Suara Raja Bramasta terdengar tegas, namun ada nada putus asa di dalamnya
Raja Bramasta: "Sekar, apa yang kau lakukan di sini? Aku sudah bilang, jangan pernah menampakkan diri di hadapanku lagi!"
Suara Dayang Sekar terdengar lirih, penuh air mata
Dayang Sekar: "Yang Mulia, hamba mohon ampun. Hamba hanya ingin menjelaskan semuanya. Hamba tidak bermaksud menyakiti hati Yang Mulia."
Raja Bramasta: "Menjelaskan apa? Bahwa kau telah menghancurkan hidupku, menghancurkan keluargaku? Pergi! Jangan pernah kembali!"
Suara Ibu Suri terdengar dingin, penuh amarah
Ibu Suri: "Cukup, