Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.
Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.
Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Makam Papa
Tak lama setelah Danial berangkat sekolah, Pijar datang menjemput Meldy.
"Lama banget sih lo?." Gerutu Meldy begitu masuk kedalam mobil Pijar.
"Maps nya tuh yang nggak beres, masa gue dibuat nyasar." Pijar malah beralasan di sasarin oleh maps. Ini kali pertama Pijar datang kerumah Danial. "Waah, bagus juga ya rumah pengantin baru." Puji Pijar saat melihat rumah mewah itu.
"Halah lebay lo, ayolah berangkat." Meldy memasang sabuk pengamannya.
"Gimana? Aman-aman aja kan dunia rumah tangga kalian?." Tanya Pijar, mobil mereka sudah keluar dari kompleks perumahan.
"Aman apa nya, tuh orang nyebelin banget tau nggak. Masa tanpa permisi masuk kamar gue gitu aja."
"Ha? Jangan bilang kalian pisah kamar?."
"Ya iyalah, ya kali gue satu kamar sama dia. Nggak ya, nggak akan. Eh, tapi lo jangan sampai bocor ya sama bunda Kanaya atau kak Dea. Mereka taunya kita satu kamar." Meldy mencoba memperingati Pijar.
"Iya iya, gue paham kok. Apalagi kalian berdua nikah tanpa didasari cinta."
"Memang lo sahabat terbaik gue." Meldy memeluk Pijar.
"Jangan peluk-peluk Mel, gue lagi nyetir."
"Iya iya, maaf." Meldy melepaskan pelukannya. "Lo ajarin gue nyetir lah."
"Tiba-tiba?. Perasaan dari dulu gue nyuruh lo belajar nyetir mobil lo nggak pernah mau, lah kenapa sekarang ujuk-ujuk lo mau belajar?." Tanya Pijar, dari dulu dia selalu meminta Meldy untuk belajar nyetir mobil, tapi Meldy selalu bilangnya ntar ntar ntar atau nanti lah....
"Ya kali gue ngerepotin lo terus. Nggak mungkin kan lo yang antar jemput gue tipa hari."
"Nggak apa-apa elah. Kalau gue nggak bisa jemput pun, kan ada kak Danial."
"Nggak. Ya kali gue berangkat sekolah sama dia, yang ada gue jadi bahan gunjingan satu sekolah tau nggak." Membayangkan nya saja sudah pusing, gimana kalau sampai terjadi. Yang ada para fans Danial itu ngamuk.
"Sama suami sendiri apa salahnya?."
"Nggak, sekali nggak tetap nggak. Ayo la Pi, ajarin gue." Meldy menunjukkan wajah memelasnya.
Pijar memutar bola matanya."iya iya, besok hari Minggu gue ajarin lo nyetir."
"Yeeey, gitu dong baru sahabat gue." Mereka sudah memasuki area sekolah, Pijar sedang memarkirkan mobilnya.
"Dek." Dari kejauhan tampak Melvin melambaikan tangannya kearah Meldy, tapi Meldy tak menghiraukan dia malah menarik Pijar pergi dari sana sebelum Melvin mendekat.
"Mel, itu kak Melvin loh." Pijar menunjuk kearah Melvin.
"Jangan lihat, gue lagi ngambek sama kak Melvin."
"Kenapa?." Tanya Pijar, tangannya masih ditarik oleh Meldy.
"Nanti aja gue ceritain." Sebenarnya Meldy nggak marah kok sama kakak nya itu, tapi hanya kesal saja.
Sesampainya dikelas, Meldy langsung duduk dengan wajah yang cemberut. "Lo kenapa sih sama kak Melvin? Nggak biasanya?." Tanya Pijar, selama dia mengenal Meldy dan Melvin, jarang sekali kakak adik itu berantem.
"Gue kesal sama kak Melvin."
"Kesal kenapa?."
"Dia ngusir gue."
"Ngusir? Jangan ngaco deh lo, mana mungkin kak Melvin ngusir adik kesayangannya."
"Buktinya sekarang gue nggak tinggal dirumah kan."
Pijar paham sekarang, lalu dia tertawa. "Kenapa lo ketawa?." Tanya Meldy kesal.
"Ya iyalah, lo yang aneh. Itu namanya bukan ngusir mbak. kak Melvin minta lo tinggal sama kak Danial karena lo istrinya."
Meldy langsung membekap mulut Pijar, beruntung dikelas hanya ada mereka berdua. "Suara lo Pijar, kalau ada yang dengar gimana."
"Maaf. Lo nya sih yang aneh." Pijar memelankan suara nya. "Kak Melvin minta lo tinggal sama kak Danial ya karena kalian suami istri. Lo mau jadi istri durhaka karena membiarkan suaminya kelamaan sendiri?."
"Nikah tanpa cinta emang nya dosa juga?."
"Kalian nikah sah dimata agama ya, ada saksi dan ada penghulu juga."
"Kenapa lo malah belain kek Melvin?."
"Gue bukan bela kak Melvin, tapi emang kayak gitu kebenarannya."
"Tau ah, lo sama kak Melvin sama aja."
°°
Seperti biasa, jam istirahat para murid tentu paling banyak menghabiskan waktu mereka di kantin sekolah. Mengisi perut yang mulai keroncongan. Begitu juga dengan Meldy dan Pijar. Kali ini mereka tak bersama Dea, katanya Dea sedang mengerjakan tugas di perpustakaan.
"Kak Danial noh." Pijar menunjuk kearah meja tempat dimana Danial dan kedua sahabatnya duduk.
