NovelToon NovelToon
Parting Smile

Parting Smile

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alyanceyoumee

Laki Abrisam Gardia adalah seorang penyanyi religi tersohor berusia 28 tahun yang sangat akrab dengan kesempurnaan. Dia memiliki sempurna rupa, harta, dan silsilah keluarga. Ketika kuliah S-2, dia dipertemukan dengan Mahren Syafana Humairoh, sosok perempuan tangguh yang hidup sendiri dengan menanggung utang yang di tinggalkan oleh almarhum ayahnya.

Pertemuan mereka menjadi awal malapetaka. Maksud hati Laki menolong Syafa yang tengah kesulitan dengan mengamankan Syafa di salah satu hotel miliknya, malah membuat beredar kabar di sosial media, bahwa Syafa adalah wanita satu malam Laki. Kondisi semakin kacau. Desakan media dan keluarga membuat Laki dan Syafa memutuskan untuk menikah kontrak.

Janji mereka adalah, tidak ada cinta. Hanya ada parting smile, setelah 5 tahun pernikahan. Namun, waktu yang dihabiskan bersama membuat keadaan menjadi rumit. Ada luka ketika sosok lain hadir diantara keduanya. Mungkinkah cinta perlahan tumbuh diantara keduanya?

AWAS!ZONA BAPER!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alyanceyoumee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19 Gardia Family

"Ko bisa Abi sama Ami percaya banget sama calon menantunya? Sampai-sampai mau buang anaknya sendiri. Dia baru calon lho, Ami," canda Laki sambil berjalan sejajar menuju pintu utama Mansion dengan Abi-nya. Lelaki itu tengah menguji keteguhan hati Abi dan Ami-nya. Syafa dan Halila mengikuti dibelakang. Tampak raut wajah kedua wanita itu saling bertukar senyuman.

Tepatnya, Syafa bersandiwara menebarkan senyuman. Berpura-pura merasa lucu dengan apa yang diucapkan Laki tentangnya. Padahal kalau boleh jujur, hatinya sedikit jengkel. Dia tau Laki bercanda perkara ucapannya yang seolah mengatakan bahwa dia belum tentu pantas dipercaya. Tapi, rasanya tetep saja menyebalkan.

"Kenapa? Memangnya kamu saja yang bisa nyari profil Syafa. Abi sama Ami juga bisa. Dan nyatanya Syafa lebih bisa dipercaya daripada kamu," ungkap Syaki sambil mendorong handle pintu yang sangat besar.

"Waaah... Abi sama Ami sadis," ungkap Laki sambil sedikit menyabitkan senyuman. Sekilas dia melirik Syafa yang semenjak datang tidak terlalu banyak bicara dan terlihat konsentrasi bersikap manis di depan kedua orang tuanya. Lalu dia menemukan Syafa tengah tersenyum pada Ami Halila.

Apa ini? Mereka semua mencari profile ku? Syafa berpikir keras diluar sepengetahuan Laki dan yang lainnya. Dia tidak percaya bahwa keluarga yang tengah dihadapinya adalah keluarga... ouuh... baik sebenarnya. Sangat baik malah. Tapi, mengingat mereka memata-matai dirinya secara bersamaan, membuat Syafa sedikit merinding. Sungguh.

Ya, keluarga sultan mah bebas. Tiba-tiba kalimat yang seringkali banyak orang lontarkan terngiang ditelinga Syafa. Benar sekali, sekarang aku tengah memasuki keluarga sultan. Tidak apa-apa Syafa, otakmu cukup cerdas untuk menghadapi semua.

"Alhamdulillah... yang ditunggu-tunggu akhirnya sampai juga," ceracau banyak orang tepat ketika Laki, Syafa, Syaki dan Halila memasuki ruang tamu.

Reg.

Serentak langkah Laki dan Syafa terhenti. Apalagi Syafa. Setelah Syaki menarik Laki ke sisi sebelah kiri, hingga lelaki itu berdiri bersampingan dengannya, hal yang Syafa rasakan saat itu adalah..., sesak. Dia hampir lupa caranya bernapas.

