain diri lo sendiri" ujar Altaf cemas.
.
.
.
BERUNTUNG BUKAN ADHEK Q😡😡😡😡