Jodohku Berondong Tajir

Kini, tubuh Arthur telah basah dan lengket akibat disiram jus jeruk oleh wanita yang selalu disebutnya Tante cantik itu. Netra pekatnya berubah merah, rahangnya mulai mengeras, serta kedua tangannya mulai mengepal.

Aku tidak akan semudah itu melepaskanmu Tante cantik! Karena kamu sudah sangat berani menghina dan mempermalukanku di depan teman-temanku. Kamu harus membayar mahal atas penghinaan ini.

"Kalian semua nikmati saja makanannya! Pakai ini untuk membayar tagihannya!" Arthur mengeluarkan sebuah kartu kredit berwarna gold dan menyerahkannya kepada sahabat baiknya Aldo. Lalu dirinya bergegas pergi untuk mengejar wanita yang telah kabur meninggalkannya.

Sedangkan semua mahasiswa saling bertatapan dan mengendikkan bahunya begitu melihat sang Raja wanita telah berlalu pergi.

Freddy mulai membuka suaranya yang daritadi di tahannya. Karena tidak berani berkomentar saat Arthur masih berada di sana.

"Kira-kira tuh si Arthur bakal berbuat apa sama Tante cantik yang terlalu berani itu? Dia belum tahu kemurkaan si Arthur, gue yakin tuh Tante cantik habis! Selama ini tidak ada orang yang berani melawannya, apalagi wanita. Arthur tidak akan memaafkan perbuatan Tante cantik itu yang mempermalukannya di depan kita semua."

Aldo mulai menimpali perkataan sahabatnya. "Terserah apa yang mau dilakukan Arthur, itu bukan urusan kita! Biarkan saja dia ngapa-ngapain si Tante cantik, mungkin sudah nasib sial untuk wanita itu, karena bisa bertemu dengan Arthur. Kelihatannya dia benci banget, hingga nekad berani menyiram Arthur dengan jus jeruk."

Sedangkan yang lain hanya bisa menebak-nebak kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Arthur kepada wanita cantik nan seksi itu.

Sementara itu, Arthur yang sudah berada di dekat mobilnya, mengarahkan pandangannya untuk mencari keberadaan wanita yang membuatnya sangat murka. Tangannya mengepal dan meninju udara di sekitarnya saat tidak berhasil menemukan sosok wanita yang dicarinya. Akhirnya dia pun mulai marah dan mengumpat.

"Brengsek ... berani-beraninya Tante cantik mempermalukanku di hadapan para sahabatku. Kali ini aku tidak akan mentolerir perbuatannya. Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya padaku!"

Arthur mulai masuk ke mobilnya dan mengemudikannya keluar dari area restoran, seraya matanya mencari-cari keberadaan Salsabila. Kini tatapan matanya berhasil menangkap siluet wanita yang dicarinya daritadi terlihat tengah berjalan di trotoar. Arthur langsung menepikan mobilnya, lalu berjalan keluar untuk menghampiri Salsabila.

Salsabila begitu terkejut saat tangannya ditarik dengan kuat oleh Arthur. "Lepaskan tanganku anak manja! Kita sudah tidak ada urusan lagi, karena aku sudah mengundurkan diri dari perusahaanmu! Jadi kau sudah tidak berhak atas hidupku, karena aku sudah tidak lagi menjadi budakmu!"

Arthur sama sekali tidak menggubris penolakan dan teriakan dari wanita itu yang memberontak padanya. Genggamannya semakin kuat dan membawa paksa Salsabila untuk masuk ke mobil mewahnya.

Kini keduanya sudah berada di dalam mobil, Arthur langsung melajukan mobil mewahnya dengan kecepatan yang maksimal, karena dikuasai oleh emosi yang membara.

Mobil yang melaju begitu kencang, tentu saja membuat Salsabila ketakutan dan mencoba berpegangan agar dirinya tidak sampai terhempas saat mobil melaju.

Salsabila menatap tajam ke arah pria yang terlihat seperti orang yang kesetanan karena dikuasai amarah. "Turunkan aku brengsek! Jika kau mau mati, maka matilah sendiri! Aku tidak ingin mati konyol karena kegilaanmu! Hentikan mobilnya!"

Salsabila berteriak dengan keras, berharap Arthur mau menghentikan mobilnya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, karena pria itu semakin menambah kecepatan mobilnya.

"Hari ini aku akan membuatmu menyesal, karena telah berani bermain-main denganku Tante cantik! Kamu harus membayar mahal perbuatanmu yang telah mempermalukanku di depan para sahabatku!"

Arthur berbicara dengan nada penuh kemarahan, tanpa memandang ke arah wanita di sampingnya yang terlihat sangat ketakutan, karena dirinya masih fokus mengemudi.

Mendengar kalimat bernada ancaman dari Arthur, membuat nyali Salsabila menciut. Beberapa pikiran buruk mulai memenuhi kepalanya, dirinya sangat takut saat melihat api kemarahan di wajah pria itu.

"Apa yang akan kau lakukan? Apa kau ingin membalas dendam padaku dengan membunuhku? Jika sampai aku mati, maka aku akan membalas dendam padamu dengan menghantui hidupmu dan tidak akan membiarkan hidupmu merasa tenang!"

