Jeha, pria tampan dengan ambisi besar, menjebak Anne, CEO cantik dalam cinta satu malam hingga akhirnya keduanya menikah. Setelah Anne lumpuh akibat kecelakaan, Jeha mengambil alih kekuasaan dan berubah menjadi pria arogan yang menghancurkan hidup Anne.
Sementara itu, Reu adalah pelayan restoran miskin dengan hidup terbelit hutang. Ketika Jeha bertemu Reu dan menyadari kemiripan wajah mereka, dia menawarkan kesepakatan. Reu harus menjadi Jeha selama 2 tahun, dan semua hutangnya akan lunas.
Akankah Reu berhasil menjalankan peran ini? Dan apa yang akan terjadi pada hidup Jeha dan Anne?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Mendengar pernyataan cinta dari istrinya untuk Reu, Jeha langsung mengangkat tangannya bersiap menampar Anne.
“Kau marah? Karena aku mencintai orang lain?” kata Anne menantang, dia mengangkat dagunya, menunjukkan keberanian.
“Sial! Akan aku bunuh pria bajingan itu!” gertak Jeha. Dia menurunkan tangannya, memberikan tatapan menusuk kepada Anne.
“Jika kamu menyentuh dia, seujung rambut pun. Aku akan menghancurkan mu lebih dari ini!” gertak balik Anne.
Jeha tertawa, mendengar ucapan istrinya, “Kamu? Dengan kelumpuhan mu, kamu bisa apa?!” Jeha mendorong kening Anne.
Anna menatap Jeha dengan kesal, kemudian mengangkat tubuhnya perlahan bangun dari kursi roda.
“Aku bisa menamparmu!” Anne memberikan tamparan keras di pipi kanan Jeha. Jeha terkejut melihat Anne yang mampu memijakkan kakinya ke lantai.
“Kau … kau, bisa berdiri?” Jeha melihat kaki Anne. Anne berusaha sekuat tenaga, berdiri tegap, meskipun dia menahan rasa nyeri di pinggulnya. Anne tidak ingin terlihat lemah di depan Jeha.
“Pergi dari rumahku! Meskipun kamu merobek dokumen perceraian itu, aku pastikan kamu akan menandatangani nya!” gertak Anne. Jeha, tersenyum dingin. Sedikit terusik dengan ucapan Anne yang sekarang berani menantangnya. Jeha mengepalkan kedua tangannya, menahan kekesalannya sebelum pergi.
Setelah langkah Jeha terlihat jauh, Anne menghela nafas panjang dan kembali duduk di kursi roda. Anne menelpon pengacara pribadinya untuk membantunya membebaskan Reu dari segala tuduhan yang diberikan Jeha.
Disisi lain, pertengkaran hebat lainnya ada di balik kamar Zack dan Bella. Zack, mendorong tubuh Bella ke tempat tidur.
“Apa yang kau lakukan?!” gertak Bella. Zack mendekat, kemudian mencekik leher Bella, hingga kesulitan bernafas. Bella terus memukul tangan Zack, namun Zack semakin mencekik leher Bella tanpa mengeluarkan satu kalimat apapun, hanya tatapan mata merah yang tajam menusuk menunjukkan rasa bencinya kepada wanita yang selalu ia cintai selama ini, tetapi malah berselingkuh dengan adik iparnya.
Perlahan, Bella sudah tidak menggerakkan tubuhnya lagi. Zack melepaskan cekikan itu, melihat Bella hanya pingsan. Zack meninggalkan kamar, memanggil pelayan untuk membawa Bella ke kamar lain. Karena, dia sudah tidak sudi melihat istrinya lagi.
Zack menemui Anne, menanyakan keberadaan Jeha yang tidak terlihat di ruangan.
“Dimana bajingan itu?!” Kedua mata Zack menyapu ruangan mencari Jeha.
“Dia sudah pergi,” jawab Anne.
“Kakak bisa membantuku untuk membebaskan Reu, kan?” Anne menarik tangan kakaknya.
Zack menarik tangannya, “ Aku tidak mau terlibat dengan suamimu atau pria pengganti itu.”
“Ta … tapi dia tidak bersalah,” ucap Anne.
“Aku tidak peduli, aku akan menginap di hotel sementara. Aku muak dengan semua ini!” Zack keluar dari ruangan, dan menyuruh sylvester menyiapkan mobilnya.
Anne memahami situasi yang dirasakan kakaknya, Zack. Apalagi melihat Bella tadi dengan terang-terangan membela Jeha di depan matanya.
Anne kemudian meminta Sylvester untuk mengantarkannya ke kantor polisi, dia akan bertemu dengan pengacara pribadinya sekaligus melihat kondisi Reu.
Sepanjang perjalanan di dalam mobil menuju kantor polisi, kegelisahan dan kebimbangan itu menyelimuti. Ponsel milik Reu yang tertinggal di genggam Anne erat. Karena baru saja, pihak rumah sakit mengabari jika Ibunya Reu meninggal. Anne takut, jika kabar ini disampaikan, Reu akan semakin tertekan.
