NovelToon NovelToon
PEDANG GENI

PEDANG GENI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Persahabatan / Raja Tentara/Dewa Perang / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

PEDANG GENI. seorang pemuda yang bernama Ranu baya ingin membasmi iblis di muka bumi ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

Sebuah pukulan Mahesa tiba-tiba mendarat di lengan Ranu.

"Lihatlah, Kek. Dia ternyata marah." Ranu terus tertawa lepas.

"Kakek, aku sudah berusaha untuk insyaf dan membersihkan otakku ini. Tapi kenapa sangat sulit sekali?"ucap Mahesa pelan. Mukanya menunduk karena malu.

"Kalau itu aku tidak bisa menjawabnya, Mahesa. Hanya hatimu sendiri yang bisa menjawabnya. Jika kau biarkan pikiranmu mengendalikan hatimu, maka pikiranmu akan terus kotor!" jawab Wanandra.

"Lalu kenapa Sumiati sampai trauma dengan manusia, Kek?" tanya Ranu setelah bisa mengendalikan tawanya.

Wanandra diam untuk sejenak, dia tidak langsung menjawab Pertanyaan Ranu. Dalam satu jentikan jarinya, tiba-tiba Sumiati sudah berada di antara mereka bertiga.

"Apa kau tidak bisa kalau tidak mengagetkan?" desis Ranu.

Bahkan Mahesa yang berada di samping Sumiati sampai meloncat ke belakang saking kagetnya.

Wanandra terkekeh pelan, "Kalian berdua ini pendekar macam apa? Baru kali ini aku lihat ada pendekar gampang kaget," ucapnya sambil menggeleng pelan.

"Siapa juga yang tidak kaget tiba-tiba saja muncul tanpa tanda-tanda." Ranu mendengus kesal.

"Sum, coba jawab kenapa kau sampai trauma dengan manusia?"

Sumiati mengangguk, kemudian bercerita sambil menundukkan kepalanya. Beberapa puluh tahun yang lalu, dia adalah seorang gadis cantik dan periang. Pada suatu waktu, di saat dia sedang mencari kayu bakar di hutan Karaenta ini, datanglah 5 orang dewasa yang menyergapnya dari belakang. Sumiati dibawa ke tengah hutan dan diperkosa bergantian.

Setelah kelima orang itu puas dengan aksinya, mereka membunuh Sumiati dengan kejam dan membiarkan jasadnya tergeletak bersimbah darah di tengah hutan Karaenta.

Sukma Sumiati yang tidak terima akhirnya mencari kelima orang itu untuk membalas dendam. Setelah dendamnya terpenuhi, dia kembali ke hutan Karaenta dan menjadi pengikut Wanandra.

"Ada informasi yang aku dapat, kenapa kau suka membunuh manusia yang masuk ke hutan ini?" tanya Ranu.

"Aku hanya membunuh mereka yang sifatnya jahat!"jawab Sumiati.

"Lalu bagaimana kau menilai mereka itu jahat atau tidak? Bagaimana kalau orang yang kau bunuh itu orang baik-baik?"

Sumiati diam dan tetap menunduk. Dia mengakui kalau sulit untuk mengetahui mana manusia yang sifatnya jahat atau tidak. Dia selama ini hanya melihat dari sisi wajahnya saja. Kalau menurutnya wajah orang itu garang dan kasar, maka dia menganggap orang itu mempunyai sifat yang jahat.

"Kenapa kau diam dan tidak menjawab pertanyaanku?" desak Ranu.

"Aku ... aku melihat dari wajahnya saja," jawab Sumiati tergagap.

"Apa yang bisa kau nilai dari wajah sehingga kau memutuskan bahwa orang itu jahat atau tidak?"

Wanandra langsung menengahi Sumiati yang sudah terpojok oleh jawabannya sendiri.

"Aku yang salah, selama ini aku tidak mengajarinya dengan baik," kata Wanandra.

"Apa maksud Kakek?" Ranu sedikit merasa penasaran dengan ucapan Wanandra.

"Seharusnya aku mengajarinya jangan menilai orang dari luarnya saja," ujar Wanandra merasa bersalah.

"Sudahlah, yang penting jangan kau ulangi lagi kesalahan yang kau buat. Kau sudah menghukum orang yang membunuhmu, jangan kau timpakan kekesalanmu kepada orang lain yang tidak bersalah!" tukas Ranu menekan Sumiati.

"Baik, Tuan. Aku tidak akan mengulanginya lagi," Sumiati menunduk tidak berani mengangkat wajahnya.

"Kenapa kau ingin mencari kota Wentira, Ranu?"Wanandra secara tiba-tiba bertanya kepada Ranu.

Ranu mengalihkan pandangannya ke arah Wanandra, "Aku ingin mencari seseorang di sana. Menurut Dewa yang aku temui di alam para dewa, dia menyuruhku untuk mencari orang itu di kota Wentira."

"Jadi kau sudah memasuki gerbang itu?" Wanandra tidak bisa menutupi rasa terkejutnya.

"Aku kira Kakek sudah bisa membacanya?"

Wanandra menggelengkan kepalanya, "Seharusnya seperti itu, Ranu. Tapi entah kenapa khusus untukmu, aku tidak bisa membaca semuanya. Seolah ada yang menutupinya untuk tidak diketahui orang lain." Lelaki tua itu kemudian menjentikkan jarinya lagi, dan seketika Sumiati menghilang.

"Lalu siapakah orang yang kau cari itu?" lanjutnya tanya.

"Apakah kakek pernah mendengar tentang orang yang bernama Racun Utara?"

