Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Pertengkaran Pertama
Tanpa menoleh ke belakang, mereka langsung meninggalkan kafe. Salah satu bodyguard Aiden membawa mobil kantor kembali, agar Aiden dan Harris bisa pulang bersama Anya dengan mobil pribadi Aiden.
Matahari mulai condong ke barat saat mereka berdiri di luar kafe, menunggu Abdi menjemput mereka dengan mobil. Angin sore bertiup pelan, menyapu dedaunan yang berserakan di jalan. Sinar matahari sore itu cerah dan menyilaukan.
Harris segera mengeluarkan kacamata hitam milik Aiden yang disimpannya, lalu menyerahkannya kepada Anya. Anya berjinjit sedikit untuk memakaikan kacamata itu ke wajah Aiden. Saat melakukannya, ia bisa melihat mata cokelat indah Aiden yang tampak semakin bercahaya diterpa cahaya matahari. Bola mata itu begitu bening hingga Anya bisa melihat bayangannya sendiri saat Aiden menatapnya.
Sungguh disayangkan mata seindah ini tidak bisa melihat apa-apa, pikir Anya dalam hati.
Yang tak ia tahu, Aiden saat itu sedang memperhatikan wajah Anya dengan saksama. Meski silau matahari membuat penglihatannya agak kabur dan perih, ia masih bisa menangkap sosok wajah cantik Anya di hadapannya. Make-up di wajah Anya memang sudah bersih setelah ia mencuci muka, tapi kecantikannya tetap memancar alami. Mata hitam pekat itu menatap langsung ke dalam matanya, membuat Aiden seperti tenggelam dalam gelapnya tatapan Anya.
Ia melihat senyum mengembang di wajah Anya saat selesai memakaikan kacamatanya. Senyum hangat yang terlihat tulus, seolah bahagia bisa membantu Aiden meski hanya sedikit. Senyum itu menular, membuat Aiden ikut tersenyum tipis. Mungkin terlihat sepele, tapi siapa pun yang melihat mereka saat itu akan merasakan keintiman yang muncul di antara keduanya. Sayangnya, keduanya justru tidak menyadari hal itu.
Sementara itu, Harris hanya bisa berdiri kikuk dan berharap Abdi segera datang menjemput. Ia merasa seperti nyamuk di antara pasangan pengantin baru ini. Ia melirik ke mana-mana, ke jalan, ke pohon, bahkan ke langit demi menghindari suasana canggung.
Untung saja, doa Harris terkabul. Mobil hitam mewah Aiden berhenti tepat di depan mereka. Abdi segera turun dari kursi kemudi dan membukakan pintu untuk Aiden dan Anya, sementara Harris langsung duduk di kursi depan.
Begitu duduk di dalam mobil, Aiden langsung memejamkan mata. Ia beristirahat, mencoba meredakan rasa tak nyaman di matanya akibat cahaya matahari. Melihat itu, Anya sedikit khawatir, tapi ia tidak berani berkata apa-apa. Ia tak ingin mengganggu Aiden, jadi ia hanya menatap ke luar jendela menikmati pemandangan jalanan.
"Mulai sekarang, jangan diam saja kalau ada yang berani merendahkanmu." Aiden tiba-tiba berbicara. Matanya tetap terpejam, tidak menoleh sedikit pun ke arah Anya.
Kata-kata itu membuat Anya menoleh, menarik pandangannya dari jendela. Ia menatap wajah Aiden sebentar sebelum menunduk malu.
"Tapi… dia ayahku..." gumam Anya pelan.
Jawaban itu membuat Aiden membuka matanya. Tatapan matanya tak lagi hangat seperti tadi, melainkan dingin dan tajam. "Kamu adalah istri Aiden Atmajaya. Kalau kamu direndahkan di depan umum seperti tadi, harga diriku juga ikut diinjak-injak. Kamu paham?"
Anya mengangguk kecil. Ia tahu maksud Aiden. Sebagai istri Aiden, apapun yang ia lakukan mencerminkan nama baik keluarga Atmajaya terutama nama suaminya sendiri. Jika ia membiarkan orang lain mempermalukannya, maka secara tidak langsung itu juga mempermalukan Aiden. Ia harus bisa menjaga sikapnya.
"Aku pasti akan melawan kalau yang melakukan itu Natali... Tapi ayah..." Kalimat Anya menggantung. Ia ingin mengatakan bahwa bagaimana pun buruknya perlakuan ayahnya, ia tetaplah orang tua yang harus dihormati. Tapi ia tak berani melanjutkan. Ia tahu Aiden tidak akan menerima alasannya.
Ia hanya bisa menggigit bibir dan kembali diam. Aiden sudah banyak membantunya, dan ini satu-satunya hal kecil yang bisa ia lakukan untuk membalasnya menjaga nama baik suaminya.
