NovelToon NovelToon
Buku Nabi

Buku Nabi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:702
Nilai: 5
Nama Author: Equinox_

Sebagai pembaca novel akut, Aksa tahu semua tentang alur cerita, kecuali alur ceritanya sendiri. Hidupnya yang biasa hancur saat sebuah buku ungu usang yang ia beli mengungkap rahasia paling berbahaya di dunia (para dewa yang dipuja semua orang adalah palsu).

Pengetahuan itu datang dengan harga darah. Sebuah pembantaian mengerikan menjadi peringatan pertama, dan kini Aksa diburu tanpa henti oleh organisasi rahasia yang menginginkan buku,atau nyawanya. Ia terpaksa masuk ke dalam konspirasi yang jauh lebih besar dari cerita mana pun yang pernah ia baca.

Terjebak dalam plot yang tidak ia pilih, Aksa harus menggunakan wawasannya sebagai pembaca untuk bertahan hidup. Ketika dunia yang ia kenal ternyata fiksi, siapa yang bisa ia percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Equinox_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fajar Hitan Membelah

Distrik 7, tempat hukum tak berlaku dan banyaknya kriminal berlalu lalang. Bagi penduduknya, melihat pencurian, perkelahian, bahkan sampai pembunuhan di tengah jalan adalah hal yang biasa.

Tak ada seorang pun yang ingin melerai bak pahlawan dalam perseteruan yang terjadi. Mereka paham dan sadar, jika mereka ikut campur hal yang tak berguna, maka mereka akan kena getahnya.

Ms. Jenna mengelilingi tempat itu dan mencari sebuah bar yang buka 24 jam.

Kring!

Suara lonceng bar bergetar ringan.

Pemandangan di dalam bar itu cukup mencekam. Para pengunjungnya yang berwajah sangar dengan bercak luka menghiasi wajah, diiringi dengan beberapa tato di tubuhnya, menghasilkan suasana yang menekan bagi orang awam sekalipun.

Tapi Ms. Jenna tak peduli dengan hal itu. Sosok anggun yang terlihat tegas dengan memakai pakaian rapi berwarna putih itu melangkah dengan acuh melewati semua pengunjung yang ada di bar.

Ia duduk di depan pelayan bar.

“Nona... mungkin Anda salah tempat,” ucap sang pelayan bar sambil menyeka gelas yang sudah bersih.

Ms. Jenna tak menghiraukan pelayan bar yang tampak seram itu. Ia hanya berucap dengan nada dingin, “Fajar hitam membelah.”

Pelayan bar mengernyitkan alisnya, seolah paham dengan apa yang terjadi. Ia berhenti menyeka gelas dan mengambil sebuah koin emas berbentuk segitiga. ”Ikuti aku,” ujarnya, memberikan koin itu kepada Ms. Jenna.

Para pengunjung yang berwajah sangar itu membalikkan fokus mereka ke urusannya masing-masing dan tak peduli dengan apa yang terjadi.

.

.

Aksa yang sudah menidurkan Hannah di kamarnya setelah memberikan penganan dari Auriel kembali ke meja makan dan duduk bersama para tamunya.

“Baiklah, karena kita sudah sepakat dengan penyelidikan buku, maka kita harus bisa menentukan langkah pertama.”

Brian melipat tangannya, berpikir dengan dalam.

'Dia ini yang paling sering membujukku, tapi dia sendiri yang bingung langkah pertamanya,' pikir Aksa, melihat pose Brian. 'Memang otaknya tak sebagus parasnya.'

Sedangkan Auriel hanya tersenyum tipis. “Mari kita semua mengunjungi Pasar Bawah Tanah.”

“Benar, itu dia! Kita harus ke sana! Aku selalu memikirkan itu,” Brian mengangkat telunjuknya, seolah dialah penemu ide.

“Bagaimana kita ke sana? Apakah tujuannya untuk bertemu dengan pria bertopeng dan berotot itu?”

Auriel mengangguk dan menjelaskan bahwa pentingnya tidak melewatkan sedikit pun petunjuk yang ada karena keterbatasan. Maka dari itu, dia sangat menyarankan tempat itu.

“Lalu, bagaimana kita ke sana? Bukankah kau bilang tidak sembarang orang yang bisa ke sana?” tanya Aksa keheranan.

“Tidak sulit bagiku karena ayahku pernah beberapa kali ke sana dengan pelayan kepercayaannya. Tempat itu berada di Distrik 7 dan diharuskan kita semua mengucapkan kode rahasia yang ditentukan.”

Auriel berdiri dan mengitari meja makan sembari memberikan penjelasan.

“Distrik 7 memang berbahaya, akan tetapi banyak tempat yang tidak diketahui oleh masyarakat distrik lainnya. Di sana tempat jual beli ilegal.”

Aksa menyandarkan tubuhnya pada kursi dan mengetuk meja dengan jarinya. “Ilegal?” herannya.

“Ya, di sana tempat perdagangan manusia dan barang-barang ilegal lainnya, seperti obat-obatan hingga artefak ilegal.”

Mata Brian melirik cepat dan memelototi Auriel yang sedang berdiri mengitari mereka. “Artefak ilegal kau bilang?”

