Seorang mafia kejam yang ingin memiliki keturunan. Namun sang istri hanya memiliki sedikit kemungkinan agar dia dapat mengandung. Begitu tipis kesabaran yang di miliki oleh pria tersebut pada akhirnya dia mengambil jalan tengah untuk memiliki keturunan dari wanita lain. Apakah nantinya sang Istri dapat menerima dengan senang hati merawat anak dari wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritasaya22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
INGIN MEMBUATNYA BAHAGIA
Perlahan kesadarannya mulai kembali dan ia pun terbangun.
Meregangkan tubuh dan menatap ke arah jendela kamar, yang masih tertutup tirai tebal. Sinar mentari mulai menembus tirai itu dan tandanya hari mulai siang.
Tok Tok Tok!
Pintu kembali diketuk dan Ziya pun langsung bangkit dari posisi tidur. Siapa yang mengetuk? Apakah pelayan?
Bukankah biasanya, para pelayan akan masuk sesuka hati karena pintu kamarnya, tidak pernah dikunci. Sadar tubuhnya telanjang bulat, Ziya berlari ke arah kamar mandi dan mengenakan jubah mandi.
Saat berada di dalam kamar mandi, tatapannya tertuju ke arah jacuzzi dan serta merta, wajahnya merona. Begitu panas dan berhasrat percintaan tadi malam, setelah beberapa hari mereka tidak bertemu.
Perasaannya cukup senang tentu dengan catatan ia tidak memikirkan apa yang terjadi setelah itu. Setelah bercinta pria itu akan meninggalkannya sendirian.
Tidak ada pelukan atau belaian, saat bercinta telah berakhir. Menarik dan membuang napas Ziya mengencangkan tali jubah mandi yang terikat di bagian pinggang, kemudian berlari kecil ke arah pintu dan membukanya.
"Selamat siang, Nona. Maaf, mengganggu waktu tidur Nona," ujar seorang pelayan yang berdiri di hadapan Ziya .
"Ehm, tidak masalah. Hari sudah siang dan sudah waktunya untuk bangun. Namun, ada apa? Bukankah kalian biasanya langsung masuk ke kamar?" tanya Ziya .
" Tuan melarang kami masuk ke kamar dengan sesuka hati. Kami harus mengetuk dan mendapat izin dari Nona, barulah dapat masuk ke kamar ini," jelas si pelayan. Ya, perintah sang Tuan baru dititahkan tadi pagi.
Artinya, para pelayan harus mulai menghormati tamu mereka. Pelayan di Mansion ini adalah pelayan profesional dan dibayar mahal.
Mereka berkerja di bawah ikatan kontrak dengan pasal yang ketat. Mereka tidak boleh mencampuri urusan sang Tuan, tidak boleh berkomentar maupun berkelompok, harus mematuhi perintah tanpa bertanya, melayani dengan sepenuh hati dan yang paling utama adalah menjaga ucapan serta tidak membocorkan apapun terkait pekerjaan termasuk Tuan yang dilayani.
Ziya mengangguk. Penjelasan singkat tentang pria itu yang para pelayan panggil Tuan, membuat perasaan Iya menghangat.
la bodoh, jika mengartikan lebih. Namun, bukankah memang ia bodoh? Bahkan, saat ini perasaannya mulai berbunga-bunga.
"Nona," panggil si pelayan, membuyarkan lamunan Ziya .
"Ya," balas Ziya .
"Tuan meminta Nona, untuk turun ke bawah dalam waktu 20 menit. Serta Tuan berpesan agar Nona mengenakan setelan kasual," jelas si pelayan sebelum pamit.
Ziya langsung kembali ke dalam kamar dan berusaha menemukan pakaian kasual. Pilihannya jatuh kepada celana kain, model pensil berwarna coklat dan atasan sutera berwarna putih gading V neck dengan sedikit lengan.
Lalu membuka laci di mana pakaian dalam berada dan mengambil satu set yang putih.
Ziya mandi dengan bergegas dan mulai berpakaian. Kemudian ia memoles wajah dengan pelembab dan sedikit lip gloss pada bibir.
Rambutnya di gelung longgar ke bagian atas kepala. Menatap pantulannya di cermin, spontan Ziya kembali melepaskan atasan sutera itu.
Kemudian ia melepaskan bra dan melemparnya ke lantai, setelah itu kembali mengenakan atasan itu. Entah mengapa, Lyra ingin terlihat seksi di hadapan pria itu.
Mungkin, karena ia mulai kecanduan dengan cumbuan pria itu. Kembali menatap ke arah cermin, ia pun tersenyum puas saat bayang-bayang puting yang menegang tercetak oleh kain sutera yang halus itu.
la yakin pria itu pasti sadar akan undangannya. Menepuk perlahan kedua pipinya, Ziya berusaha menghilangkan panas pada wajahnya.
Tidak ingin berubah pikiran, Ziya bergegas keluar dari kamar mandi dan mengenakan sepatu bertumit rendah, dengan warna yang senada dengan pakaian atasannya. Lalu, ia pun keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.
15 menit, Ziya hanya butuh 15 menit untuk bersiap. Di bawah tangga, pelayan tadi sedang menunggu di sana.
"Ayo, Nona. Tuan sedang menunggu," ujar pelayan itu sopan. Ziya mengangguk dan menunduk sedikit, saat berjalan berdampingan dengan pelayan tersebut.
la malu karena tidak mengenakan bra. Apalagi, pakaian yang terbuat dari sutera, terasa begitu lembut dan tipis, seakan tidak menutup payudaranya.
