Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melahirkan
Sepulang dari rumah sakit mereka tidak langsung pulang kerumah, karena udara begitu sejuk, akhirnya Rudy mengajak Melisa ke sebuah tempat di kebun teh yang sangat sepi.
Selama di mobil Melisa hanya menatap foto hasil USG di mana janinnya belum kelihatan, usia kandungan Melisa saat ini baru 10 Minggu.
Tidak terasa ia akan menjadi seorang ibu di usianya yang masih sangat muda. Rudy juga berulang kali memandangi foto anaknya bersama isteri yang begitu ia cintai dan sayangi.
Mobil pun berhenti disebuah tempat yang begitu indah, tenang dan sejuk. Melisa dan Rudy turun dari mobil. Rudy pun mengambil tikar kecil dan ia bentangkan diatas rerumputan yang hijau.
"Ayo duduk Mel."
"Melisa pun duduk disamping ayahnya, dan tangan Rudy kini sudah melingkar pada ping-gang Melisa.
"Oiya aku belikan ini tadi untuk kamu." Ucap Rudy yang mengeluarkan manisan mangga muda dari dalam kantong plastik kecil bersama putih.
Langsung saja wajah Melisa jadi berbinar, ia bahkan terkejut suaminya bisa mencari manisan mangga yang saat itu sangat susah di dapat.
Melisa yang sedari kemaren menginginkan manisan itu pun langsung mengambilnya dan mengendus aroma manisan yang terbilang masam itu.
"Ya ampun ayah, ini buat Mel ya?"
"Iya sayang." Jawab Rudy yang mengusap pipi putih tanpa n0da milik Melisa.
"Terima kasih."
Melisa melabuhkan alat ucapnya pada benda kenyal Rudy, sedangkan Rudy tersenyum melihat wajah isterinya yang begitu senang mendapatkan manisan mangga itu.
"Aku makan ya ayah."
"Makanlah, biar anak kita gak ileran."
Melisa tertawa dan mulai mengunyah manisan yang masam itu hingga habis tak bersisa.
"Gak masam ya?" Tanya Rudy memastikannya, pasalnya ia bahkan sampe merasa ngilu sendiri melihat cara makan istrinya yang lahap makan mangga muda yang tentu saja sangat masam.
"Tidak ayah, namanya juga nyidam. Tapi thanks ya suamiku udah susah payah carikan mangga mudanya untuk Melisa."
"Iya sayang tapi itu gak gratis lho." Jawab Rudy mengedipkan sebelah matanya.
"Ckk ayah ini pasti selalu harus ada imbalan." Gerutu Melisa dengan mengerucutkan alat ucapnya.
"Tenang aja kamu cuma perlu....." Ayah Rudy lalu membisikan sesuatu di telinga Melisa.
Melisa yang mendengar permintaan Rudy pun tersipu. Terlebih terpaan nafas Rudy membuatnya seperti terbakar g4-ir4h.
"Ayah ini bisa aja." Sembari mencubit lengan Rudy.
"Gimana? Mau kan? Tidak sulit bukan permintaan ayah?"
"Iya Melisa Mau, sangat mudah koq." Jawab Melisa yang kemudian mempreteli kain yang melekat padanya satu persatu.
Satu jam pasca membajak sawah.
"Lelah....??" Tanya Rudy yang memastikan istrinya yang belum melepaskan otongnya dari serabi Melisa.
"Tidak, ini benar-benar pengalaman yang tidak akan bisa Melisa lupakan." Tawa Melisa disela mengatur nafasnya.
Rudy mengambil tisu kering, lalu ia membersihkan lahan kepunyaan Melisa yang terkena tumpahan airnya.
Karena hari telah menjelang sore Rudy mengajak Melisa pulang kerumah, kedua insan itu terlihat bahagia.
Sesampainya dirumah mereka menunjukan foto bayi mereka pada Lusi, dan wanita tua itu terlihat senang melihatnya.
"Ini anak kita?" Seru Lusi yang menganggap benih Rudy miliknya juga.
"Iya sayang." Jawab Rudy.
"Belum terlihat ya."
"Iya Bu, kata Bu dokter tunggu 5 bulan baru kelihatan jelas." Ungkap Melisa yang bercerita dengan begitu semangatnya.
"Mas aku harap kamu jangan sering ngandon punya Melisa saat hamil, itu demi janinnya."
"Iya sayang, maaf." Balas Rudy.
Melisa hanya diam saja tak banyak bicara, namun dasarnya mereka bandel. Sudah di wanti-wanti seperti itu tetap saja gak pernah absen ngandonin punya Melisa.
7 bulan kemudian.
Tidak terasa kandungan Melisa kini sudah memasuki bulan ke sembilan, dan rencana ia akan melahirkan normal di rumah sakit bersalin yang biasanya ia lakukan check up kandungan.
Saat itu Melisa baru saja turun dari tvbvh Rudy yang tengah p0l0s sehabis bekerja menanam lahan.
"Ayah perut Mel kenapa sakit ya?" Ringis Melisa.
Rudy yang melihat itu panik, dan langsung meraih boxernya untuk ia pakai. Lalu Rudy mendekati Melisa yang sedang memegangi perutnya.
"Apakah sakit?"
"Iya ayah, apa Mel mau melahirkan ya?" Tebak Melisa yang belum paham tanda-tanda melahirkan.
"Sudah kamu langsung pakai baju dulu, ayah mau bilang ibu."
"Iya ayah." Melisa pun langsung meraih pakaiannya dan mengenakan daster kembali.
Tak lama Rudy datang bersama Lusi yang juga ikut cemas saat Rudy menceritakan tentang Melisa.
