NovelToon NovelToon
Suami Dadakan Super Aneh

Suami Dadakan Super Aneh

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:46.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mizzly

Pernikahan Mentari dan Bayu hanya tinggal dua hari lagi namun secara mengejutkan Mentari memergoki Bayu berselingkuh dengan Purnama, adik kandungnya sendiri.

Tak ingin menorehkan malu di wajah kedua orang tuanya, Mentari terpaksa dinikahkan dengan Senja, saudara sepupu Bayu.

Tanpa Mentari ketahui, Senja adalah lelaki paling aneh yang ia kenal. Apakah rumah tangga Mentari dan Senja akan bertahan meski tak ada cinta di hati Mentari untuk Senja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Setelan Pabrik

Mentari

Oh... jadi ternyata orang tua Pelangi adalah pemilik rumah kontrakan yang kutempati saat ini? Pantas Senja baik pada Pelangi, jangan-jangan mau minta diskon atau perpanjangan tenggat waktu membayar?

"Kenapa? Takut?" ejek Senja.

"Kenapa harus takut? Tinggal pindah kontrakan saja, beres. Yang penting, kamu yang bayar," balasku sambil tersenyum licik.

Percakapan kami terhenti karena kedua mertuaku keluar kamar. Aku menghidangkan nasi uduk yang kubeli lalu kami makan bersama sambil menonton siaran berita di TV.

"Ja, kamu mau ngontrak rumah sampai kapan? Tidak mau beli rumah saja?" tanya Pak Kusno.

Aku menguping pembicaraan mereka sambil memakan nasi uduk. Pura-pura acuh padahal aku penasaran apa jawaban Senja.

"Maunya sih beli rumah tapi nanti, Pak," jawab Senja sambil memakan nasi uduk dengan lahap.

"Nanti itu kapan, Ja? Kamu sudah punya istri loh sekarang," tanya Pak Kusno.

"Nanti juga kami pindah rumah, Pak. Sabar saja," jawab Senja dengan tenang.

"Kamu ngontrak terus, memangnya nggak ada uang untuk beli rumah?" tanya Pak Kusno lagi.

Aku menatap Senja dengan tatapan penuh harap. Semoga Senja berkata tidak punya, sehingga bapaknya yang seorang petani sukses itu akan membelikan kami rumah lalu kami bisa pindah ke rumah yang lebih baik daripada rumah kontrakan ini. Setelah tahu siapa pemilik rumah kontrakan ini, aku jadi sebal dan ingin secepatnya pindah.

Senja menatap ke arahku lalu tersenyum penuh maksud. "Sekarang masih belum tapi nanti pasti ada. Senja mau nabung dulu, Pak."

Sial! Kenapa sih Senja tidak bilang saja kalau dia tidak ada uang? Kalau menunggu dari uang hasil kerja meminta sumbangan masjid, mau berapa lama kami tinggal di rumah kontrakan ini? Kayaknya memang aku harus bekerja keras agar aku bisa kredit rumah sendiri.

"Ya sudah, terserah kamu saja. Oh iya, kemarin Om kamu datang ke rumah." Pak Kusno menatap ke arahku dengan serius. Aku tahu Om yang dimaksud adalah Om Budi, orang tua dari mantan calon suamiku, Mas Bayu. "Mas Budi mau bilang terima kasih karena kamu sudah menggantikan Bayu menikahi Mentari."

Selera makanku langsung menguap entah kemana. Apa-apaan sih Om Budi itu? Memangnya aku apa? Setelah anaknya bersikap bak pengecut eh sekarang bapaknya merasa berterima kasih karena Senja mau menggantikan peran anaknya? Huh, enak saja!

Seakan menjawab kekesalanku, Senja mengatakan sesuatu yang membuat emosiku sedikit reda. "Kalau Bapak ketemu lagi sama Om Budi, tolong katakan ini sama Om, ajari saja anak Om sendiri untuk jadi laki-laki yang gentle. Jangan kabur seenaknya tanpa menyelesaikan masalah. Aku tak butuh ucapan terima kasih dari Om Budi. Aku melakukan ini bukan karena anaknya tapi karena kebaikan hati Om Yusuf pada keluarga kita dan demi Mentari tentunya."

Deg.

