NovelToon NovelToon
Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Teen / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Kisah cinta masa kecil / Idola sekolah
Popularitas:514
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Apa jadinya jika dua orang sahabat memiliki perasaan yang sama, tapi sama-sama memilih untuk memendam perasaan itu daripada harus mengorbankan persahabatan mereka? Itulah yang saat ini dirasakan oleh dua orang sahabat, Bulan dan Bintang.

Bulan, sahabat sejak kecil seorang Bintang, menyukai pemuda itu sejak lama tapi perasaan itu tak pernah terungkap. Sementara Bintang, baru menyadari perasaannya terhadap gadis cantik itu setelah dirinya mengalami kecelakaan.

Keduanya terjebak dalam perasaan yang tak terungkap. Mereka tidak tahu harus melakukan apa. Keduanya hanya tahu bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tapi, akankah persahabatan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih?

---------------------------------------------------------------------------

"Lo keras kepala banget! Lo gak tau apa gue khawatir, gue sayang sama lo." gumam gadis itu lirih, bahkan hampir tak terdengar.

"Lo ngomong apa tadi?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Belajar bersama

Malam ini, setelah selesai makan malam, Bulan dan Bintang memutuskan untuk belajar bersama di ruang keluarga. Ayah dan ibu Bulan sedang menonton televisi, Bintang sebenarnya sedikit canggung belajar di kelilingi keluarga Bulan. Tapi, mau bagaimanapun ia sudah tinggal di rumah itu untuk sementara waktu.

Ayah Bulan kebetulan hari ini tidak masuk shift malam, sehingga ia bisa menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya. Sementara Aksa, kakak laki-laki Bulan itu belum pulang karena pekerjaannya.

Bintang mencoba untuk memfokuskan diri pada buku yang dipegangnya, hitung-hitung sebagai bentuk penebusan kesalahannya yang sering membolos beberapa bulan terakhir. Tapi, mata ekor Bintang tidak sengaja menangkap keharmonisan ayah dan ibu Bulan, tentu saja membuat hatinya sedikit iri.

Menyadari hal itu, Bintang pun langsung menggelengkan kepalanya. Ia mencoba untuk menepiskan rasa iri itu, terlebih pada keluarga Bulan yang sudah begitu baik pada dirinya.

"Lo gak boleh iri, Bintang. Mereka udah baik banget sama lo." Batin Bintang mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Lo kenapa, Bintang?" Tanya Bulan yang menyadari bahwa Bintang menggelengkan kepalanya.

"Ah enggak, gapapa." Ujar Bintang menyangkal.

"Yang bener?" Tanya Bulan sedikit menggoda, berharap Bintang akan mengatakan sesuatu dengan jujur.

"Iya bener. Cuma ini, materinya kayak sulit. Lo tau sendiri kan, pas jam pelajaran ini gue bolos waktu itu." Ujar Bintang berkilah, karena tidak ingin Bulan terus mendesaknya.

Bulan menyipitkan matanya, terlihat ragu-ragu dengan alasan Bintang. Tapi, setelah beberapa saat, ia pun mengangguk. Memang benar adanya saat Bintang membolos sekolah, materi itu lumayan sulit. Untungnya Bulan yang cepat menangkap materi, sehingga ia pun bisa menjelaskan lagi kepada Bintang.

"Memang sulit sih, tapi gue udah ngerti. Ini tuh caranya ikuti rumus aja..." Bulan pun mengambil buku Bintang dan menjelaskannya.

Bintang mengernyitkan dahinya, ia merasa bingung dengan penjelasan Bulan, padahal Bulan menjelaskannya dengan hati-hati.

"Hmm, sorry Lan. Gue masih gak ngerti, otak gue lagi macet." Ujar Bintang sambil menggaruk kepalanya.

Mendengar penuturan Bintang, Bulan pun langsung terkekeh. Bahkan, ia pun langsung berhenti menjelaskan, lalu kemudian menggelengkan kepalanya.

"Lah, emangnya terlalu cepat ya? Ya udah, gue jelasin lagi." Ujar Bulan yang kembali menjelaskan.

Bulan menjelaskannya lebih detail kali ini, Bintang pun mendekatkan wajahnya lebih dekat untuk memahami penjelasan Bulan lebih lanjut, matanya terfokus pada jari Bulan yang menunjuk bukunya. Wangi parfum seorang Bintang, terasa sangat kentara di indra penciuman Bulan. Karena kedekatan yang sangat intens itu, membuat Bulan sedikit gugup. Ia mencoba untuk tetap tenang, meskipun jantungnya terasa ingin melompat keluar dari dalam sana. Bulan terus menjelaskan dengan nada yang dibuat setenang mungkin.

Bintang yang awalnya bingung, kini mengangguk perlahan, ia mulai memahami materi yang tertinggal itu. Ia sendiri pun tidak menyadari bahwa dirinya terlalu dekat dengan Bulan. Ia hanya menyadari bahwa ia sedang memfokuskan diri pada penjelasan Bulan di bukunya.

