"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Menunggu Suami Pulang
Justin menoleh, menatap lekat ibunya, "Ibu mempunyai rencana?"
Julie mendekat, "Ya, jika itu memungkinkan kita akan lakukan."
Tidak mau bertindak gegabah, Justin mengabaikan rencana ibunya untuk sementara waktu, belum saatnya untuk berbuat nekad, "Aku minta, mama jangan melakukan apapun, bersikaplah seperti biasa. Aku akan bicara dengan penasehat."
.....
Kejutan yang diledakkan Arthur dan Alfred menjadi topik panas yang sedang dibahas seluruh keturunan Smith. Dalam hitungan menit berita ini langsung menyebar cepat.
Segelintir orang ada yang merasa takut, takut kala mengingat apa yang mereka lakukan dimasa lalu. Terang-terangan meminta Alfred diturunkan. Apa lelaki itu akan balas dendam dimasa kini?
Mereka mulai menyusun rencana, yang terpenting, tetap selamat. Yang dulu menentang Alfred berlomba-lomba merebut kembali kepercayaan Tuan Muda, puluhan pesan dari para penjilat dikirimkan lewat Arthur, isinya pujian, sanjungan dan kata-kata mutiara untuk Alfred.
Alfred melemparkan ponsel Arthur di sofa, badannya panas melihat puluhan pesan dibenda itu, hatinya marah ingin sekali memusnahkan mereka.
"Kita kembali sekarang," ajak Alfred, langkah pertama selesai dan sukses, dia harus segera kembali ke asalnya.
"Saya akan siapkan mobil, tuan!"
......
Kastil.
Ini sudah jam sebelas malam, tapi dia masih belum kembali.
Ariel yang sudah kembali sejak dua jam lalu, menatap jam dinding besar berwarna coklat yang tergantung di ruang utama kastil. Seharusnya mereka sudah kembali sebelum jam sepuluh malam, kan!
"Nona, ini sudah larut. Sebaiknya Anda tidur, saya yang akan menunggu tuan muda," bibi Imel, yang sejak tadi mendampingi Ariel, meminta gadis itu beristirahat, sejak tadi Ariel mondar-mandir ke pintu utama, dia menunggu Alfred.
"Jika dia kembali dan aku kedapatan tidur, bukankah akan menjadi masalah besar."
Memang serba salah, menunggu salah tidak menunggu pun salah. Sebelumnya, lima menit sebelum Ariel pulang ke rumah orang tuanya, Arthur menyampaikan pesan dari Alfred (Nona, selain sebelum jam 10.00 malam Anda harus sudah kembali, Anda juga harus menunggu tuan muda pulang) begitulah bunyi pesan yang dikirim Arthur.
Ariel yang tidak mau menambah masalah dengan suaminya, memutuskan kembali secepat kilat. Cukup memastikan keadaan Kakak dan Ayahnya baik-baik saja, wanita ini bergegas kembali ke kastil. Tapi faktanya, lelaki itu yang belum kembali.
Tapi... ada baiknya malam ini Alfred terlambat pulang, kastil jadi terang. Semua lampu bekerja dengan semestinya.
"Saya, akan membangunkan Nona jika tuan muda kembali."
"Tidak apa, aku tunggu saja. Mungkin sebentar lagi mereka pulang. Bibi yang harus istirahat."
"Saya, akan tetap menemani Anda di sini."
Ariel tidak bisa melarang meskipun dia melihat raut lelah di wajah perempuan itu, Imel tetap ingin menemaninya.
....
"Al, aku senang bisa kembali bertemu denganmu. Entah denganmu, apa kamu juga senang bisa kembali bertemu denganku?"
Alfred yang siap ingin kembali ke kastil, harus tertahan saat Milea menyapanya. Bukan sekedar sapaan biasa tapi gadis ini mampu menahan Alfred cukup lama sampai membuat lelaki itu terlambat pulang.
Alfred yang kini sudah menjelma menjadi bongkahan es hanya diam membeku saat Milea mulai mempertanyakan dan mengungkit sesuatu yang seharusnya tidak perlu dibahas, tapi telinganya mendengar jelas suara Milea.
"Apa kamu membenciku?" satu pertanyaan ini meluncur tanpa beban, "Ya, Al kamu pasti membenciku, jika tidak, tidak mungkin kamu hanya diam seperti ini padahal aku sudah banyak bicara sejak tadi."
Milea beranjak dari duduknya, "Al, selamat atas pernikahanmu dan juga, selamat karena kau kembali memiliki apa yang memang harus menjadi milikmu." Milea diam sejenak, hatinya sakit melihat lelaki itu yang hanya diam diam dan diam.
Bersuara lah Al, setidaknya tanyakan kabarku....
Milea melihat mesin waktu yang melingkar di tangannya yang mulus, "Aku sudah terlalu lama menahan mu, kamu pasti ingin buru-buru pulang kan, karena istrimu menunggu di rumah," Milea mengatakan ini dengan tersenyum getir.
Tidak bisa dibantah atau disembunyikan, Alfred cinta pertamanya begitu juga sebaliknya, Milea cinta pertama Alfred. Mereka berpisah bukan karena sudah tidak saling mencintai.
Dihati mereka masih sama-sama menyimpan rasa cinta.
"Kau juga akan menikah dengan Justin!"
Milea tertegun sesaat, akhirnya lelaki itu berbicara dengannya, lagi-lagi Milea tersenyum getir saat sadar, ucapan Alfred menegaskan hubungannya dan Justin. Ya, dia memang akan segera menikah dengan Justin. Tapi sebelas tahun bersama lelaki itu Milea tidak memiliki rasa cinta sedikitpun.
"Ya, dua bulan lagi aku akan menikah dengan, Justin."
Rencananya, Milea dan Justin akan melangsungkan pernikahan setelah pengesahan Justin sebagai Tuan Muda utama. Tapi... pengesahan itu tidak akan terjadi, apakah pernikahan mereka juga tidak akan pernah terjadi?
Sesungguhnya Milea gadis yang ditunjuk keluarga Smith sebagai calon istri Tuan Muda utama, ini sudah ditentukan sejak mereka masih kanak-kanak. Tapi karena saat itu Alfred diturunkan jadi Justin lah yang menjadi tunangan Milea.
Sekarang! Alfred kembali ke posisi semula, apakah Milea juga akan kembali padanya?
Alfred menyeringai, Milea memandang bingung, "Al, jujur padaku, apa kamu membenciku? membenciku karena aku telah meninggalkanmu?"
. "Tidak!" sahut Alfred tegas, namun kata tidak ini, membuat hati Milea semakin sakit.
Tidak mungkin jika dia tidak membenciku. Dia tidak sekalipun menatap mataku. Aku tau dia sangat membenciku.
"Semoga, apa yang kamu katakan benar."
"Alfred!" panggil Ayunda, memecahkan momen reuni hati, Alfred dan Milea.
"Kamu tidak kembali, Ariel pasti sudah menunggu kepulanganmu." Wanita ini langsung berdiri di belakang kursi roda Alfred.
"Aku akan segera pulang."
"Tapi... ini sudah malam bibi, apa tidak sebaliknya Alfred bermalam di sini? menurut perkiraan cuaca, jam dua belas malam nanti akan turun hujan badai. Jalan menuju kastil sangat rawan," timpal Milea.
Ayunda merubah ekspresi di wajahnya, dia menatap lekat Milea.
"Bibi, tolong jangan salah paham, bukan maksudku untuk melarang, aku hanya takut terjadi sesuatu pada Alfred."
Ayunda yang memang sudah tidak lagi menyukai Milea, tepatnya saat gadis itu mencampakkan anaknya, menatap tajam Milea, "Andai! sebelas tahun yang lalu kamu berpikir seperti ini, anakku tidak akan mengalami kecelakaan pada malam itu."
"Ma!" panggil Alfred, dia tidak mau mengungkit atau mengingat masa lalu yang sudah terjadi. Memang kejadian itu sangat buruk hingga merubah total kehidupannya, tapi ada hikmah yang bisa Alfred dapatkan atas kejadian itu. Dia jadi tahu, siapa orang yang tulus menyayanginya dan siapa orang yang mengkhianatinya.
Ayunda menarik nafas dalam-dalam, dia khilaf, entah kenapa setiap melihat Milea wanita ini jadi terbayang-bayang kecelakaan Alfred. Ayunda, sudah tidak ini lagi melihat gadis itu tapi Julie selalu membawanya pulang ke rumah.
"Maafkan aku bibi, aku bersalah!" sesal, Milea dengan wajah tertunduk sedih.
"Lupakan, Milea, bukankah seharusnya kamu juga pulang?"
. "Justin pergi, karena ada urusan penting dia tidak bisa mengantarku. Bibi Julie, memintaku untuk bermalam disini."