Aku tak percaya Senja akan mengatakan hal itu. Ternyata benar, Senja menikahiku bukan karena Mas Bayu adalah saudara sepupunya melainkan karena Bapak dan aku.

Senja menatap ke arahku dengan tatapan layaknya seorang lelaki yang berusaha untuk melindungiku dengan segenap jiwa raganya. "Bilang juga sama Mas Bayu, jabatannya sebagai Lurah tidak membuatnya menjadi laki-laki yang pemberani tapi malah menjadikannya lelaki yang pengecut. Suruh dia melupakan semua masa lalunya dengan Mentari karena sekarang Mentari sudah menjadi istriku. Satu yang pasti, dia sudah kehilangan sesuatu yang sangat berharga."

Ya ampun Senja...

Ucapannya membuat jantungku kembali berdegup kencang. Apa yang Senja katakan adalah kata-kata penghiburan yang ingin aku dengar saat semua orang menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya ketika mempelaiku tak juga datang.

"Pasti, Bapak akan sampaikan apa yang kamu katakan. Bapak juga kesal dengan perbuatan mereka." Pak Kusno menatapku dengan tatapan penuh kasih, layaknya aku adalah anak perempuannya sendiri. "Jangan kamu pikirkan lagi ya, Mentari. Bapak tahu, kamu ke Jakarta karena tak sanggup dibicarakan terus oleh tetangga di kampung. Mulai sekarang, kamu tak perlu takut lagi. Kamu bisa pulang dan bertemu kedua orang tuamu, Senja yang akan antar. Biar seluruh orang kampung tahu kalau kamu menikah dengan lelaki yang melindungimu, bukan lelaki yang meninggalkanmu seorang diri."

Melihat begitu besarnya rasa kasih sayang dari keluarga Senja untukku membuat mataku memanas. Tanpa bisa kutahan, bulir-bulir air mata mengalir dari pelupuk mataku. "Terima kasih," ucapku dari hati.

.

.

.

"Ja."

"Hem."

"Udah tidur?"

"Belumlah. Kamu ajak aku ngobrol."

"Kok kamu nggak pergi nongkrong? Biasanya setiap malam kamu selalu pergi?" tanyaku.

Malam ini adalah malam ketiga kami tidur bersama. Kedua orang tua Senja masih menginap di Jakarta, rencananya besok mereka akan pulang.

"Selama kita tidur bersama, aku tidak akan pergi," jawab Senja.

"Ish, aku serius." Aku memukul lengannya pelan.

"Ih, jangan pegang-pegang! Bahaya!" omel Senja.

"Bahaya... bahaya... memang aku memegang bom?" balasku.

"Kamu tuh perempuan, Tari. Perempuan kalau di dekat laki-laki itu lebih berbahaya dari sebuah bom," jawab Senja.

"Otak kamu saja yang ngeres!" cibirku.

"Bukan aku yang mau. Itu sudah setelan pabrik," jawab Senja.

Entah kenapa aku malah tersenyum mendengar ucapannya. Sepertinya aku sudah terbiasa dengan ucapan dan tingkah laku Senja selama bersamanya beberapa waktu ini.

Aku jadi teringat ucapan Pak Kusno tadi pagi. Aku juga teringat bagaimana emosi Senja mendengar nama Mas Bayu disebut. Tanpa sadar aku menghela nafas dalam. "Huft...."

"Kenapa?" tanya Senja. Rupanya ia mendengar helaan nafas beratku.

"Aku kasihan ya, Ja."

"Kasihan kenapa?" tanya Senja. Senja menopang kedua tangannya agar bisa menatapku dengan lekat.

"Ya... kasihan. Aku ditinggal di hari pernikahanku," jawabku.

"Itu karena Mas Bayu adalah lelaki bodoh. Lelaki pengecut. Kalau memang dia tidak siap menikah, kenapa dia harus mengajakmu menikah? Kalau memang dia masih ingin main-main, seharusnya dia tidak melamarmu. Itu semua karena-"

"Mas Bayu bukan tidak siap menikah denganku," potongku sebelum Senja selesai bicara.

"Lalu? Kenapa dia tak datang?" tanya Senja penasaran.

"Kamu tak tahu?" tanyaku dengan kening berkerut.