"Langsung bawa ke rumah sakit saja mas, mungkin Melisa mau melahirkan."
"Ya sudah ayo kita ke rumah sakit sayang." Ucap Rudy dan langsung menggendong Melisa untuk ia bawa ke dalam mobil.
Rudy menyempatkan membawa tas yang berisi pakaian milik istri mudanya, yang telah disiapkan oleh Melisa saat ia akan terasa mau melahirkan.
Lusi mengikuti mereka, dan ia pun ikut serta ke rumah sakit untuk menemani Melisa melahirkan jika memang hari ini Melisa akan melahirkan.
Jalanan tidak terlalu ramai, membuat mereka tepat waktu sampai di rumah sakit, Rudy mengeluarkan Melisa dengan mengendong hingga ia tidurkan dalam brankar.
"Sus tolong isteri saya, sepertinya mau melahirkan " seru Rudy.
Para perawat mulai berdatangan dan mendekati Melisa untuk dilakukan pertolongan, sebagian perawat menghubungi dokter yang biasa menangani Melisa.
Tangan Melisa menggenggam Rudy, seakan ia tak ingin Rudy meninggalkannya. Tak lama berselang dokter datang dan megecek Melisa dan ternyata Melisa telah bukaan ke empat.
"Bawa pasien ke ruang bersalin sus, ini mau melahirkan." Seru dokter itu memerintahkan pada susternya.
"Baik Bu dokter." Ucap para perawat yang bertugas diruangan itu.
Para tenaga medis mulai membawa Melisa ke ruang bersalin, sedangkan Rudy cemas sekali. Lusi ikut mengikuti Rudy sampai ruang bersalin.
Namun ia tidak di perkenankan oleh dokter spog itu untuk masuk kedalam, karena yang berhak untuk menemani Melisa hanya suaminya saja.
Akhirnya karena tidak di izinkan masuk, Lusi pun memilih menunggu Melisa di luar ruangan.
Didalam makin lama pembukaan Melisa kian cepat, dokter itu pun memuji Melisa yang akan segera melahirkan normal.
"Ayo mbak Melisa semangat ya? Sebentar lagi dedek nya akan lahir." Seru dokter wanita itu menyemangati Melisa.
"Tapi ini sakit dok, Melisa gak kuat."
"Jangan begitu, masa suka buatnya saja sama suami, ya rasanya melahirkan seperti ini mbak. Jadi seorang ibu itu tidaklah mudah, iya kan pak Rudy?" Goda dokter itu yang masih tidak waras menghadapi pasangan tua muda di depannya.
"Hehe iya dokter." Cetus Rudy sembari menggarukan kepalanya yang tidak gatal.
"Ayah jangan bercanda, ini sakit sekali." Tangis Melisa yang memegangi perutnya yang kian mules.
"Sabar sayang, ini ayah juga bingung mau ngapain."
"Tenang pak Rudy, mbak Melisa. Lihat kepala bayinya sudah kelihatan. Wah pasti kalian sering banget main kuda-kudaan ya? Jadinya prosesnya cepat."
"Iya dok." Jawab Melisa meringis menahan nyeri.
"Good, sekarang mbak Melisa waktunya mengedan ya? Ayo tarik nafasnya." Titah dokter wanita itu memberi aba-aba.
Melisa pun mengikuti apa yang di suruh dokter wanita itu, hingga 10 menit kemudian terdengar suara tangisan bayi yang begitu kencang.
Oeek....
Oeeek.....
Bayi berjenis kelamin laki-laki itu lahir dari jalan lahir, keluar dari lahan yang biasanya ayahnya kunjungi.
Rudy yang melihat proses itu sampai takjub, ia tanpa sadar menitikan air matanya. Genggaman tangan Melisa yang awalnya kuat pada Rudy kini sudah mulai mengendor.
Seakan Melisa merasa lega saat bayinya telah lagi, dokter itu mengendong anak Melisa dan Rudy yang terlihat tampan.
"Anak mbak Melisa ganteng, kulitnya bersih seperti mamanya." Lirih dokter itu yang memuji anak keduanya.
Sedangkan diluar Lusi yang mendengar tangisan bayi langsung masuk kedalam, itu pun setelah ia meminta izin masuk kedalam.
Melisa menatap bayinya yang masih dibersihkan oleh suster, dokter itu pun pamit pada keluarga Melisa setelah ia menjalankan tugasnya.
Tak lama suster membawa bayi tampan itu dan memberikannya pada Rudy, tentu saja Rudy senang mengendong buah hatinya. Apalagi bayi mungil itu benih unggulnya yang dilahirkan dari rahim wanita yang ia cintai.
"Bayi kita tampan mas, mirip kamu. Tapi kulitnya kayak Melissa, putih bersih." Ungkap Lusi dengan membelai pipi bayi tanpa dosa itu.
"Iya dia sangat tampan."
Melisa pun karena kelelahan sehabis melahirkan pun mulai tertidur, sedangkan bayi mereka kini sedang berada dalam gedongan Lusi.
Rudy pun mulai mengadzani anak mereka yang lahir secara normal dan tanpa cacat suatu apapun. Melisa sampai merinding saat Rudy mengadzani putera mereka.
"Ya Tuhan aku kini menjadi seorang ibu....." Batin Melisa yang mulai berkaca-kaca.
Lusi ikut bahagia akan kelahiran anak Rudy dan Melisa, ia bahkan sudah menyiapkan untuk bayi mereka yang suatu saat nanti akan jadi miliknya dan Rudy.
Karena Melisa tentu saja akan angkat kaki dari rumah mereka yang pernah membesarkannya.