Syafa benar-benar syok setelah menemukan keluarga besar Laki tengah duduk dan berkerumun di ruang utama. Menunggunya. Tersenyum padanya. Menatap hangat kearah dirinya.

Perlahan Syafa menelan saliva. Sebanyak inikah keluarganya? Kenapa dia tidak mengatakan dari awal bahwa yang hendak ditemui olehku sekarang bukan hanya kedua orang tuanya, tapi keluarga besarnya yang berjumlah... delapan belas orang? Aiissshh... Bagaimana ini?

Diluar sadar, Syafa mengeratkan pelukannya di tangan Halila. Membuat wanita paruh baya yang cantik jelita itu merekahkan senyuman. Lucu rasanya melihat kegugupan calon menantunya. Ya, Halila merasa putranya pasti memilih jalan itu. Menikahinya. Menjadikan wanita yang tengah mengeratkan pelukan di lengannya menjadi wanita pilihan.

"Wah... lagi ngantri buat minta tanda tangan orang ganteng ini, ya?" kelakar Laki dengan laga sok cool. Dia berusaha mencairkan suasana.

"Uh... PD. Enggak lah!!" teriak banyak orang, lalu terdengar riuh kekehan dan tawa semuanya. Laki merekahkan senyuman dan berdeham, lalu mengajak Syafa untuk mengikutinya. "Ayo,"

"Oh, ya," jawab Syafa pelan. Wanita itu menyabitkan senyuman pada Halila, lalu membuntuti Laki. Mengikutinya menyalami seluruh keluarga satu persatu. Dari mulai Ridwan, kakek Laki dari Ami-nya. Aisyah, nenek Laki dari Ami-nya. Hanif, om nya. Zia, tantenya. Nadia beserta suami, ua-nya Laki. Kanaya, adik perempuan kedua Laki. Dimi dan Raina, sahabat Syaki dan Halila. Vanya dan Arkhan, dua ponakannya. Lalu tiga orang kepala sekolah di yayasan milik Syaki, dua ustadzah dan satu ustad pengurus yayasan dari bagian urusan kepesantrenan. Komplit. Semuanya ada, kecuali Dokter Syakila, adik pertama Laki. Katanya dia masih dalam perjalanan.

Syafa hanya bisa pasrah dan mengukir senyuman saat Ridwan mengelus pucuk kepalanya sambil berkata, "Selamat datang dikeluarga Laki, Nak. Kakek bahagia bisa bertemu dengan calon cucu menantu kakek."

Begitupun saat Aisyah mendekapnya dengan hangat. Wanita yang tak lagi muda itu mengelus berulang punggung Syafa sambil meneteskan air mata. "Mulai sekarang dan selanjutnya, Syafa adalah kesayangannya kami. Jangan sungkan bicara sama Nenek, ya. Tentang apapun."

Lalu para Ua nya, Om dan tantenya. Semua bicara hangat dan sangat perhatian padanya. Ya, semuanya sangat baik. Dan Syafa hanya bisa bersyukur untuk itu.

Tiba-tiba Kanaya berjalan mendekati Syafa. Gadis SMA itu menatap lekat padanya, menggaet lengan kanan, lalu bicara. "Kak Syafa, kakak kan cantik. Kenapa mau sama Kak Laki? Dia kan menyebalkan! Suka Narsis! So kegantengan! Pemarah! Egois! Maunya menang sendiri! Kasar! Dan banyak lagi sikap negatif lainnya! Yakin kak Syafa gak mau nyari lelaki lain?" Kanaya menanyakan hal tersebut dengan suara lantang, hingga semuanya bisa mendengar.

Tampak semua penghuni ruangan menahan tawa, lalu fokus menatap Syafa. Menunggu jawaban darinya.

"Oh, itu..." Syafa menahan jawaban, dia malah merekahkan senyuman sambil menatap hangat calon adik iparnya yang polos.

Cetak!

Tiba-tiba Laki menyentil jidat Kanaya. Terdengar suara adik perempuannya mengaduh kesakitan.

"Kak Laki!!!" protes Kanaya sambil mengusap berulang jidatnya yang memerah.