Kutatap ke dalam mata Senja, mencari sedikit kebohongan yang ia sembunyikan. Sayangnya, tak ada sedikitpun yang berhasil kutemukan. Senja berkata jujur. Ia tak tahu alasan Mas Bayu meninggalkanku.

"Aku tak tahu," jawab Senja. "Saat aku baru sampai ke rumah Om Budi, Bapak dan Ibu nampak panik. Mereka bilang, Mas Bayu pergi entah kemana dan tak bisa dihubungi sejak kemarin. Di sana keluarga nampak panik, tak tahu harus berbuat apa. Bapak dan Ibu takut, Bapakmu akan mendapat malu karena anaknya ditinggal oleh mempelai pria di hari pernikahannya."

"Lalu?"

"Om Budi dan keluarga terus menghubungi Mas Bayu namun tetap tak bisa dihubungi. Tak ada yang pergi ke rumahmu untuk menjelaskan kondisinya. Bapak yang kesal akhirnya mengajakku dan Ibu untuk ke rumahmu. Kami siap jika Bapakmu melampiaskan marahnya pada kami-"

"Bapak sudah menduga kalau Mas Bayu tak akan datang." Aku memotong kembali ucapan Senja.

Senja kini duduk tegak. Keningnya berkerut dalam. "Bapak sudah tahu?"

Aku ikut duduk. Kumainkan jari jemariku sambil menundukkan kepalaku. "Aku juga sudah menduga kalau pernikahanku tak akan terlaksana."

"Maksud kamu? Kamu sudah tahu kalau pernikahanmu tak akan terlaksana tapi kalian tetap melaksanakan acara pernikahan?"

Aku bisa merasakan tatapan tajam Senja tertuju padaku. Kuangkat wajahku dan kutatap Senja dalam. "Aku memergoki Mas Bayu selingkuh dua hari sebelum hari pernikahan kami."

"Mas Bayu selingkuh?"

"Ya, tepatnya dengan adikku, Purnama."

"Apa?"

****

1
𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗
modusssssss🤣🤣🤣🤣🤣
𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗
nah gitu donk
𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗𝐓𝐔𝐍𝐆❗
parah.. mau jujur aja susah
SasSya
si somplak ketiban durian za nja 😂
SasSya
hooooooo
nazar ternyata,yg bikin tari salah faham 🤣
Muh. Yahya Adiputra
wahhh.. senja mah pintar bangett yach kamu, mengira apa yg kamu lakukan adalah mimpi padahal itu adalah sesuatu yg nyata adanya 😂😂😂
SasSya
😂😂🤣🤣🤣
astagfirullah, gendheng
pantes tari ilfeel
Muh. Yahya Adiputra
boleh bangett.. udah halal dan bahkan lebih d@ri itu juga boleh 🤭
ani surani
wah, ada kemajuan nih Ja, Tari mulai ngekhawatirinmu. kamu hrs trs berusaha biar Tari lama2 mencintaimu juga 😊😊
Imas Atiah
ja kamu ngigo nya enak ya maen cium aja ,udh jujur kalau kamu cinta sama tari
Putri Dhamayanti
nyata ja... nyata.. gw do'ain itu nyata bukan mimpi 🤭
Purnama Pasedu
tari marah nggak ya
S𝟎➜ѵїёяяа
nglindur ya nja
perasaanmu kayak mimpi padahal tari yg ada di mimpimu itu nyata..
awas habis ini di tabok tari , nyosor wae🤣🤣🤣
santi astuti
senja menang banyak niy 🤣🤣
no 🎸 ve
Bukan mimpi oiii Senja....☺
no 🎸 ve
Buang lah Ja, demi pujaan hati 😄
tehNci
Sudah cukup Ja, jangan pendam lagi isi hatimu. ntar jadi makin dalem nggak keluar lagi, jadi jerawat batu, gimana? sampaikan aja isi hatimu ke orangnya, ja...Biar Mentari bisa membalas cintamu.
no 🎸 ve
Boleh dunk, kan dah halal ☺
ᒍՄ🎐ᵇᵃˢᵉ
wuahh tari pasti terkejut secara tiba² di sosor oleh senja 😧
Mawar Hitam
Itu Senjanl ngigo apa vmcari kesempatan ya.

kalau ngigo mah kasihan bangat tapi kalauccari kesempatan lanjutkan Ja. jang cium.doank sekalian di inboxing deh...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!