NovelToon NovelToon
Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Lyana Mentari

Fiksi-Fantasy

Berkisah tentang dokter muda yang ambisius mengabdikan diri untuk kesehatan anak-anak.

Marissa Darwanti, karena sebuah kecelakaan tragis di malam yang penting. Membuatnya harus berpetualang ke dalam novel berjudul Back In Time, karya sang sahabat.

Antara nyata dan tidak, entah ini mimpi atau memang jiwa Risa merasuk ke dalam raga seorang selir, dari dinasti antah-berantah di dalam novel itu. Menjadikannya seorang selir jahat, yang haus akan cinta dan kekuasaan, Selir Agung Wu Li Mei.

Akankah Risa mampu bertahan dan menjalani hidup sebagai Wu Li Mei? Atau ia bisa terbangun sebagai Marissa suatu hari nanti?



Slow update teman-teman, up hari Senin dan Kamis yaa! Terima kasih, dukung novel ini terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyana Mentari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehebohan di pasar

Pagi yang cerah di penghujung minggu, Wu Li Mei bangun pagi-pagi sekali. Wanita itu sudah bersiap dengan hanfu sederhana berwarna biru dan putih, mengenakan dua tusuk konde motif angsa, dan berputar-putar di depan cermin untuk melihat kembali tampilannya hari ini.

Wu Li Mei enggan mengenakan pakaian mahalnya karena ia akan mengunjungi tempat yang ramai, dan sang selir memilih tampil sederhana. Itu juga salah satu alasan agar dirinya tidak terlihat mencolok dan dikenali.

Sang selir agung memang sangatlah menawan, wajahnya rupawan dan tubuhnya pun bagus. Jika ia berada di era modern, mungkin ia adalah seorang aktris yang digilai banyak orang.

Puas bercermin dan mengagumi parasnya, wanita itu berjalan pelan menuju meja rias. Sekalipun berpenampilan sederhana, tapi ia harus tetap cantik bukan.

"Salam, Yang Mulia." sapa Dayang Yi dan Lu Yan.

"Bangkitlah!" titah Wu Li Mei, selir agung itu meratakan bedak di wajah cantiknya. Entah apa namanya, berbentuk serbuk halus, dan memiliki fungsi yang sama seperti bedak tabur di masa modern.

"Dimana tempat yang ingin anda kunjungi hari ini, Yang Mulia?" tanya Dayang Yi.

"Emh...... nanti kalian akan tahu."

"Beri kami petunjuk, Yang Mulia." ujar Lu Yan. Dayang kecil yang sering mendampingi Wu Li Mei keluar istana, bersama Dayang Yi, ia juga sangat setia kepada Wu Li Mei.

"Sebuah tempat yang sering aku kunjungi." balas sang selir.

"Kebun peony?"

Wu Li Mei menggeleng, "Aa, kurang tepat."

"Apakah sebuah tempat yang ramai?" tebak Dayang Yi.

"Bisa jadi."

"Oh, aku tahu jawabannya." Lu Yan bersorak saat satu tempat terlintas di pikirannya.

"Apa?" tanya Dayang Yi.

"Jawabannya pasti pas-----"

"Salam, Ibu."

Dayang Yi dan Lu Yan segera menunduk, mereka melangkah mundur dan berdiri di belakang Wu Li Mei.

"Bangkitlah, Xiao Ming!"

"Ada apa?" tanya Wu Li Mei, karena tidak biasanya sang putra mahkota datang mengunjunginya sepagi ini.

Zhou Ming Hao mengamati penampilan sang ibu, hanfu sederhana dan sepatu tinggi untuk bepergian. Pria muda itu tersenyum dalam hati, tebakannya tidak meleset sama sekali. Ia memang sengaja datang pagi ini, untuk mengikuti sang ibu berakhir-pekan.

"Aku akan ikut kemana pun ibu pergi."

Wu Li Mei mengerutkan keningnya, "Maksudmu?"

"Ibu akan pergi bukan, aku ikut." Zhou Ming Hao mendekat, memegang lengan sang ibu dengan tatapan memohon.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Lalu?"

Wu Li Mei menghela napas dalam, "Kau bisa melakukan hal lain untuk mengisi waktu luangmu, lagi pula, ibu hanya pergi untuk beberapa saat saja."

Zhou Ming Hao tetap pada pendiriannya, anak itu mengekor pada sang ibu, mengikuti Wu Li Mei kemana pun ia pergi.

"Ayolah bu, izinkan aku ikut."

"Bu, ayolah, sekali ini saja."

"Aku janji akan bersikap baik."

"Bu......"

"Ibu........"

Wu Li Mei menggosok telinganya, Zhou Ming Hao terus saja merengek di dekatnya.

Hari ini, sang selir akan menemui seseorang untuk membicarakan suatu hal yang sangat penting. Ini menyangkut hidup dan mati, juga perannya di dunia yang fana ini.

"Baiklah-baiklah." Wu Li Mei menyerah.

Zhou Ming Hao tersenyum lebar, menatap sang ibu penuh harap.

"Tapi kau harus berjanji satu hal."

...****************...

Seperti biasa, suasana pasar sangat ramai dan sibuk. Dan empat orang itu, siapa lagi jika bukan Wu Li Mei, kedua dayangnya, dan Zhou Ming Hao yang memaksa untuk ikut.

Wu Li Mei memimpin jalan, dengan sang putra di sampingnya. Wanita itu menuju ke salah satu bangunan seperti pertokoan yang tidak terlalu besar tapi cukup nyaman, letaknya pun cukup strategis karena berada di pusat pasar itu sendiri.

Wu Li Mei melangkah masuk melalui salah satu pintu di dalam rumah itu. Di dalamnya, sang selir sudah disambut oleh banyak lima orang laki-laki, mereka terkejut melihat Zhou Ming Hao turut hadir.

"Salam, Yang Mulia." sapa mereka.

"Salam, Yang Mulia Putra Mahkota."

Wu Li Mei hanya mengangguk, ia lalu duduk bersimpuh di tikar, Dayang Yi, Lu Yan dan kelima pria tadi mengikuti.

Zhou Ming Hao masih belum memahami untuk apa sang ibu melakukan pembicaraan rahasia bersama Tabib Zhong, dua tabib istana, dan dua orang lagi yang tidak ia kenali. Sang putra mahkota mengikuti Wu Li Mei untuk duduk di tikar, tikar daun pandan tempo hari di padang peony.

Saat mengamati dari luar, bangunan ini tampak sederhana seperti pertokoan biasa. Tapi saat masuk di dalamnya, bangunan ini cukup luas. Ada dua ruangan yang diberi sekat, dan sebuah kamar mandi kecil di sudut.

Zhou Ming Hao hanya diam dan mendengarkan, sesuai dengan pesan Wu Li Mei sebelum mereka berangkat, sang pangeran tidak boleh banyak bertanya apa lagi membocorkan isi pembicaraan kepada siapapun.

"Bagaimana, Panglima He, sudah sampai dimana persiapannya?"

"Bahan herbal dikirim hari ini melalui kapal, Yang Mulia. Jika tidak ada kendala, diperkirakan akan sampai disini sepekan lagi." jawab seorang pria berpakaian serba hitam.

"Tapi, beberapa bahan mengalami kelangkaan, Yang Mulia." ujar salah seorang pria, berpakaian hitam dengan sebilah pedang di pinggangnya. Ia membuka sebuah kertas yang disimpan di dalam amplop, lalu memberikannya pada Wu Li Mei.

Wu Li Mei mengangguk paham, "Tidak masalah, beberapa bahan bisa kita ganti dengan bahan lain."

"Tapi, pastikan untuk tetap mendatangkan bahan-bahan itu secepatnya."