"Kakak bersikap begitu sama kamu saja. Karena kamu nyebelin! Kalau sama dia..., tidak. lya, kan?" tanya Laki sambil menatap Syafa dengan tatapan hangat dan lembut.

Serentak wajah Syafa memerah. Penyakit wajah merahnya langsung kambuh saat itu. Apalagi setelah seisi ruangan menyoraki dan berdeham untuknya dan Laki.

Syafa tidak menjawab. Dia hanya bisa tersipu sambil menyabitkan senyuman. sementara hatinya dongkol. Haruskah sandiwara Laki sampai sejauh itu? Rasanya berlebihan. Ini sudah sampai ke tahap memojokkan dan membuatnya malu di depan semua keluarga.

"Cieee..., Jadi! Kapan dihalalin?!" tanya semua.

Hening. Sesaat Laki dan Syafa diam membatu. Syok menerima pertanyaan yang mereka berdua yakin sudah direncanakan dari awal. Tidak mungkin kan tanpa sengaja bertanya dengan pertanyaan yang sama di waktu yang bersamaan juga? Jelas-jelas semuanya pasti sudah direncanakan.

"Waaah... ternyata pada tega. Apa tidak terdengar perut Laki sama Syafa keroncongan? Ayo, lebih baik kita makan dulu, nanti setelah makan pasti dijawab pertanyaannya," kilah Laki. Lalu berjalan pelan meninggalkan ruang tamu.

"Assalamualaikum. Aku ketinggalan seru-seruannya, ya?" tiba-tiba seseorang datang tepat di langkah kedua Laki beranjak menuju ruang makan.

"Waalaikumussalam... Alhamdulillah bu dokter Syakila sampai..." teriak banyak orang. Suasana semakin riuh. Sempurna sudah. Lengkap sudah semua anggota keluarga.

Terlihat Syakila menyalami semua satu persatu. Lalu wanita yang usianya terpaut lima tahun dengan kakak lelakinya itu berdiri di depan Syafa. Dengan elegant dia bertanya. "Beneran ini mau milih Kak Laki saja? Dia itu nyebelin loh! Pemarah! Narsis! Kasar! Egois! Mau menang sendiri! Daaan... Banyak lagi hal negatif lainnya!"

Laki mendengus. Benar-benar. Kedua adik perempuannya satupun tidak ada yang berniat mempromosikan kebaikan dirinya.

Mereka lupa bahwa selama ini yang memasok segala hal yang dibutuhkan dan diinginkan mereka seperti tas, baju, dan sepatu branded, serta mobil, dan hal lainnya yang tidak dikabulkan Ami dan Abi-nya adalah dia. Laki. Kakak tertuanya.

"Itu..., aku kedua kalinya mendapat pertanyaan seperti itu," ucap Syafa sambil menyabitkan senyuman pada Syakila.

Syakila menggigit bibir bawah sambil menyisir sekitar.

"Dik, apa kamu bertanya begitu juga sama calonnya kak Laki?" tanya Syakila saat sorot matanya menemukan adik bungsunya, Kanaya.

"Ya," jawabnya singkat sambil mengemut lolipop susu.

Serentak Syakila berhambur mendekati Laki yang memasang wajah kecut. Menjabat dan mencium tangannya sambil menunjukan rentetan gigi yang putih.

"Aku hanya bencanda kakak ku yang paling ganteng dan soleh, hehe," Laki mencibir.

"Kak Laki baik ko, Kak Syafa. Pilihan yang tepat buat dijadikan suami," lanjut Syakila.

"Mau dibeliin apa kamu? Pake muji-muji Kakak segala. Kakak tau pasti ada maunya kan?" tebak Laki.

Syakila terkekeh sambil melingkarkan tangannya di pinggang Laki. "Tidak banyak ko. Mau tas, jaket, sama kemeja yang semerek sama baju-baju Kak Laki,"

"Aku juga mau. Sepatu, tas, sama handphone baru. Ya, kak," selosor Kanaya sambil berlari menghambur ke arah Laki dan Syakila.

