"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.
"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.
"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.
>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Istri?!
"MASSSS.....!!" teriak Velia Garamosador dengan suara kerasnya.
"Apa sih sayang? Kenapa harus teriak-teriak nanti tenggorokan kamu sakit." ujar Valino Garamosador.
Ya mereka adalah orangtua Kaelion Garamosador, Valino Garamosador dan Velia Garamosador, orang terkaya nomor satu de Asia.
"Mas ini gawat ayo cepetan ganti baju, kita harus secepatnya ke mansion Kaelion!" ujarnya dengan raut wajah cemas.
"Kenapa, ada apa?" tanya Valino.
"Aku lupa ngasih Kaelion asi mas, harusnya dari rumah sakit tadi pagi langsung ke mansionnya." ujar Velia.
Dengan cepat Velia menarik lengan suaminya, "Astaga aku juga lupa sayang, ayo cepetan takutnya Kaelion kenapa napa." sahut Valino.
Mereka langsung masuk ke dalam mobil Rolls Royce-nya.
Sedangkan Kaelion yang ada di markasnya masih terdiam dengan kedua tangan yang terkepal erat.
"Sialan, gue butuh seseorang yang punya asi tapi gue gak mau terikat sama wanita manapun kecuali Vanya." ujar Kaelion dengan suara lirihnya.
"Bos lo kenapa....?!" ujar Zan yang masuk ke dalam karena mau nganter berkas.
"Gak papa." jawab Kaelion.
Dengan cepat Kaelion langsung berdiri seolah ia tak merasakan sakit apapun, dengan cepat Kaelion keluar dari markasnya.
"Gue harus pulang sebelum gue mati." ujarnya tanpa mempedulikan teriakan Zan sahabatnya.
"Lo kenapa sih Kael, bukannya kita sahabat kenapa gak mau berbagi susah lo ke kita." ujarnya dengan raut wajah cemasnya.
Sungguh Zan gak tau sama sekali penyakit apa yang diderita bos sekaligus sahabatnya itu.
"Ouh shit! Kenapa tambah panas semua sih badan gue, arghh sial hidup gue bener-bener sial!" ujar Kaelion dengan raut wajah kesalnya.
Kedua tangannya mencengkeram erat stir mobilnya.
"Jangan bilang gue bakalan mati saat ini, BIG NO! Vanya belum jadi milik gue." ujarnya lagi dengan penuh obsesi.
Sungguh segila itu Kaelion sekarang dengan Vanya, gadis yang tadi menendang aset miliknya itu, untung saja tak apa kalau sampai lecet ia tak punya anak nanti.
"Anak? Hey aku akan mempunyainya nanti dengan Vanya. Cuma kamu yang bisa buat aku segila ini sayang." lanjutnya sambil menekan pedal gasnya.
TINGNONG....
TINGNONG....
"Kaelion sayang bukan pintunya ini Mama boy!" teriak Velia dari luar mansion.
3 pengawal di mansion Kaelion langsung mendekat. "Tuan Valino, Nyonya Velia. Tuan Muda Kaelion tidak ada di mansion." ujarnya dengan sopan.
"Kemana anakku?" tanya Papa Valino dengan nada dinginnya.
"Tuan Muda pergi ke markas."
"Hmm." jawab Mama Velia.
Mama Velia langsung masuk ke dalam, sungguh kali ini tak tinggal diam yang jelas ia akan menunggu sampai putranya kembali pulang.
"Hey jangan cemas sayang, anak kita gak akan kenapa napa, Kael bukan orang bodoh sayang." ujar Papa Valino mencoba menenangkan istri tercintanya itu.
"Tapi Kael bodoh dalam hal cinta, masa iya udah 24 tahun, temen ku udah pada gendong cucu. Lah ini Kael bahkan dari kecil gak pernah mau deket sama perempuan katanya gatel, alergi. Ada aja alasannya anakmu itu." ujar Mama Velia panjang lebar.
Tentu saja Papa Valino langsung terkekeh pelan, "Ya kan putraku mau milih yang terbaik." jawabnya dengan enteng.
BRAK!
Keduanya menoleh ke arah pintu, di sana ada Kael yang pulang dengan wajah yang sudah memerah pucat.
"KAEL SAYANGNYA MAMA....!" teriak Mama Velia dengan panik.
Papa Valino langsung memapah putranya duduk di sofa.
