Karna obsesinya pada seorang pria tampan, Kimmy nekad menjebak pria itu untuk menjadi suaminya, sampai sang pria tidak memiliki pilihan untuk melarikan diri.
Sipatnya yang bar-bar, ceroboh, dan semaunya, membuatnya merasa terperangkap dengan jebakannya sendiri, ia merasa terpenjara di tempat suci bernama pondok pesantren.
Tempat itu tak lantas langsung merubah diri Kimmy dengan cepat, berbagai tingkah ajaibnya selalu mewarnai orang-orang sekitarnya.
Lantas bagai mana dengan kisah cintanya bersama pria tampan?, yang merupakan seorang anak dari pemilik pondok pesantren. Semua orang memanggilnya Gus Ridwan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka
"Lepaskan aku! "
"Tidak. " Ridwan menarik tangan istrinya dengan kasar, kini semua mata tertuju ke arah mereka. Ridwan benar-benar merasa di permalukan dengan tindakan istri jadi-jadiannya, setelah sampai rumah pria itu membanting pintu membuat Risma dan Umi menghapiri keduanya.
"Ada apa Dek? ". Risma tidak dapat menahan tawa saat melihat adik iparnya mengenakan rok berbahan dasar taplak meja kantin dengan beberapa noda sau dan minyak, di kepala gadis itu juga terdapat sorban yang di bentuk sedemikian rupa menyerupai hijab segi empat, Risma yakini sebagai alat tutup kepala. Beberapa kali Risma tergelak meledakan tawanya.
"Lihatlah wanita jadi-jadian ini mbak!, dia keluar dari rumah hanya mrngenakan kaos oblong dan celana sebatas paha, dia nampak seperti wanita malam, sepertinya dia berniat sekali ingin mempermalukanku, dan sorbang yang ada di kepalanya beserta taplak meja itu, Shaleh lah yang memakaikannya". Ridwan tak dapat membendung emosinya.
"Jangan marah-marah Lek nanti cepat tua".
"Umi benar Gus, apa kau ingin cepat mati? " Bisa-bisanya gadis itu membuka mulut di saat suaminya tengah berapi-api.
"Ya Salam, Adik iparku ini benar-benar langka bisa-bisanya dia tidak takut, bahkan masih berani mengangkat dagunya saat mengatai suaminya sendiri". Risma meringis pelan saat mendengar keberanian adik iparnya.
"Ya Allah. Harus dengan apa aku memberitahunya?" Ridwan meraup wajahnya frustasi.
"Apa salahnya jika aku ingin makan dan pergi ke kantin? di sini suamiku tidak menafkahiku, aku makan di sana hanya inngin bertahan hidup".
"makan kekantin tidak salah, hanya saja caramu berpakaian nampak seperti bocah umur 2 tahun". Riza menyahut kemudian menghampiri Kakak iparnya.
Ridwan yang akan membuka mulut mengurungngkan niatnya.
"Kimmy masuk kamar!"
"aku lapar, belum sempat makan, keburu ada pria tampan yang menutup kepalaku dengan sorban ini". Ridwan memelototkan matanya 'apa katanya tampan, dengan santainya wanita jadi-jadian itu bilang tampan di depan suaminya sendiri benar-benar melunjak.
Tanpa di duga Ridwan menarik kuping istrinya, "Dasar istri nakal".
"Awsh, Sakit, sakit, Astaga baru dua hari aku Menjadi istri si Agus sudah dua kali pula aku mendapati Kdrt,". Bukannya diam Kimmy kembali berteriak memaki di hadapan suaminya.
"Setidaknya biarkan aku makan terlebih dahulu Agus". Ridwan melepaskan jemarinya dari telinga istrinya, Kimmy kini menggosok telinganya yang terasa panas.
"Cepatlah masuk kamar!, aku akan mengambilkan makanan untukmu". Akhirnua Ridwan mengalah dan memutuskan untuk mengambil makanan didapur.
"Umi, adik iparku itu benar-benar menggemaskan tingkahnya yang randome itu membuatku terpesona, Ridwan bahkan berulang kali kewalahan dengan tindakannya," Risma terkikik geli dengan kelakuan gadis itu.
"Benar mbak, sampai aku mulai mwlihat kerutan di sekitar kantung mata mas Ridwan, sepertinya darah mas Ridwan akan menanjak pesat dan akan terlihat semakin tua". Riza menimpali celotelan kakak wanitanya.
"Jaga bicaramu Riza atau aku akan memotong uang jajanmu". Ridwan melanjutkan langkah dengan nampan di tangannya.
"Ya, mas! "
"Yah cemen, baru di ancam seperti itu udh ciut".
"Sudah-sudah mengapa kalian malah bertangkar?".
*di dalam kamar
"Astaga kencang sekali pria itu mengikatnya" Kini Kimmy menggerutu karna susah membuka simpul taplak meja di pinggangnya. Sedangkan Ridwan hanya menatap datar kelakuan istrinya.
Lama-lama Ridwan merasa jengah karna istrinya tak kunjung meminta tolong padanya. "Dasar keras kepala". Ridwan mendengus kesal, tanpa di minta lagi Ridwan mendekati Kimmy dan meraih pinggang istrinya, "biasakan meminta tolong jika kau merasa kesulita, sudah tau kau nampak bodooh dalah semua hal" , kalimat ketus itu menyinggung Kimmy.
"Aku bisa sendiri!," Kimmy mendorong kasar tubuh Pria taman itu, tangannya bergegas membuka laci di dekatnya dan megambil gunting di sana, karna memang Kimmy melakukannya tidak hati-hati menggunting taplak mega itu sampai menembus kaosnya dan..
"Ahh." Lenguhnya, pinggangnya tergores dengan ujung gunting itu sampai darah mulai keluar. lukanya memang tidak lebar tapi lumayan cukup sakit.
"Ya Tuhan ini benar-benar neraka, dalam dua hari aku mendapati beberapa luka di tubuh indahku" Kimmyi membatin, karna memang sebelumnya Kimmy sangat jarang terluka.
"Astagfirullah, kenapa tidak hati-hati sih,?" Saat Ridwan ingin mendekat Kimmy mengangkat tangan sebagai isyarat untuk menghentikan langkah suaminya.
"Tetap di tempatmu, jangan mendekat! ". Meskipun ia merasa perih tapi tidak di hiraukanya luka yang ada di perutnya, Kimmy segera meraih makanannya dan memakan dengan rakus karna memang dirinya selapar itu.
Sesekali Kimmy meringis di tengah makannya, dengan mengalihkan tatapan ke arah suaminya ia menggerutu, " Dasar duami durhaka, tidak peka! "
.