Wanandra mengangguk "Dia sekarang menjadi penasihat di kota Wentira, Ranu. Kenapa kau mencarinya? Orang itu terkenal kejam dan tidak pandang bulu untuk menghabisi musuhnya! Dia juga adalah pendekar terkuat di daratan ini."

Ranu menggaruk kepalanya pelan, sekali lagi dia dibuat bimbang antara menceritakannya atau tidak.

"Ceritakan saja, Ranu. Siapa tahu aku bisa membantu!"

Ranu mengangguk, "Apakah Kakek pernah mendengar tentang pusaka yang dipegang oleh Racun Utara?"

Wanandra tampak berpikir. Dia memejamkan matanya untuk mengingat ataupun mencari tahu tentang Racun Utara.

Sesaat kemudian bibirnya tersenyum seolah menemukan apa yang dicarinya.

"Apa yang kau cari itu sebuah golok besar? Aku sekilas melihat ada sebuah golok besar yang dibawanya."

Ranu mengangkat alisnya, seingatnya salah satu pusaka yang dicarinya ada yang berbentuk sebuah golok, "Benar, Kek. Namanya Golok Tirta Aji," jawabnya.

"Bukankah Golok Tirta Aji itu adalah salah satu pusaka terkuat dari 4 pusaka yang ada?"Ranu mengangguk, "Benar, Kek. Dan aku harus mengambilnya untuk menyatukannya bersama 3 pusaka yang lainnya!"

Wanandra semakin dibuat pusing dengan ucapan Ranu. Meskipun dia tahu kalau Ranu adalah sosok yang istimewa, tapi dia tidak menyangka jika dibalik keistimewaannya itu mengandung tugas besar yang bisa mengancam nyawanya sendiri.

"Apakah 3 pusaka lainnya sudah kau dapatkan?"

Ranu tersenyum hangat, "Baru dua pusaka yang aku dapatkan Kek," jawabnya.

Sesaat kemudian dia mengeluarkan Pedang Segoro Geni dan Tombak Bayu Sutra dari Ruang Pemusnah.

"Bagaimana mungkin mata batinku bisa melewatkan kedua pusaka yang ada di tubuhnya?" tanya Wanandra dalam hati. Baru kali ini seumur hidupnya dia menemui sosok manusia yang penuh misteri, yang bahkan tidak bisa dilihat dengan mata batinnya.

"Pantas saja Paduka Raja Condrokolo bisa kau kalahkan. Makhluk yang paling ditakutinya ternyata ikut denganmu!" Mata Wanandra tidak berkedip melihat Pedang Segoro Geni yang berada di depannya.

"Apa kakek ingin bertemu dengannya?"

"Kau jangan aneh-aneh Ranu! kami dari bangsa jin paling tidak mau bertemu dengan dia. Bisa-bisa kami dihanguskannya nanti." Raut muka Wanandra yang keriput menjadi lebih keriput lagi.

Ranu terkekeh pelan dan kemudian memasukkan lagi kedua pusakanya ke dalam Ruang Pemusnah.

"Balik ke Wentira, Kek. Tolong ceritakan bagaimana tentang kota itu?"

"Intinya, kota Wentira itu adalah kota dengan peradaban tinggi yang mendapat kutukan dari Dewata. Rajanya yang bernama Dharmacakra, dulu pernah dengan arogan menantang Dewata. Dia merasa sudah pantas disandingkan dengan para Dewa karena kemampuannya yang sudah di atas rata-rata manusia pada umumnya."

"Jadi karena itu kota Wentira menghilang. Lalu bagaimana dengan kekuatannya? Maksudku, kalau aku menyinggung Racun Utara, apakah mungkin Raja Dharmacakra akan ikut campur?"

"Bisa dipastikan seperti itu, Ranu. Racun Utara adalah penasihat Raja Dharmacakra, dan tidak mungkin dia diam saja jika penasihatnya mendapat masalah," jawab Wanandra.

"Berarti bakal ada perang besar yang harus terjadi. Tapi ke mana aku akan mencari bala bantuan?" Benak Ranu bertanya-tanya.

"Raja Dharmacakra mempunyai 7 panglima perang, dan masing-masing panglima perang membawahi 20 ribu pasukan. Bisa kau bayangkan kekuatan kota itu, bukan?"

Ranu tidak bisa berpikir karena membayangkan betapa besarnya kekuatan yang akan dia hadapi. Jika hanya dia dan Mahesa saja yang turun ke sana, maka bisa dipastikan itu sama saja dengan misi bunuh diri.

"Jalan satu-satunya aku harus meminta bantuan Raja Condrokolo dan juga ibu angkatku, Dewi Anjani," balas Ranu.

Wanandra mengangguk, dia bisa memastikan perang besar di kota Wentira akan segera terjadi.

"Aku titip Mahesa di sini, Kek. Tolong jaga dia!"

"Kau mau ke mana?" tanya Mahesa menyela pembicaraan mereka berdua.

"Aku harus ke istana mantan calon mertuamu, apa kau mau ikut?"

Mahesa bergidik ngeri membayangkan harus bertemu Putri Andini. Dia buru-buru menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Bukankah bagus jika kau bertemu putri yang cantik jelita itu?" Ranu terkekeh pelan.

"Kadal gunung... jangan ungkit-ungkit dia lagi!"

Ranu tertawa kecil kemudian menegakkan punggungnya dan memejamkan matanya, "Tolong jaga Mahesa sebentar, kek."

Seusai berucap, Ranu berkonsentrasi sambil menekan titik cakra yang ada di bawah pusarnya.

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
Was pray
ya jelas dicurigai kan kamu dan suropati jelas2 orang asing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!