Tuan, Nyonya Berulah Lagi

Jonathan pergi dengan hati yang kecewa, merasa bahwa tidak ada yang mengerti dirinya dan keputusannya. Ia berjalan sendirian, memikirkan tentang situasi yang sedang terjadi dalam hidupnya.

Tapi dia akui, akhir-akhir ini dia tertarik pada Lisa dan cemburu setiap kali istrinya bersama pria lain. Ia merasa bahwa dirinya masih memiliki perasaan terhadap Lisa, dan tidak ingin kehilangan istrinya begitu saja.

Jonathan berhenti sejenak, memikirkan tentang apa yang harus dia lakukan untuk memperbaiki hubungannya dengan Lisa. Ia sadar bahwa dirinya telah melakukan kesalahan, dan sekarang dia harus mencari cara untuk memperbaikinya dan memenangkan kembali hati Lisa.

Kemudian dia mulai mengerti, dan kembali menelaah perkataan ibunya, Diana. Perkataan itu terus terbesit di pikirannya, seperti menyadarkannya untuk tidak bertindak gegabah dan membela yang terlihat.

Jonathan memikirkan kembali tentang sikapnya yang terlalu membela diri sendiri dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.

Ia mulai menyadari bahwa mungkin ada kebenaran dalam kata-kata ibunya, dan bahwa dia perlu lebih bijak dalam menangani situasi.

Dengan pemahaman baru ini, Jonathan merasa bahwa dirinya perlu melakukan perubahan dan memperbaiki pendekatannya terhadap masalah yang sedang dihadapi.

Jonathan baru kembali, dia melihat Meira yang berdiri di depan pintu tersenyum hangat menyambutnya pulang.

"Kak, kamu dari mana saja?" tanya Meira dengan rasa penasaran, sambil mengalungkan tangannya di tangan milik Jonathan.

Jonathan terkejut dengan kedekatan Meira, dan tiba-tiba dia merasa bahwa dirinya mungkin salah menyimpulkan sesuatu tentang hubungan Meira dan dirinya terlalu dominan.

'Apa aku salah menyimpulkan semua ini?' pikir Jonathan yang terlambat memahami sesuatu.

“Ya, aku mencari pekerjaan untuk bertahan hidup," jawab Jonathan dengan nada yang santai, mencoba untuk menutupi kebingungannya.

Meskipun fasilitasnya sudah dicabut oleh Diana, Jonathan tidak akan jatuh miskin dengan mudah, dan dia tidak ingin Meira mengetahui tentang situasi yang sebenarnya.

"Kak, sudah aku katakan sebelumnya, untuk tidak melawan kehendak bibi Diana. Pergi bujuk lah dia, fasilitas mu di cabut karena aku. Jangan membuatku sangat buruk di mata bibi!" Meira berusaha membujuk Jonathan agar kembali, sama sekali tidak nyaman tinggal di tempat kumuh.

Sama sekali tidak nyaman tinggal di tempat kumuh, Meira berharap Jonathan dapat memahami situasinya dan mau membujuk Diana untuk memaafkannya. Namun, Jonathan tidak terpengaruh dengan kata-kata Meira.

Seketika, Jonathan menepis tangan Meira, dan perlahan matanya terbuka melihat sifat wanita itu.

"Tidak. Aku tidak mau kamu dihina lagi!" kata Jonathan dengan nada yang tegas, menunjukkan bahwa dia tidak ingin Meira diperlakukan dengan tidak adil.

"Tidak perlu memikirkan aku, darah lah yang lebih kental. Bujuk bibi Diana, dan aku yakin dia memaafkanmu," tambah Meira, mencoba untuk membuat Jonathan merasa bersalah dan mau membantunya.

Namun, Jonathan tetap pada pendiriannya, tidak mau Meira diperlakukan dengan tidak adil.

"Aku lapar!" putus Jonathan yang mengalihkan perhatian, berlalu pergi meninggalkan Meira sendiri.

Meira merasa kesal dan frustrasi karena Jonathan tidak menghargai usahanya untuk membantunya.

'Apa gunanya aku merawat pria miskin sepertinya?' Meira berpikir dengan nada yang sedikit kesal, merasa bahwa dirinya tidak dihargai dan tidak berguna menunjukkan sisi baik dan lembutnya kepada Jonathan.

"Ck, lebih baik aku cari pria kaya lain, tidak berguna menahannya di sini," kata Meira dengan nada yang dingin, menunjukkan bahwa dia telah kehilangan minat pada Jonathan dan lebih memilih untuk mencari kesempatan lain yang lebih menguntungkan.

Mata Jonathan kembali terbuka secara perlahan, dan dia menyaksikan perubahan sikap Meira yang drastis setelah dia memutuskan tidak akan membujuk ibunya demi fasilitas.