Bahkan, setiap langkah kaki membuat payudaranya ikut bergoyang. Mereka berjalan cukup jauh dan keluar dari Mansion.
Ke mana pelayan itu akan membawanya? .
Mereka berdua terus melangkah, melewati halaman belakang yang luas, melalui jalan setapak yang terbuat dari susunan batu alam yang begitu indah.
Ziya dapat mendengar suara dengungan mesin yang cukup memekakkan telinga, serta angin yang cukup kencang.
Ternyata, mereka pergi ke tempat di mana helikopter terparkir, tepatnya helipad. Rasa malu dan tidak percaya diri, saat tatapannya mendapati sosok pria itu.
Darren Arshaq Ryzadrd berdiri di dekat pintu helikopter yang terbuka. Pilot sudah menyalakan mesin dan baling-baling mulai berputar, tidak terlalu kencang.
Ia mengenakan kacamata hitam untuk terhindar dari terik matahari. Hari ini, ia mengenakan kemeja putih lengan pendek yang dipadu dengan celana jeans.
Untuk sepatu, ia tetap menyukai sepatu yang terbuat dari kulit asli, tapi ia memilih gaya sepatu yang tidak begitu formal.
Entah apa yang merasuki nya, tadi pagi-pagi sekali ia sudah datang ke Mansion dan saat hendak pergi ke kamar Ziya , ia melihat beberapa pelayan yang masuk untuk membersihkan kamar, saat wanita itu masih terlelap.
Hal itu membuatnya kesal, sebab bagaimana jika mereka mengganggu tidur wanita itu dan mengapa mereka begitu lancang.
Karena itulah, ia mengusir semua pelayan dari kamar dan menurunkan perintah agar para pelayan tidak sesuka hati dan menghormati Ziya Ardenson.
la sudah gila, biasanya ia tidak peduli dengan hal remeh seperti ini.Selain itu, saat menatap Ziya yang sedang tertidur pulas, tiba-tiba ia ingin membuat wanita itu tertawa dan gembira.
Selama ini, ia hanya membuat wanita itu mengerang dan mendesah. Maka dari itu, ia berencana membuat wanita itu gembira. Satu kali saja.
Hanya satu kali, ia ingin membawa wanita itu melihat pemandangan dari atas langit dan pergi ke kota tetangga, untuk makan siang.
Saat melihat ada orang yang melangkah ke arah nya, Darren langsung menoleh. Darahnya kembali berdesir, hanya dengan menatap wanita itu dari kejauhan.
Ziya Ardenson, gadis itu mendapatkan perhatian Darren sepenuhnya. Bahkan, saat ini Darren yang begitu terpukau tidak lagi mendengar dengungan baling-baling helikopter yang berputar pelan.
Tatapan yang saling bertubrukan, mampu menghantar getaran yang tidak kasat mata di antara mereka berdua. Getaran yang membangkitkan semua kenangan panas, yang telah mereka lalu.
Kenangan yang membuat mereka candu dan terus menginginkan kenikmatannya, yang saling diberikan. Darren melepaskan kacamata hitamnya dan melangkah ke arah Ziya.
Mereka pun bertemu di tengah-tengah jalan yang akan membawa mereka ke helikopter.Tanpa basa-basi, Darren langsung memeluk pinggang ramping itu dan menarik tubuh mungil Ziya , agar langsung menempel padanya.
"Mau menggodaku? Baby girl hmm...." bisik Darren dengan bibir yang bersinggungan dengan bibir Ziya.
Napas Ziya mulai memburu. Ia tidak mampu, mengatasi pesona dan kehangatan pria itu. Kakinya lemas dan tubuhnya langsung merindukan sentuhan.
Tatapannya mulai sayu dan bibirnya setengah terbuka. Mengharapkan ciuman, dari pria itu.
Darren, menatap ke arah payudara yang membusung dibalik pakaian berbahan sutera. Lekukan dan bulatan keindahan itu, tercetak sempurna.
Menghimpit tepat di dada bidangnya dan Darren dapat merasakan kelembutan yang tidak terhalang oleh bra.
Memejamkan mata dan menggeram, butuh usaha besar untuk tidak menyeret wanita ini ke dalam Mansion dan kembali bercinta bersama .
Godaan begitu besar. Namun, keinginan untuk membuat wanita ini tersenyum lebih besar dan mampu menahan gejolak hasrat yang menggila.
"Ayo," bisik Darren dan mengecup lembut pipi Ziya, kemudian melepaskan pelukannya.
Butuh beberapa saat bagi Ziya , agar mampu berdiri tegak dan sadar kembali dari pesona pria itu. Darren mengenakan kacamata hitamnya kembali dan menggandeng tangan Ziya .
Kemudian, bersama mereka melangkah ke arah helikopter dan masuk. Ziya gugup. la belum pernah melakukan perjalanan menggunakan pesawat dan kali ini, ia langsung dihadapkan dengan helikopter.
Darren membantunya memasang headphone, kemudian sabuk pengaman. Lalu, pria itu duduk di kursi lain, tepat di samping Ziya .
la juga mengenakan headphone dan memasang sabuk pengaman.
"Jangan takut , saya ada disini " ujar Darren melalui headphone dan terdengar langsung oleh Ziya . Ziya menoleh ke arah Darren dengan wajah yang menunjukkan ketakutan dan tersenyum manis seketika.