Arthur refleks tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat ancaman dari Salsabila, sekilas dirinya melirik ke arah wanita cantik yang terlihat ketakutan itu.

"Nyalimu besar juga Tante cantik, padahal nyawamu sekarang ada di tanganku, tapi kamu masih berani mengancamku! Kamu memang benar-benar luar biasa, hari ini aku akan membuatmu tidak bisa lagi mengancamku!"

Bulu kuduk Salsabila mulai merinding begitu mendengar kalimat ambigu dari Arthur, dirinya merasa hari ini adalah akhir dari hidupnya.

Ya Tuhan... apakah hari ini aku akan mati di tangan anak ingusan ini? Apa dia benar-benar akan membalas dendam padaku dengan cara membunuhku? Apa kematianku sepadan dengan perbuatan sepeleku tadi? Jika memang ini adalah hari terakhirku, ampuni segala dosa-dosaku Tuhan. Semoga aku bisa masuk ke Surgamu, karena aku telah mati syahid.

"Apa kamu sekarang takut padaku dan mulai menyesali perbuatan bodohmu, Tante cantik? Kamu telah lupa berhadapan dengan siapa, kamu akan menyesali perbuatanmu hari ini!"

Salsabila sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun, karena dirinya benar-benar sudah pasrah jika laki-laki itu akan menghabisi nyawanya hari ini. Dirinya sangat tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa melawan kekuatan dari seorang laki-laki yang tenaganya jauh lebih kuat darinya.

Salsabila hanya serius menatap ke arah jalanan, karena dirinya ingin tahu kemana Arthur akan membawanya, matanya membulat sempurna saat mobil berbelok menuju ke arah luar kota.

"Sebenarnya kau mau membawaku kemana anak manja, kenapa kau mengambil jalur ke luar kota? Apa kau akan membuang mayatku jauh di luar kota agar tidak ada yang bisa mengetahui kematianku? Kau memang benar-benar laki-laki brengsek, Arthur!"

Arthur hanya tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari Salsabila. "Aku memang akan membawamu ke luar kota agar kau tidak bisa kabur lagi dariku, karena aku akan mencabik-cabik habis tubuhmu hari ini! Bersiaplah, Tante cantik!"

Salsabila menelan salivanya, jantungnya berdegup sangat kencang, karena merasa ketakutan begitu mendengar kalimat mencabik-cabik.

"Kau memang benar-benar sudah tidak waras Arthur, apa kau sama sekali tidak mengingat Ayah dan Ibumu saat ingin mengakhiri nyawa orang? Keluargamu pasti akan merasa sangat kecewa melihat anaknya menjadi seorang pembunuh, sadarlah anak kecil! Sebelum semuanya terlambat!"

Salsabila berusaha keras untuk menyadarkan Arthur agar tidak berbuat gila, dan akan menyesalinya. Namun suara tertawa dari pria itu sudah menjelaskan semuanya bahwa usahanya sia-sia belaka. Akhirnya dirinya memilih menyerah dan tidak lagi bersuara.

Setelah satu jam perjalanan, mobil mewah milik Arthur mulai memasuki area pegunungan yang jauh dari kawasan penduduk.

Sedangkan Salsabila yang daritadi berkosentrasi menatap ke jalanan, tentu saja tahu bahwa pria itu membawanya ke area perbukitan yang jauh dari rumah penduduk, agar bisa melancarkan aksinya membunuh dan membuang mayatnya di daerah terpencil itu.

"Jadi kau akan membuang mayatku di area perbukitan agar binatang buas bisa memangsaku? Waaah ... ternyata kau sudah memperhitungkan semuanya, agar perbuatanmu tidak sampai tercium oleh polisi."

"Tapi kau mungkin lupa dengan pepatah, serapat-rapatnya kau menyimpan bangkai maka lama kelamaan akan tercium juga bau busuknya! Kau akan mendapat karma dari perbuatanmu, karena Tuhan tidak pernah tidur!"

Salsabila menatap tajam pria yang diketahuinya akan menghabisi nyawanya, perasaannya benar-benar sangat berkecamuk saat menjelang ajalnya.

"Sekarang lebih baik kau sampaikan keinginan terakhirmu, Tante cantik! Mungkin saja aku akan berbaik hati mengabulkannya. Apa kau tidak ingin menyampaikan pesan terakhirmu pada kekasih belahan jiwamu itu? Apa kau tidak ingin mengungkapkan selamat tinggal padanya?"

Salsabila hanya diam membisu dan tidak sanggup mengeluarkan kata-katanya, dirinya hanya bisa mengucapkan selamat tinggal pada orang-orang terkasihnya di dalam hati.

Selamat tinggal Ibu, maafkan semua dosa-dosa anakmu yang belum bisa berbakti kepadamu. Aku sangat menyayangimu. Selamat tinggal Putra, mungkin kita memang tidak berjodoh. Aku sangat mencintaimu ...

Selamat tinggal para sahabatku ....

TBC ...