"Jangan pernah temui lagi keluarga Tedjasukmana," kata Aiden tegas.
Anya memang tidak berniat bertemu Natali lagi. Ia sudah cukup tahu siapa Natali sebenarnya. Wanita yang selama ini ia anggap kakaknya, ternyata tidak pernah menganggapnya sebagai adik. Ia juga tak ingin berurusan lagi dengan ibu tiri Natali, Mona. Kedua orang itu bukan lagi keluarganya.
Tapi… bagaimana dengan ayahnya?
Bagaimanapun juga, ia tetap darah daging ayahnya. Deny Tedjasukmana adalah ayah kandungnya. Meskipun tidak pernah disayang, tidak pernah dibela, bahkan rela melihatnya dihina di depan umum, tetap saja ia adalah ayahnya. Bisakah ia benar-benar tidak menemui ayahnya selamanya?
Aiden melihat Anya hanya diam sambil menggigit bibir. Matanya berkaca-kaca. Ia menghela napas panjang.
"Kebaikan dan rasa kasihanmu itu adalah kekuatan terbesarmu. Tapi sekaligus juga kelemahan terbesarmu." Aiden mencoba menegurnya dengan lembut.
"Aku tahu..." jawab Anya lirih.
Aiden tampak kesal mendengar nada ragu dalam suara Anya. Ia tahu permintaannya tidak mudah. Tapi bukankah Anya sudah cukup disakiti? Bukankah sudah jelas bahwa ayahnya hanya memperalatnya?
Haruskah perempuan ini masih membela orang yang sudah menamparnya di depan umum?
Dengan jengkel, Aiden kembali memejamkan mata.
Anya bisa merasakan ketegangan dari tubuh Aiden. Ia tahu, untuk pertama kalinya, Aiden marah padanya.
Suasana di dalam mobil menjadi sunyi setelah pertengkaran mereka. Perdebatan tadi membuat Aiden kesal terhadap sikap Anya yang terlalu lembut, sementara Anya sendiri merasa bingung harus bersikap seperti apa.
Sepanjang perjalanan, Aiden hanya memejamkan mata tanpa memperdulikan keberadaan Anya. Hal itu membuat Anya merasa gelisah. Ia terus mengubah posisi duduknya, berusaha mencari posisi yang nyaman, namun pada akhirnya hanya bisa pasrah sambil menatap jendela, mencoba melupakan amarah pria di sampingnya.
Sementara itu, Harris yang duduk di kursi penumpang depan tidak terganggu oleh keheningan yang terjadi. Ia sibuk menjalankan tugasnya sebagai asisten pribadi Aiden. Sebagai orang kepercayaan, selain menemani Aiden ke mana pun, Harris juga bertanggung jawab menjaga citra Aiden dan perusahaan yang dipimpinnya.
Saat keributan terjadi di kafe tadi, Harris sempat melihat beberapa gadis yang menonton kejadian sambil merekamnya. Demi menjaga citra Aiden dan Atmajaya Group, ia menyita semua rekaman dan meminta mereka menghapus videonya dari ponsel masing-masing. Namun, diam-diam ia membuat salinan rekaman tersebut di ponselnya.
Setelah melihat rekamannya, Harris mendapatkan ide untuk memperbaiki citra bosnya pasca skandal hotel yang sempat viral. Ia pun segera menyebarkan video tersebut ke internet.
"Natali dan aku dijodohkan karena urusan bisnis. Aku rela membatalkan pertunangan dan kerja sama itu demi kamu."
Di video lain, suara Aiden yang terekam terdengar berkata:
"Aku hanya mencintaimu..."
Suara Aiden yang berat dan dalam dalam rekaman itu seolah-olah bisa membuat siapa pun terhipnotis.
Bagaikan api yang disiram bensin, video itu langsung menyebar dengan cepat dan mendapat berbagai respon dari netizen. Komentar pun membanjiri halaman media sosial dan forum diskusi.
“Plot twist-nya nggak disangka banget…”
“Ternyata Aiden Atmajaya dan Natali cuma dijodohkan demi urusan perusahaan. Yang jadi pacarnya Aiden tuh yang satunya!”
“Natali ternyata mau ngerusak hubungan orang lain?”
“Cewek itu beruntung banget. Hidupnya kayak Cinderella…”
“Aiden datang kayak pangeran berkuda buat nyelamatin putrinya!”
“Iri banget sumpah!”
“Beneran kayak drama Korea!”
“Inilah kekuatan cinta sejati…”
“Wajah cantik Natali ternyata cuma topeng doang!”
“Cuma karena nggak mau nikah sama orang buta, dia sampai tega kayak gitu?”
“Nggak nyangka ternyata sejahat ini…”
Komentar-komentar itu terus berdatangan, menjadikan video tersebut sebagai topik paling ramai dibicarakan hari itu.