“Benar,” jawab Auriel, kembali duduk di kursinya.

“Tunggu apa lagi? Ayo kita sekarang ke sana!”

Aksa seolah enggan menerima ajakan Brian. “Aku tak bisa meninggalkan Hannah.”

Mereka berdua lupa bahwa Aksa sangat menyayangi adiknya. Dengan kondisi seperti ini, ia tak bisa meninggalkan Hannah, apa pun yang terjadi.

Auriel mengeluarkan sebuah artefak persegi dari sakunya. Ia memencet barang itu dan meletakkannya di telinga. ”Halo... Albert, apakah kau bisa ke sini sekarang juga? Aku punya permintaan,” ujarnya, seolah melakukan hal biasa.

Bagi Brian dan Aksa yang paham artefak apa yang digunakan oleh temannya, mereka terpesona dengan barang itu.

“Wah, kau punya Artefak Phone? Bukankah itu mahal sekali?” sahut Brian, memotong pembicaraan Auriel dengan Albert.

Auriel mematikan alat komunikasinya dan menjawab dengan wajah datar, “Tidak juga.”

Tak berselang lama kemudian, sebuah kereta kuda terdengar berhenti di depan rumah Aksa. Seseorang mengetuk pintu dan dibukakan oleh Auriel.

“Albert, maaf merepotkanmu, meminta datang ke sini.”

Seseorang yang berdiri di pintu masuk itu memiliki penampilan seorang pelayan elite, dengan baju seragam berwarna hitamnya yang rapi ditambah dengan semiran rambut ke belakang.

Aksa dan Brian tertegun melihat Albert, sang pelayan Auriel.

“Tidak apa-apa, Nona. Apa pun permintaanmu akan saya laksanakan dengan baik,” ujarnya dengan penghormatan ala pelayan elite. ”Jadi, apa yang harus saya lakukan?”

“Tidak banyak. Kau hanya harus menjaga rumah ini sampai aku dengan teman-temanku kembali dari suatu tempat.”

Tanpa ekspresi, wajah Albert tetap terpampang sambil menelaah teman-teman nonanya itu. ”Mau ke mana Anda?”

“Distrik 7, Pasar Bawah Tanah,” tegasnya dengan nada rendah.

“Baiklah, Nona. Walaupun Anda memiliki perlindungan, setidaknya bawa barang-barang yang saya beri untuk dikenakan agar Nona dan teman Anda aman.” Albert kembali ke kereta kudanya dan mengambil sebuah jubah setengah badan, lalu memberikannya.

Brian tak asing dengan barang yang diberikan oleh Albert. Ia memeriksa setiap detail dari jubah setengah badan itu dan lalu mengenakannya. ”Menakjubkan! Bagaimana kau punya barang yang bahkan baru dipublikasikan beberapa hari kemarin?” herannya dengan penuh rasa penasaran.

Setelah Brian mencobanya sendiri, sebuah artefak yang mendekati spesial, ia merasa bahwa artefak yang selama ini yang dibikinnya hanya seperti anak-anak yang membuat mainan tak karuan. Jelas sekali perbedaan antara keduanya.

Albert hanya membalas dengan senyum tipis hormat.

Aksa dan Auriel mulai mengenakan jubah itu dan perlahan menghilang, walaupun masih terlihat buram seperti bunglon yang kamuflasenya kurang sempurna.

“Woah, artefak ini pasti mahal sekali,” ucap Aksa yang mencoba berkaca pada cermin di rumahnya.

“Baiklah, kalian semua sudah mengenakannya. Tolong jangan melepaskan jubah itu hingga kalian berada tepat di depan pelayan bar.” Albert mundur beberapa langkah untuk menghindari tubuhnya yang menghalangi jalan. “Dan jangan lupa katakan, 'Fajar Hitam Membelah'.”

Ia berhenti sejenak dan melanjutkan dengan wajah agak sedikit serius. “Jika kalian salah satu kata saja, maka itu akan menjadi kesalahan terakhir kalian dan terakhir kali kalian menghirip udara.”

“Fajar Hitam Membelah?” tanya Aksa.

Lagi-lagi, Albert hanya memberikan balasan senyum tipis hormat kepada lawan bicaranya.

'Benar-benar pelayan yang berkelas. Mungkin aku bisa menitipkan Hannah padanya,' pikir Aksa sambil mencoba melangkahkan kakinya keluar rumah.

“Baiklah, ayo tunggu apa lagi? Kita harus berjalan kaki ke Distrik 7. Jika memakai kereta kuda, itu terlalu menarik perhatian dan akan ada hal yang tidak-tidak menghampiri kita. Maka dari itu, kita harus terus berdekatan dan jangan melepas jubah ini.”

Brian dan Aksa mengangguk bersamaan, paham dengan penjelasan Auriel.

1
Osmond Silalahi
mantap ini kelasnya
Osmond Silalahi
author, "misteri 112" mampir ya
indah 110
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Taufik: Terimakasih atas feedbacknya
terus tunggu update selanjutnya ^^
total 1 replies
Phedra
Masa sih, update aja nggak susah 😒
Taufik: hehehe tunggu kelanjutannya ya ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!