"Oh, gitu. Thanks, gue udah paham sekarang." Ujar Bintang yang tanpa aba-aba langsung menoleh ke depan, membuat wajah mereka langsung bertemu. Ia pun baru menyadari bahwa dirinya ternyata sangat dekat dengan Bulan.

Bulan dan Bintang langsung mengalihkan pandangannya secara serempak. Bulan merasa salah tingkah, sementara Bintang menoleh tidak tahu karena apa, mungkin karena rasa tidak nyaman. Untungnya ayah dan ibu Bulan tidak menyadari hal itu, terlebih posisi Bulan dan Bintang yang berada di belakang sofa.

Bulan mencoba untuk tetap menahan salting, ia menahan senyum yang hampir sempat terukir. Ingin rasanya Bulan melompat kegirangan dan tantrum di tempat, tapi itu jelas saja mustahil ia lakukan.

Cukup lama keduanya mengalihkan pandangannya, akhirnya Bulan pun mengikis jarak dengan Bintang. Ia mencoba untuk menenangkan diri dari emosi salah tingkah yang sempat menguasai.

"Bintang, gue ke kamar dulu ya ambil buku sejarah." Ujar Bulan beralasan.

"Oke," ujar Bintang singkat.

Bulan pun langsung beranjak dari kursi itu menuju kamarnya. Setibanya di kamarnya, ia menutup pintu di belakangnya. Ia masih bersandar di depan pintu, tersenyum sendiri karena kejadian beberapa detik yang baru saja terjadi.

"Bulan, lo jangan gila. Masa gitu aja salting?" Gumam Bulan lirih pada dirinya sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Setelah dirasa cukup tenang, Bulan pun mengambil buku sejarah yang ia letakkan di atas meja belajarnya. Setelahnya, ia pun kembali menghampiri Bintang yang ia tinggalkan di ruang keluarga.

Saat ia kembali, ia bisa melihat bahwa Aksa sudah pulang bekerja dan sedang berbincang dengan Bintang. Bulan pun tersenyum melihat pemandangan itu, kakaknya menganggap Bintang layaknya adiknya sendiri.

Bulan tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tapi dari ekspresi wajah Bintang terlihat bahwa Bintang menikmati perbincangan itu. Bulan tidak ingin mengganggu, ia pun berdiri di tempat sampai suasana yang pas untuk ia kembali.

"Ya udah, lanjut aja dulu belajarnya. Gue ke kamar dulu, kalo butuh teman ke kamar aja." Ujar Aksa sambil menepuk pundak Bintang.

"Iya bang, thanks." Ujar Bintang dengan seutas senyum tipis.

Aksa hanya menganggukkan kepalanya, ia pun mengambil jaketnya dan ia selempang kan di atas pundaknya. Ia pun langsung beranjak menuju kamarnya.

Melihat Aksa yang sudah beranjak, Bulan pun kembali menghampiri Bintang dan duduk kembali di kursi kayu itu. Ia pun meletakkan buku sejarah itu di atas meja.

"Sorry lama," ujarnya. "Oh, btw ngobrolin apa sama bang Aksa? Kayak serius banget."

"Ada lah, cewek mana paham." Ujar Bintang santai.

"Dasar!" Cetus Bulan ketika mendengar perkataan Bintang.

Tanpa kata lagi, Bulan dan Bintang pun melanjutkan aktivitas belajar mereka. Terlebih esok mereka akan menghadapi ulangan di sekolah. Bintang yang awalnya enggan untuk belajar, kini justru merasa nyaman mengulang kaji.

"Bulan, Bintang... Jangan terlalu larut belajarnya." Ujar ayah Bulan yang hendak berjalan ke kamarnya.

"Iya, jangan begadang. Besok sekolah, kan?" Ujar ibu Bulan yang kini berdiri di depan mereka.

"Iya ayah, bunda. Sebentar lagi kami tidur." Ujar Bulan kepada kedua orang tuanya.

Ayah dan ibu Bulan tersenyum dengan anggukan kepala. Sementara Bintang hanya tersenyum menanggapi keduanya. Kedua orang tua Bulan pun meninggalkan Bulan dan Bintang yang masih sibuk belajar.

Kini, hanya ada mereka berdua di dalam ruangan itu. Keduanya masih fokus pada buku masing-masing tanpa adanya percakapan.

Saat Bulan hendak mengambil pulpennya di atas meja, Bintang tidak sengaja menggenggam tangannya ketika Bintang ingin mengambil ponselnya di waktu yang bersamaan.

Bulan langsung terpaku, ia hanya melirik tangannya lalu melirik Bintang. Bintang yang menyadari itu, langsung melepaskan tangannya. Ia pun langsung mengambil ponselnya.

"Sorry, gue gak sengaja." Ujar Bintang sambil memfokuskan pandangannya pada layar ponselnya.

"Gapapa kok," ujar Bulan dengan seutas senyum. Ia tidak mempermasalahkan, ia justru senang dengan sentuhan itu. Tapi tetap saja, Bulan tidak ingin Bintang tahu tentang perasaannya itu.

