Masalah ekonomi membuat sepasang suami istri terpaksa harus tinggal di salah satu rumah orang tua mereka setelah menikah. Dan mereka memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua sang istri, Namira.
Namira memiliki adik perempuan yang masih remaja dan tengah mabuk asmara. Suatu hari, Dava suami Namira merasa tertarik dengan pesona adik iparnya.
Bagaimana kisah mereka?
Jangan lupa follow ig @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa Bohong
Sampai di rumah, Dava membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merogoh hp di saku celana dan mendapati empat panggilan tak terjawab dari istrinya dan dua chat masuk. Tanpa pikir panjang lagi Dava langsung membuka chat tersebut.
Istri:
Mas, ibu masuk UGD. Tadi ibu pingsan pas nunggu antrian. Aku harap kamu bisa datang ke sini.
Dava spontan bangun dan duduk. Tanpa membalas pesan Namira, dia bergegas pergi kembali menuju motornya dan berniat untuk menyusul Namira ke rumah sakit.
***
Sampai di rumah sakit, pandangan pertama Dava tertuju pada mamanya yang sudah ada di sana. Mama Sofia dan Namira langsung bangun berdiri begitu melihat Dava datang.
"Mama? Mama ada di sini juga?"
"Iya, tadi Namira telepon mama katanya bu Ita masuk UGD. Terus Namira juga bilang kalau kamu gak bisa di hubungi."
Dava terlihat tetap tenang.
"Aku kan udah bilang sama Namira, ma. Kalau mulai minggu ini aku kerja sampingan. Begitu aku baca chat dari Namira tadi, aku langsung pamit buat ke sini," Dava memberi alasan bohong supaya mereka percaya jika dia benar-benar kerja sampingan di hari minggu.
Mama Sofia menoleh ke arah Namira, sebab Namira belum cerita soal itu padanya.
"Iya, mas. Maaf kalau aku ganggu waktu kerja kamu. Tapi aku cuma niat kasih tahu kamu aja. Jujur aku pamit banget tadi dan aku gak tahu harus telepon siapa lagi kalau bukan kamu suami aku. Karena cuma kamu yang ada di pikiran aku. Terus aku juga kasih tahu mama. Maaf ya ma kalau misalkan aku ngerepotin mama." Namira menunduk merasa bersalah.
"Jangan bicara seperti itu, Namira. Apa yang kamu lakukan itu benar. Dava itu suami kamu dan mama juga orang tua kamu. Kita ini keluarga, sayang. Jadi kalau ada apa-apa di antara kita, keluarga wajib tahu. Mama senang kalau kamu kasih tahu mama apapun yang terjadi, itu artinya kamu menganggap dan menghargai mama sebagai mertua kamu," tutur mama Sofia.
Namira masih merasa tidak enak terhadap suaminya karena secara tidak langsung Dava bilang mungkin dia menganggu pekerjaannya. Dava sendiri juga merasa bersalah karena telah membohongi istrinya sendiri demi Sera.
Dava melangkah mendekat ke arah istrinya dan membawa Namira ke dalam pelukan. Ia tahu jika Namira saat ini pasti sedang butuh seseorang dan pelukan itu darinya.
"Aku minta maaf, aku gak bisa selalu berada di samping kamu di saat seperti ini," ucap Dava lirih di angguki oleh Namira.
"Iya, mas. Aku ngerti, kok."
Dava terus mengusap bahu Namira guna memberi ketenangan pada wanita yang tengah khawatir mengenai kondisi ibunya.
***
Sudah hampir jam lima sore. Dava sudah mulai gelisah karena seharusnya dia sudah on the way menuju tempat kerja Sera untuk menjemput gadis itu. Akan tetapi saat ini dia masih stay di rumah sakit.
Bu Ita sudah di pindahkan ke ruang rawat inap, karena harus di rawat inap mengingat kondisinya yang melemah. Dava berusaha mencari alasan bagaiamana caranya dia bisa pergi tanpa di curigai oleh Namira.
Mama Sofia sendiri sudah pulang dua jam lalu karena tidak bisa stay di rumah sakit dan ada sedikit urusan.
"Sayang .. Aku pamit pergi sebentar, ya. Aku mau ke tempat kerja sampingan aku, aku mau minta maaf karena hari ini aku gak jadi buat kerja. Hp aku lowbat, jadi aku gak bisa hubungi dia lewat telepon. Lagipula aku masih butuh kerjaannya buat minggu depan dan minggu-minggu berikutnya. Apalagi kita juga butuh uang buat bayar rawat inap ibu."
Namira diam sejenak seraya berpikir jika yang di katakan oleh suaminya benar juga. Saat ini dia sedang butuh uang untuk biaya rumah sakit sang ibu.
"Iya, mas. Kamu hati-hati, ya."
"Iya, sayang."
"Oh iya, mas. Aku boleh minta tolong gak sama kamu buat bawain baju ganti aku sama ibu. Kalau baju ibu, kamu bisa minta tolong Sera yang ambilkan di kamar ibu."
Dava mengangguk menurut. "Iya, nanti aku pulang dulu ke rumah setelah dari tempat kerja sampingan aku."
"Terima kasih ya, mas."
"Iya."
Dava pun beranjak pergi dari sana, meninggalkan Namira sendiri yang tengah duduk di samping ranjang pasien.
_Bersambung_