"Trus gue harus ngapain? Salto gitu?."
"Mana tau lo mau nyampein su...." Mulut Pijar kembali dibekap Meldy.
"Perlu gue jahit nih mulut?."
"Lupa..." Pijar cengengesan.
Sama seperti Meldy, Danial pun sama sekali tak menoleh kearah Meldy. Sampai saat seorang murid perempuan menghampiri meja Danial.
"Hai Dan, ini buat lo. Cake spesial buatan gue khusus buat lo." Dia adalah Gadis. Gadis duduk disamping Danial, tapi cowok itu tetap tidak merespon. Bagi murid-murid lain ini sudah pemandangan biasa kalau ada cewek yang mendekati Danial untuk dikasih hadiah termasuk Gadis. Tapi tidak dengan Meldy, ini kali pertamanya melihat secara langsung.
"Dan, lo dengerin gue nggak sih. Ini cake enak tau." Gadis terus berusaha merayu Danial.
"Bawa pergi kue lo itu, gue nggak mau." Ucap Danial tanpa menoleh, dia terus fokus pada makanan dihadapannya.
"Danial kok gitu sih."
"Mending cake nya buat kita." Ucap Alvi.
"Iya tuh, daripada dikasih Danial tapi ujung-ujungnya nggak di makan, mubazir tau." Ucap Deon.
"Mending dibuang dari pada kalian yang makan." Walaupun sudah berkali-kali ditolak Danial, tapi Gadis tetap tak mau menyerah untuk mendapatkan perhatian Danial.
"Pergi atau lo mau malu disini?." Ancam Danial, sudah mulai jengah dengan kehadiran Gadis.
"Dan, sekali ini aja terima pemberian gue."
"Nggak." Tolak Danial.
"Please Dan, sekali ini aja."
"Oke." Danial mengambil kotak berisi kue itu lalu berjalan kearah tempat sampah dan membuangnya.
"Danial kenapa lo buang?."
"Katanya lebih baik dibuang kan kalau nggak gue makan." Ucap Danial lalu pergi dari kantin, melewati meja Meldy dan Pijar duduk.
Meldy benar-benar kaget, ternyata gosip yang beredar kalau Danial itu cowok cuek dan dingin memang benar adanya.
"Gila tuh cowok, nggak menghargai banget pemberian orang." Ucap Meldy.
"Lo baru tau, hampir setiap hari kali kak Danial menolak pemberian dari fans-fans nya itu." Ucap Pijar.
"Di tolak sih ditolak tapi nggak dibuang gitu juga kali."
"Protes sendiri lah sama orang nya." Ucap Pijar, sambil menyeruput kuah baksonya.
"Malas lah, mending gue berdiam diri dikamar dari pada berurusan sama manusia kanebo itu."
°°
Pulang sekolah ditemani Pijar, Meldy mengunjungi makam sang papa. Mereka menaburkan bunga diatas pusara papa Hendra.
"Pa, Meldy datang. Maaf ya Meldy baru berkunjung sekarang. Pa, sekarang Meldy udah tinggal dirumah kak Danial. Sebenarnya Meldy nggak mau pa, kasihan kak Melvin sendirian pasti dia kesepian. Tapi, kak Melvin terus maksa Meldy buat tinggal sama kak Danial. Pa, papa pasti udah sehat kan diatas sana, papa pasti udah nggak ngerasa sakit lagi." Meldy mengusap batu nisan papanya.
"Papa udah ketemu sama mama kan? Kalau papa udah sama mama bilangin sama mama ya pa, Meldy kangen sama mama. Kalau ada waktu pasti Meldy sama kak Melvin kan ngunjungin mama." Meldy mulai meneteskan air nya. Memang mama Meldy tak dimakankan di Jakarta. Tapi di kota tempat mereka tinggal sebelumnya sebelum pindah me Jakarta. Masih ingat kan kalau mereka pindah ke Jakarta setelah kepergian sang mama.
Setelah cukup lama, akhirnya mereka pulang. Sebelum itu, Pijar mengajak Meldy untuk mampir dulu di sebuah pedagang batagor. "Makan dulu yok Mel, lapar gue."
"Boleh lah, gue juga lapar."
"Lo masih ngambek sama kak Melvin?." Tanya Pijar.
"Ya masih lah." Jawab Meldy dengan mulut asik mengunyah batagor.
"Nggak baik loh lama-lama."
"Gue tau kok, gue juga nggak marah benaran sama kak Melvin."
"Trus? Kenapa tadi waktu kak Melvin nyamperin lo lari."
"Kesal aja."
"Kasihan tau Mel, mak Melvin lo diamin terus."
"Iya juga sih, besok deh gue minta maaf sama kak Melvin. Gue juga udah kangen sama dia." Yang namanya kakak adik pasti ada berantem nya kan? Begitu juga dengan Meldy dan Melvin.
Setelah selesai makan, barulah mereka melanjutkan perjalanan lagi untuk pulang kerumah.
"Mampir dulu Pi." Ucap Meldy menawarkan Pijar mampir.
"Lain kali aja deh, mama nungguin dirumah soalnya."
"Ya udah, nitip salam ya buat tante."
"Oke, kalau gitu gue pulang ya Mel."
"Iya, hati-hati." Meldy melambaikan tangannya.
Meldy berbalik badan lalu masuk kedalam rumah, sepertinya Danial belum pulang karena motor nya aja belum kelihatan. Bodo lah, Meldy masuk kedalam rumah langsung masuk kedalam kamar untuk beristirahat.