"Sayang ini minum dulu, maafin Mama, Mama lupa kasih asi ini ke kamu tadi pagi." ujar Mama Velia dengan raut wajah paniknya.
Kael tak menjawabnya dengan cepat ia meminum asi dari tumbler yang di bawakan Mamanya ini.
"Mah gak enak huwek...huwek....Kael gak suka." tolak Kael sambil mual mual.
Dengan cepat Kael berlari ke kamar atasnya, tentu saja ia masuk ke kamar mandi dan muntah muntah hebat di sana.
"Ya Tuhan, Kael sayang kamu kenapa? harusnya udah minum asi membaik dong, kenapa malah makin parah ini, Mas ini gimana hikss hikss." ujar Mama Velia sambil menahan isak tangisnya.
"Kael lihat Papa, apa yang kamu rasain sekarang?" tanya Papa Valino.
"Gak enak asinya basi, buang aja Kael gak suka." jawab Kael sambil mengusap wajahnya dengan air dingin.
"Jangan masih Mah, Kael gak papa." ujar Kael agar Mamanya tak semakin khawatir.
Tentu saja Mama Velia langsung menabok keras lengan putranya itu, "Jangan bikin Mama mati muda, kamu harus cepet punya istri kalau ada apa apa biar istri kamu yang urus yang jaga." ujar Mama Velia.
Seketika Kael langsung tersenyum miring, "Sebentar lagi, tunggu aja Mah. Dah sana keluar, Kael mau istirahat." usir Kael seolah penyakitnya udah sembuh.
Kamar Kael dipenuhi dengan ketegangan dan harapan sekaligus. Mata Mama Velia dan Papa Valino terbelalak tajam, seolah mencoba mencerna informasi yang baru saja diungkapkan oleh putra mereka.
"KAMU UDAH PUNYA PACAR?!" teriak mereka berdua, suara mereka menggema di dinding kamar yang terkunci.
"Tidak, bukan pacar, tapi calon istri Mah, Pah." jawab Kael dengan tenang, seolah sudah mempersiapkan diri untuk momen ini.
Ia kemudian dengan cepat menutup pintu kamarnya dan menguncinya, menambah ketegangan yang sudah terasa.
Dari balik pintu yang terkunci itu, terdengar suara Papa Valino yang mencoba menenangkan suasana.
"Akhirnya kamu normal juga, Kael."
Ucapannya tersebut menggambarkan lega dan bahagia yang mendalam, seolah sebuah beban besar telah terangkat dari bahunya.
Mama Velia, di sisi lain, sudah meluap dengan rasa ingin tahu dan kegembiraan.
"Siapa perempuan itu, sayang? Ceritakan pada Mama. Mama mau kenalan, Mama akan kasih black card dia karena sudah membuat anak Mama yang dingin dan kejam ini jatuh cinta." serunya bersemangat.
Penuh dengan kehangatan dan kelembutan yang hanya seorang Mama yang berharap yang terbaik untuk anaknya yang bisa menyuarakannya.
Kael, dari balik pintu yang masih terkunci, merasakan campuran perasaan. Ada gugup, takut, tapi juga lega karena akhirnya dapat berbagi bagian dari hidupnya yang selama ini tersembunyi.
Dia tahu keputusannya akan membawa perubahan besar dalam dinamika keluarganya, namun dia juga tahu pentingnya untuk jujur dengan orang-orang yang paling dia cintai.
Sementara itu, Papa Valino dan Mama Velia masih berdiri di luar pintu, menunggu dengan sabar namun juga penuh harap.
Mereka tahu anak mereka, Kael, memiliki alasan mengapa dia selama ini terkesan dingin dan menjaga jarak.
Sekarang, dengan pengumuman ini, mereka hanya berharap dapat mendukungnya sepenuhnya, mengenal wanita yang telah berhasil mengubahnya, dan menyambutnya ke dalam keluarga.
Kamar Kael, yang sekarang menjadi semacam simbolik dari kehidupan pribadinya yang terkunci dan tersembunyi, perlahan akan mulai terbuka.
Ini adalah langkah pertama dalam perjalanan baru tidak hanya untuk Kael tetapi juga untuk seluruh keluarga.
"Lihat, sebentar lagi kamu akan jadi milikku sayang." ujar Kael sambil tersenyum miring.
KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