"Tidak ada hadiah-hadiah. Beli sesuatu seperlunya saja. Jangan boros. Abi gak suka kalau anak-anak Abi temenan sama setan," potong Syaki sambil meninggalkan ketiga anaknya menuju ruang makan. "Ayo kita makan, masih ada yang harus di jelaskan Kakak kalian setelah makan nanti," pungkasnya tegas.

"Iya, Abi. Maaf, bercanda doang, ko," jawab Syakila dan Kanaya. Tampak mereka saling menyikut dan menunjuk di kedua sisi Laki.

"Tau rasa kalian, dimarahin Abi," puas Laki sambil tertawa meledek.

Sementara di belakang, tampak Syafa menyabitkan senyuman. Wanita itu hanya bisa merasa iri sambil memperhatikan keakraban ketiga kakak beradik yang sangat jelas itu. Lalu dia menatap Halila yang menggandengnya menuju ruang makan. Ya, seperti inilah keluarga sesungguhnya. Bukan seperti keluargaku, yang hanya ada aku sendiri. Hanya itu yang terbersit dalam hati Syafa.

Dalam hitungan menit, semua keluarga sudah duduk melingkari meja makan yang sangat panjang. Meja yang cukup untuk dua puluh orang.

Terlihat Syafa duduk disamping kiri Halila. Sementara disamping kirinya terdapat kursi yang masih kosong. Sesaat sorot mata wanita itu menyisir sekitar. Lalu mengira-ngira siapa sosok yang hendak duduk di samping kirinya.

"Selamat makan, semuanya," Tiba-tiba Laki berkata begitu. Lalu duduk disamping kiri Syafa. Perlahan Syafa sedikit menggeser kursinya ke sisi Halila. Menciptakan sedikit jarak antara Laki dan dirinya.

"Uh..., lapar," ungkap Laki sambil melinting baju kemeja. Namun beberapa saat aktifitasnya terhenti. Ada yang aneh. Suasana yang tadinya ramai, tiba-tiba sepi.

Laki mendongak, meneliti sekitar. Dan dia menemukan semua keluarganya tengah menatap ke arah Syafa. Aiisshh... Dia salah. Harusnya dia tidak banyak bicara dan mengatakan lapar segala. Jadinya begini kan, semua keluarganya malah menatap Syafa. Mereka mengira baru saja Laki memberikan kode pada Syafa untuk melayaninya.

Ya, dari dulu sampai sekarang, sudah menjadi kebiasaan di keluarga Gardia, pas waktu makan, para wanita senantiasa menyiapkan makan untuk lelakinya. Lalu karena kebiasaan itu, kini semua keluarganya malah menatap Syafa. Menuntutnya untuk melakukan hal itu pada Laki. Dan Syafa tidak memahaminya sedikitpun. Wanita itu malah duduk terpaku saat diapun menyadari bahwa dia tengah jadi fokus perhatian. Ada yang salah dengan ku? Kenapa semuanya menatapku? batinnya.

"Saya mau makan," ucap Laki lembut sambil menyodorkan piring kosong ke arah Syafa. Melalui sorot mata, dia berusaha memberikan isyarat pada Syafa, berharap keluarganya tidak merasakan sedikitpun curiga atas hubungan mereka.

Kedua alis Syafa mengerut. Apa sih? tanyanya melalui isyarat. Dia tidak mengerti sama sekali. Kan bisa ngambil sendiri? Kenapa malah minta sama aku? rutuknya dalam hati. Lalu menyabitkan senyuman sambil menyisirkan tatapan pada semua orang yang menatapnya dengan tatapan menggoda.

Oke. Mengerti. Syafa mengambil piring Laki. Lalu berdiri dan menyedok secentong nasi. "Lagi?" tanya nya dengan gugup. Bagaimana tidak gugup, pasalnya semua orang memperhatikan dirinya sambil senyam-senyum.

Laki terdiam. Lelaki itu malah menatap lekat Syafa yang tengah bertanya padanya. Sementara Syafa, wanita itu semakin gugup. Bingung bersikap. Tatap mata Laki membuat geraknya seolah semakin terkunci. Dengan segera dia menambah nasi dalam piring. Mencoba mencari aktifitas untuk menghindari tatapan mata Laki yang membuat jantungnya berdegup lebih dari sewajarnya. Menyebalkan, apa aktingnya harus sampai seperti itu? Tatap matanya terlalu berlebihan. Benar-benar menyebalkan! Syafa hanya bisa merutuk sendiri tanpa bisa menolak perlakuan yang Laki tunjukan padanya.

