Salma seorang wanita karir di bidang entertainment, harus rela meninggalkan dunia karirnya untuk mejadi ibu rumah tangga yang sepenuhnya.
Menjadi ibu rumah tangga dengan dua anak kembar sangat tidak mudah baginya yang belum terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga. Salma harus menghadapi tuntutan suami yang menginginkan figur istri sempurna seperti sang Ibunda.
Saat Salma masih terus belajar menjadi ibu rumah tangga yang baik,ia harus menghadapi sahabatnya yang juga menginginkan posisinya sebagai istri Armand.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aveeiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siasat Armand 2
“Siapa suruh dulu kamu tergoda sama Tania? Lihat sekarang, kebanyakan di dapur kulitnya ga lebih bagus dari pan tat wajan,” olok Ibu Armand.
“Jangan seperti itu, Bu. Begitu-begitu Tania sumber dana kita juga. Coba kalau aku ga nikah sama Tania, Ibu juga ga bisa makan enak. Acara arisan ibu semua makanan jadi gratis, mewah lagi.”
“Iya juga sih, tapi cerewetnya itu loh Ibu ga tahan. Beda sama Salma, apa yang Ibu bilang di nurut ga pernah bantah.” Ibu memandang lurus ke arah Salma yang masih menyuapi kedua anak kembarnya.
“Semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, Bu.”
“Jadi kamu mau lepaskan Tania dan kejar Salma kembali?”
“Kalau bisa dua kenapa harus satu?” Armand tertawa lepas dengan penuh percaya diri.
“Kamu mau memperistri dua-duanya?”
“Awalnya ‘kan memang seperti itu mauku, hanya aku tidak menyangka Salma nekat ajukan gugatan cerai. Aku pikir dia takut berpisah dan mengikuti permintaanku. Secara ‘kan Tania dan Salma bersahabat baik, tapi mungkin caraku dulu salah dan sekarang aku akan mencoba cara baru.” Armand tersenyum penuh arti sembari ikut menatap mantan istrinya dan kedua anaknya.
“Terserah kamu lah, Mand yang penting bagi Ibu duit bulanan tidak boleh stop. Kamu tahu, ibu ‘kan hidup sendiri aja.” Ibu Armand mulai memasang wajah yang dibuat sesedih mungkin.
“Tenang aja, Bu. Sekarang bagaimana caranya Ibu habiskan semua makanan ini. Jangan sampai Salma tersinggung.” Armand bersiap berdiri dari duduknya.
“Eh, loh kok Ibu. Kamu mau buat darah tinggi Ibu kumat? Hei, Armand!” Namun putra tunggalnya itu tidak mau mendengar lagi, ia berjalan menghampiri mantan istrinya yang duduk di ruang tamu.
“Habis mereka makannya?” tanya Armand lembut.
“Lumayan, seperti biasa kalau Cakra lahap hanya Candra yang suka bermain jadi agak susah,” ujar Salma. Saat Armand mendekat dan duduk merapat pada tubuhnya, ia menggeser duduknya ke tepi sofa.
“Aku bantu?” Armand menyodorkan tangannya mengambil mangkuk dari tangan Salma, “Candra, ikut Papa yuk.” Armand menggendong Candra dengan satu tangan dan sebelah tangannya memegang mangkuk yang berisi nasi tim.
Salma membiarkan mantan suaminya membawa Candra ke teras rumah. Ia tahu itu hanya akal-akalan Armand untuk meraih simpatinya, karena sejak si kembar lahir sekalipun Armand tidak pernah berinteraksi dengan kedua anaknya sedekat ini. Kehadiran mereka yang sekali lahir dua anak, bagi Armand merupakan beban ekonomi.
“Aaaaammm.” Armand mengangkat sendok dan menerbangkannya seperti pesawat. Begitu mulut Candra terbuka, ia langsung memasukan satu sendok makan penuh ke dalam mulut mungil itu.
“Uhhuukk .. huueekkk!” Candra terbatuk dan memuntahkan semua nasi yang belum sempat tertelan sepenuhnya.
“CANDRA!” Armand berseru kencang saat makanan keluar bersamaan dengan air liur dan membasahi kemeja putihnya.
“Emm, Mam ... Mamaaa!” Candra berteriak dan menangis kencang dengan tangan terbuka ingin digendong oleh Mamanya. Tubuh kecil itu sempat diturunkan dari gendongan secara kasar oleh Papanya.
“Jangan berteriak di depan anak-anak, Mas. Mereka takut dengar suaramu.” Salma mengangkat Candra dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
“Maaf, Salma tadi aku kaget. Kemarikan biar aku yang bersihkan bajunya.” Armand kembali akan menggendong Candra.
“Ga usah, dia masih takut sama kamu.” Salma menghalangi tangan Armand.
“Biar Ibu saja.” Tanpa diminta Ibu Armand meraih Candra dari gendongan Salma, “Kamu tolongin Armand aja, dia butuh baju ganti,” ujar Ibu.
Salma masuk ke dalam kamar dengan rasa mendongkol. Ia membuka lemari dan mencari kaos ukuran besar yang sekiranya bisa digunakan untuk mantan suaminya.
Belum sempat Salma menoleh karena terdengar bunyi pintu yang terbuka, tangan besar Armand sudah memeluknya dari belakang.
“Lepas!” Salma berusaha melepaskan belitan tangan Armand.
“Aku kangen sekali, Sayang.” Armand semakin mempererat pelukannya sama seperti saat beberapa waktu lalu saat pria itu tidak mau keluar dari kamarnya. Salma semakin terkejut saat mendapati tubuh bagian atas mantan suaminya itu sudah tidak memakai penutup lagi.
“Aku tidak suka seperti ini, Mas!” Salma terus bergerak agar tangan yang melingkar di perutnya meregang.
“Kita menikah lagi ya,” bisik Armand di telinganya. Salma bergidik mendengar suara mantan suaminya yang dipenuhi oleh hasrat.
“Jangan bertindak terlalu jauh, Mas aku ga segan-segan berteriak!” ancam Salma. Sejujurnya ia sangat takut karena saat ini Bimo dan Tia sedang tidak ada di rumah.
“Ini hal yang wajar, Salma. Aku yakin kamu pasti menginginkannya juga.” Armand semakin berani menempelkan alat vitalnya yang sudah menegang.
“Ibuuu tolooonngg!” Salma menjerit saat benda itu menekan bagian belakang tubuhnya.
"Kamu seperti malam pertama dulu." Bukannya takut Armand malah menertawakan kepanikannya.
Orang yang ia harapkan dapat membantunya, tidak kunjung masuk ke dalam kamar, padahal jeritannya pasti terdengar hingga ruang tamu. Salma mengerti percuma mengharapkan mantan ibu mertuanya datang menolongnya, karena keduanya punya niat yang sama.
...❤️🤍...
Mampir ke karya temanku ya