Setibanya di kantor polisi, Anne bertemu dengan pengacara pribadinya. Polisi meminta keterangan kepada Anne sebagai saksi.
Begitu 20 pertanyaan itu selesai, Anne menunggu Reu di ruang kunjungan tahanan.
Reu keluar dengan kedua tangan yang masih terborgol. Anne mendekat dan menyentuh tangan Reu yang dingin, “Aku akan segera membebaskanmu.”
Mendengar kalimat itu, Reu hanya diam. Karena akan sangat sulit membuktikan jika tuduhan Jeha itu salah.
Anne menggigit bibirnya, dia masih bimbang harus mengatakan kejujuran tentang kabar kematian Ibunya Reu atau tidak.
“Aku ingin mengatakan sesuatu,” kata Anne, dia mengeluarkan ponsel milik Reu dari dalam tasnya.
“Ibumu telah meninggal,” imbuh Anne.
“Apa?” Reu terlihat syok, dia bangkit dari tempat duduknya, menatap Anne dengan wajah penasaran.
“Ibumu meninggal, kemarin malam.” Anne menjelaskan lagi. Dia menggenggam tangan Reu semakin erat.
“Lepaskan,” ucap Reu. Mencoba menyingkirkan tangan Anne.
“Lepaskan aku! Aku ingin ke rumah sakit!” teriak Reu dengan keras, dia menggebrak meja berusaha melepaskan tangannya dari borgol.
“Reu, maafkan aku.” Anne mendekat, mencoba memeluk Reu.
“Tidaaakkkk!” teriak Reu semakin keras, air mata mulai turun dari pipinya. Reu memukul kedua tangannya di atas meja, pikirannya kacau berharap dia bisa melarikan diri.
Kedua penjaga mendekat, melihat Reu yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Kemudian, membawa Reu kembali ke ruang sel tahanan sementara.
Anne pergi ke rumah sakit, mewakili Reu untuk mengurus kremasi Ibunya Reu.
“Dia menggenggam ini hingga akhir nyawanya,” ucap dokter.
Selembar foto di terima Anne, dia mengamati foto Ibunya Reu yang menggendong dua bayi kembar di sisi kanan kiri. Anne menyadari, jika Jeha dan Reu adalah saudara kembar.
Setelah mengurus prosesi kremasi, Anne kembali ke rumahnya. Dia menatap lagi foto itu, kemudian dia menyulutkan foto itu di atas lilin.
“Aku tidak ingin dia tahu, mereka bersaudara,” gumam Anne. Anne tidak ingin Reu pada akhirnya akan berpihak pada Jeha, jika mengetahui Jeha adalah saudara kembarnya. ‘Biarkan mereka tetap menjadi orang yang berbeda, dari awal hingga akhir. Anggap saja, mereka hanya memiliki wajah yang mirip,’ batin Anne.
“Nyonya,” suara ketukan pintu diiringi dengan suara pelayan.
Anne membuka pintu, “Ada apa?”
Pelayan itu tampak berdiri dengan gemetar dengan wajah kebingungan, “Tuan muda … tuan muda sedari tadi mengunci diri di kamar. Tidak mau keluar untuk makan malam, Nyonya.”
Anne sesaat melupakan anaknya Lyox, yang mungkin saat ini lebih terpukul saat kehilangan Reu yang dianggap papanya. Anne menggerakkan kursi rodanya menuju kamar Lyox, membuka pintu dengan kunci cadangan yang disimpannya.
Tubuh Lyox, terbungkus dengan selimut putih. Terlihat tanpa pergerakan. Anne pun panik, dan segera menarik selimut itu. Kemudian, melihat wajah Lyox merah dan berkeringat. Dia menyentuh kening Lyox, dan menyadari anaknya demam.
Anne segera menelpon dokter pribadi untuk segera datang kerumah.
“Lyox,” ucap Anne, menyentuh tangan anaknya.
“Tunggu sebentar, sayang. Dokter akan segera datang.” Anne menarik selimut lebih lebar. Kemudian, menyuruh pelayan membuka kostum Superman yang masih dikenakan Lyox.
“Cepat buka pakaiannya!” ucap Anne dengan lantang. Tampak tidak sabar. Dia mampu merasakan tubuh putranya yang menggigil.
“Lyox, buka matamu!” Anne berteriak keras.
Lyox, tetap menahan matanya terpejam. Anne menepuk betis Lyox untuk membuka mata.
“Papa … papa,” ucap Lyox lirih, dia masih memejamkan matanya dengan erat, seakan tidak ingin melihat siapapun selain Reu.
Kedatangan dokter membuat Ibunya Anne ikut masuk kedalam kamar Lyox, melihat situasi yang terjadi pada cucunya.
“Demamnya tinggi, lebih baik jika langsung dibawa UGD,” ucap Dokter. Beberapa detik kemudian, Lyox mengalami kejang. Membuat Anne semakin panik.
Reu mending pura2 pingsan aja dah😅
berasa ada di drakor The K2.
Buku yg biola gk lanjut ya, ternyata fokus ke sini.👍