"Kak Laki, Syafa barusan nanya, loh," sela Halila. Ada senyum merekah dari kedua bibirnya. Senyuman penuh syukur atas cinta yang tengah dirasakan putranya pada wanita pilihannya. Saat itu, dia yakin. Bahwa putranya tengah jatuh cinta.

"Ehm. Ya, Ami. Tau," jawab laki santai. Tidak, tepatnya berusaha santai. Ini kacau, baru saja pikirannya terlalu jauh menerawang. Dan secara tidak sengaja Ami-nya memergoki itu. Bagus sih, hal itu semakin menyempurnakan rencana dirinya dengan Syafa. Tapi rasaya..., benar- benar kacau.

"Mau sama apa makannya?" tanya Syafa. Dia harus bertahan dalam mode manis pada Laki. Semua keluarga masih tetap memperhatikan.

"Biar sama saya saja," kata Laki sambil mengambil piring miliknya di tangan Syafa. Lalu beberapa detik kemudian Laki tercengang, saat menemukan piringnya dipenuhi oleh tumpukan nasi yang sangat banyak. Gila! Apa wanita ini ingin membuatku tidak bisa bernapas karena kekenyangan? Ini mah sama dengan porsi tiga orang tukang becak! Banyak banget!

"Ini kebanyakan Sya...,"

"Cie... Sa..., kenapa gak dilanjutin kak? Udah gak usah malu-malu. Kan kita keluarga. Selesaikan saja kali. Maksudnya gini kan? 'Ini kebanyakan sa-yang...'wiiih... Kalau aktor mah memang beda, romantis terus bawaannya," cerocos Kanaya. Dia bicara sambil menaik turunkan kedua alis. Menggoda Kakak tertuanya.

Laki kikuk. Dan wajah Syafa memerah. Mereka berdua menjadi bulan- bulanan seluruh keluarga. Semuanya sangat hobi menggoda. Belum juga menikah, tapi olokannya sudah mencapai level yang sangat tinggi.

"Sya, Kana. Bukan Sa. Maksud Kakak itu Syafa, bukan sayang," elak Laki.

Cieee cieee...

Olok semuanya. Termasuk Syaki dan Halila. Bahkan Ridwan dan Aisyah pun turut mencandai Laki dan Syafa.

Laki mendengus. Pasrah saja lah. Lalu dia memberikan setengah nasi di piringnya pada piring Syafa yang masih kosong. Saat itu, bibir Laki sedikit menyabit. Ketika menemukan Syafa turut nervous bersamanya. Ini benar-benar kacau.

***

To be continued.

1
Bintang
laki no debat
Bintang
bisa bisa Syafa dan Bu dosen jadi saingan berat.😂
iqueena
Aku baca sedikit bersemangat kak😭, LAKIK💪🏻
Yoona
🤣😭
Mamaz
Makin seruuuu.... semangat lanjut terus thor
Mamaz
Tau rasa dimarahin kamu Ki. usil sih...
Mamaz
Haha Laki... kamu lucu....
Dewi Ink
pikiran kotor wanita😂😂
CumaHalu
Ya, aku akan kembali lagi besok Laki-lakiku🤭
Mamaz
kirain basah karna apa ya amoun thor...
Mamaz
Ini epek Laki ga pernah nyentuh perempuan lain selain ibu sama adik-adiknya ini.../Chuckle/
Mamaz
Damar mah ga ketebak mau ngapa-ngapain teh
Mamaz
Taoi suka kan ya?
Mamaz
Senyum ga senyum tetep cantik Syafa...
Mamaz
Lama-lama cinta pasti
Andrej
saya mampir ya kak
PjMaha
Macam bunglon /Tongue/
PjMaha
Semangat 45💃💃💃 ye ye ye ye
PjMaha
Ehem-ehem /CoolGuy//CoolGuy/
PjMaha
Namanya, Laki? /Shy/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!