"Baik, Yang Mulia."

Tabib Zhong memberikan tiga buku tebal yang tampak usang pada Wu Li Mei, "Ini catatan herbal dan kegunaannya, Yang Mulai. Ditulis turun temurun dari berbagai dinasti."

"Dan ini." Tabib Zhong memberikan sebuah buku baru. "Saya sudah menyelesaikan apa yang anda minta."

"Terima kasih, Tabib Zhong."

"Jadi, kita butuh seseorang yang akan menjaga tempat ini, bukan?" ujar Wu Li Mei. "Tabib Zhong, apa kau punya rekomendasi?"

Tabib Zhong mengerutkan kening, "Rekom.....rekoo...."

"Ah, maksudku seseorang yang bisa menjaga tempat ini, saran, iya saran, siapa saranmu?"

Tabib Zhong menggeleng, "Saya belum tahu, Yang Mulia. Para tabib di istana pun hanya sedikit."

"Panglima He?"

"Maaf, saya tidak tahu, Yang Mulia."

Wu Li Mei menghela napas pelan, "Baiklah, kita cari saja nanti, saat tempat ini siap, maka pasti Tuhan akan memberikan karunia-Nya."

"Tuhan?"

"Siapa itu Tuhan bu?" tanya Zhou Ming Hao, yang lainnya pun menatap ke arah Wu Li Mei.

Sang selir memutar bola matanya, apa mereka tidak mengenal konsep Tuhan. Negeri antah-berantah ini, apa yang mereka sembah di kehidupan ini.

"Dewa." ujar Wu Li Mei.

"Ooooo"

Mereka sama-sama mengangguk, "Jadi Tuhan adalah Dewa, Yang Mulia?" tanya Lu Yan.

"Kurasa mereka... berbeda."

"Jadi, Tuhan lebih tinggi dari Dewa?"

"Mungkin mereka sama, hanya namanya saja yang berbeda." jelas Wu Li Mei, yang sebenarnya terdengar kurang jelas.

Wu Li Mei segera bangkit, ia mengakhiri pertemuan mereka dan segera pergu dari bangunan itu. Tapi mengingat waktu yang masih banyak tersisa, Wu Li Mei berjalan-jalan di pasar beberapa saat. Sambil mencari penjual makanan yang belum pernah ia coba sebelumnya, matahari sudah tinggi, berarti sudah waktunya mengisi perut.

"Bu, aku tahu tempat makan yang enak." ujar Zhou Ming Hao, pangeran itu tahu betul seluk beluk pasar karena sudah sering berkunjung.

"Dimana?"

"Ikuti aku, letaknya sedikit tersembunyi tapi masakannya sangat enak."

Wu Li Mei mengikuti petunjuk arah sang putra, sambil menikmati cerita-cerita yang datang darinya. Di pertemuan awal mereka, Zhou Ming Hao tak tampak seperti pribadi yang ceria dan suka bercerita. Dan kini, ia menemukan sisi yang lain dari sang putra.

"Toloooongg!!! Tolonggggg!!!"

"Toloooonggg!!"

Suara orang meminta tolong datang dari sisi kiri pasar, tak cukup jauh dari tempat Wu Li Mei berdiri saat ini. Seorang pemuda kurus berpakaian compang-campingnya tengah berteriak histeris, ia duduk bersimpuh sambil memegang seorang pemuda lagi yang terbaring kejang.

Wu Li Mei segera menghampiri kedua orang tersebut, mereka sudah dikerumuni banyak orang sehingga sang selir kesulitan mendekat. Untuk saja ada Zhou Ming Hao, anak laki-laki itu siap pasang badan untuk sang ibu.

"Ada apa, apa yang terjadi?" tanya Wu Li Mei.

Pemuda itu menggeleng, "Saya tidak tahu, Nyonya. Teman saya tiba-tiba terjatuh dan kejang-kejang."