"Aku tidak punya uang untuk membeli bahan makanan, pergilah bekerja di luar dan cari uang!"

Meira menatap Jonathan dengan mata yang mulai berkaca-kaca, kemudian dia menggelengkan kepala pelan dan mulai meneteskan air mata.

“Tidak ada uang? Belum lama aku mentransfer mu sejumlah uang, dan itu dalam jumlah besar.”

"Uang itu aku gunakan untuk membayar rumah sakit ibuku di kampung, juga mengontrol penyakitku ke dokter, jawab Meira dengan suara yang lirih, menunjukkan bahwa dia telah menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan yang sangat penting.

"Belum lama aku mentransferimu sejumlah uang, kemana uang itu pergi?" tanya Jonathan dengan nada yang sedikit keras, tidak menyadari bahwa Meira telah menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan yang sangat penting.

Meira hanya bisa menangis, merasa bahwa dirinya tidak dipahami oleh Jonathan.

"Kak, kamu tidak percaya padaku? Kamu bisa menelpon ibuku di kampung, tanyakan padanya," kata Meira dengan nada yang berharap dapat meyakinkan Jonathan.

Namun, Jonathan malah merasa curiga dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang Meira. Tiba-tiba dia merasa bahwa Meira tidak sebaik yang dia pikirkan sebelumnya, dan ingin menyelidiki sifat asli Meira yang sesungguhnya.

Dengan rasa penasaran yang meningkat, Jonathan memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang Meira, dan dia berencana untuk menghubungi ibu Meira di kampung untuk memverifikasi kebenaran cerita Meira.

Dia memutuskan menyelidiki masalah ini, apalagi hubungannya dengan Lisa terancam bercerai dan dia tidak ingin kehilangan kendali atas situasi.

"Aku ingin kamu mengawasi Meira!" titah Jonathan lewat telepon, meminta orang yang dia percayai untuk memantau Meira dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan nada yang tegas, Jonathan memberikan instruksi untuk memantau setiap langkah Meira, mencari tahu apa yang dia lakukan dan siapa yang dia hubungi.

Dia ingin mengetahui apakah Meira benar-benar seperti yang dia katakan, atau apakah ada sesuatu yang disembunyikannya.

Betapa terkejutnya Jonathan yang melihat topeng Meira, wanita itu juga menggoda pria lain dan mentraktir pria itu di restoran mewah.

Jonathan merasa sangat dikhianati dan marah ketika tahu niat Meira yang kembali padanya hanya untuk mendapatkan fasilitas dan keuntungan.

Dia tidak bisa percaya bahwa Meira bisa begitu tidak tulus dan manipulatif, menggunakan pesona dan kecantikannya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dari pria lain.

Jonathan merasa bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Meira, dan dia tidak bisa memaafkan kebohongan dan pengkhianatan itu.

‘Astaga, ternyata dia lebih buruk dari dugaanku,’ gumam Jonathan dalam hati, merasa bahwa Meira telah melampaui batas dengan kebohongannya.

Pria yang bersama Meira bertanya, memancing wanita disebelahnya mengungkap tabir.

"Bukankah kamu kekasih Jonathan?"

Meira dengan cepat membalas. "Aku tidak ingin menjadi perusak hubungan suami istri, tetapi dia terus mengancamku dan juga ibuku. Semua berita viral yang menjadi trending di sosial media hanyalah taktik kebohongan, dan dia juga memiliki temperamen yang sangat buruk seringkali memukuliku."

Mendengar percakapan Meira yang penuh kebohongan membuat Jonathan semakin marah. Kedua tangannya terkepal dengan sangat kuat, rahangnya mengeras, dan matanya memerah menahan emosi yang menggelegar.

Dia merasa dirinya telah dipermalukan dan dikhianati oleh Meira, dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bereaksi lebih lanjut.

Jonathan merasa bahwa dirinya telah menjadi bahan ejekan dan olok-olok Meira, dan dia tidak bisa memaafkan kebohongan dan pengkhianatan itu. Dia berpikir bahwa Meira telah memainkan perannya dengan sangat baik, tetapi sekarang dia telah terbongkar dan tidak ada lagi yang bisa menutupi kebenaran.

Dengan emosi yang semakin memuncak, Jonathan memutuskan untuk mengambil tindakan dan menghadapi Meira tentang kebohongannya.

Dia tidak bisa membiarkan Meira terus-menerus mempermainkan dirinya dan orang lain, dan dia akan melakukan apa saja untuk menghentikan kebohongan dan pengkhianatan itu.

“Beraninya dia memanfaatkan kebaikanku,” geram Jonathan.