Bintang fokus pada layar ponselnya, ia seakan bosan belajar terlalu lama. Sementara Bulan sendiri merasa seperti terlalu mengharapkan Bintang. Ia merasa campur aduk saat ini, ia merasa bahwa menaruh rasa untuk sahabat itu sangat menyiksa dirinya. Terlebih perasaan itu hanya dirinya sendiri yang merasakannya.

Bulan menggelengkan kepalanya dan mengusap wajahnya dengan tangan. Ia menyadari bahwa dirinya sudah berpikir terlalu jauh. Ia memperhatikan sejenak Bintang yang masih fokus pada benda pipih itu, sebelum akhirnya ia kembali menulis catatan yang menurutnya penting di bukunya.

Beberapa menit berlalu, Bulan pun mulai merasa kantuk. Ia pun membereskan buku-bukunya lalu berdiri, ia menoleh ke arah Bintang yang kini justru memainkan game di ponselnya.

"Game mulu," ujar Bulan sambil menutup mulutnya karena menguap. "Lo gak tidur, Bintang? Gue udah ngantuk nih."

"Kelar ini gue tidur," ujar Bintang santai tanpa menoleh, jari-jarinya masih bergerak lincah pada game di ponselnya itu.

Bulan menggelengkan kepalanya dengan rasa kantuk yang tidak bisa ia tahan. Tapi ia tidak bergerak pergi sampai Bintang menyelesaikan permainannya.

"Katanya ngantuk, kok masih di situ?" Tanya Bintang yang kini menyudahi permainannya.

"Tunggu lo. Mana enak gue tinggalin tamu sendirian di sini," ujar Bulan yang terlihat sudah sangat sayu, sepertinya ia sudah mengantuk berat.

Bintang pun menyadari bahwa dirinya hanya seorang tamu di rumah itu. Ia pun merasa tidak enak kepada Bulan, karena dirinya Bulan rela menahan kantuk.

"Sorry-sorry, gue gak ingat." Ujar Bintang pada akhirnya.

"Gapapa, mau gue antar ke kamar?" Tanya Bulan lembut.

Bintang tidak menjawab pertanyaan Bulan. Ia pun langsung merapikan buku-bukunya di atas meja itu, lalu ia letakkan di atas pangkuannya. Ia pun melajukan kursi rodanya menuju kamar tamu yang kini menjadi tempat tidurnya untuk sementara waktu.

Baru beberapa langkah, Bintang berhenti. Ia pun menoleh ke arah Bulan yang masih terdiam di tempat. Ia pun tersenyum sedikit.

"Gue bisa sendiri, Lan. Thanks sebelumnya." Ujar Bintang.

"Yakin bisa sendiri?" Tanya Bulan memastikan.

"Yakin." Ujar Bintang singkat. "Oh, have a nice dream." Lanjutnya sambil berlalu pergi.

Bulan yang mendengar itu langsung membulatkan matanya, ia tidak pernah mendengar Bintang mengucapkan kalimat itu sebelumnya. Tanpa sadar, sudut bibirnya pun tertarik sedikit ke atas. Bulan tidak mengatakan apa-apa, ia hanya memandangi Bintang sampai ia benar-benar masuk ke dalam kamar itu.

Setelah Bintang menghilang dari pandangan, Bulan pun beranjak menuju ke kamarnya. Bulan pun langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya, dan memutuskan untuk tidur.

Ting!

Baru saja ia memejamkan matanya, tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Ia meraih ponselnya di atas meja, matanya membelalak kaget ketika mendapati sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal.

"Besok ketemuan di rooftop sekolah, berdua. Gue mau ngomong sama lo."

Bulan mengernyitkan dahinya, ia merasa bingung dan tidak mengerti pesan itu dari siapa. Bulan memperhatikan lagi nomor yang tanpa profil itu, ia tidak membalas pesannya tapi ia masih penasaran tentang apa maksud dan siapa orang dibalik nomor itu.

"Siapa ya?" Ujarnya.

^^^Bersambung...^^^

1
JJ Official
Hai Kak, Saya Sudah membaca Novel Kaka dari Bab 1 - 7 dan saat saya baca novel Kaka, Saya sedikit Kebingungan, sebenarnya Konflik Apa yang sebenarnya Dihadapi Oleh bintang sehingga dia menjadi anak yang nakal dan acuh tak acuh? dan apa pekerjaan Orang Tua Bulan sehingga dia bisa tinggal di keluarga yang Tidak Terlalu Kaya dan tidak terlalu Miskin? dari Bab 1 Bintang dan Bulan Tampaknya sudah Kenal, tidak dijelaskan bahwa mereka ketemu dimana? kenalan dimana? dan suka ngobrolin apa? begitu ya kak. itu saja kritik dari saya semoga Kaka bisa Up Episode 8 Dengan Alur yang Lurus ya kak 😊
ndah_rmdhani0510: Sudah di revisi, semoga suka ya sama ceritanya... Happy reading 🤗
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!