Wu Li Mei menggulung lengan hanfunya, memeriksa jalan napas dari pemuda yang sedang kejang itu. Wu Li Mei membaringkan pemuda itu di tempat yang lebih lapang, lalu memiringkan kepalanya. Kejang memang masih berlangsung, tapi sudah tidak separah sebelumnya.

"Cepat hubungi tabib!" titah Wu Li Mei.

"Tabib?"

"Iya, tabib."

"Maaf, Yang Mulia, disini tidak ada tabib. Tabib hanya ada di istana saja." jelas Dayang Yi dan Wu Li Mei membulatkan mata karenanya, bagaimana mungkin tidak ada tabib di pasar.

"Meng Suo! Meng Suo!"

Pemuda yang mengalami kejang tadi sudah berangsur membaik, kejangnya sudah hilang dan kesadarannya mulai kembali.

Wu Li Mei memiringkan badan Meng Suo dibantu oleh Zhou Ming Hao, sang selir memeriksa denyut nadi, jalan napas, dan respon gerakan Meng Suo.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Wu Li Mei.

"Ada yang sakit? Dimana?"

Meng Suo menggeleng pelan, pemuda itu berusia sekitar dua tahun di atas Zhou Ming Hao. Dan pemuda berpakaian compang-camping itu berusia sekitar empat tahun di atas sang putra mahkota.

"Terima kasih, Nyonya." ucapnya tulus. "Terima kasih sudah menyelamatkan adik saya, saya berhutang pada Nyonya."

"Kami tidak punya apa-apa untuk membalas kebaikan, Nyonya."

"Siapa namamu?" tanya Wu Li Mei.

Kedua pemuda itu mendongak, namun tak berani menatap wajah Wu Li Mei.

"Saya Lan Suo, dan ini Meng Suo, adik saya."

"Dimana rumahmu?"

"Kami tidak punya rumah, Nyonya. Kami adalah gelandangan yang hidup di pasar ini."

"Lalu, kemana kedua orang tuamu?"

"Mereka meninggal dunia karena wabah, kami sudah ditinggal sejak kecil."

Wu Li Mei mengamati kedua pemuda itu, dan satu ide terlintas dipikirannya. "Aku tahu cara kalian untuk membayar hutang budi itu."

"Bagaimana, Nyonya?"

1
Dewi Rima
Luar biasa
Erti Zalukhu
ya kok gak nyambung kecewa loh
Siti S
Luar biasa
Ayu_Lestary
ikut berkaca-kaca 🥺🥺🥺
Ayu_Lestary
seru seru seru.... 😍
Ayu_Lestary
Dokter risa langsung menikmati kehidupan barunya, 👏
rita medialistuti
seru ceritanya, tapi dalam hati tetap bertanya tanya bagaimana risa bisa kembali..
🇲🇾 🇵🇸🍃🍁Rullaisy 🍁🍃
semakin lama semakin bodo
YAM
Luar biasa
Helen Nirawan
yg dr masa depan kalah ma yg kuno seh , pinter an donk
Helen Nirawan
eh sinting itu adik lu , otak lu ilang , klo pun mo selingkuh cari cowo laen , gila , waras lu ? 😖😖😳😱
Helen Nirawan
kaisar apaan lu , itu bini lu , klo dia jahat lu gk bs hukum dia , malah nyuruh selir , dah gt minta imbalan , lu kaisar gk ada kuasa ny sama sekali , preett , anak lu itu yg di jahatin bkn org laen , oon isshh
Helen Nirawan
apa gk py ruang dimensi gt ?
Awind Widayanti
kenapa harus Marah
Awind Widayanti
wes khaisar am kaming
Efendi Siantar
jatuh 1 korban lagi
yuká_s
👍🏻👍🏻
Efendi Siantar
Luar biasa
Buke Chika
dari kemarin2 cuman peringatan doang selir2
Buke Chika
bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!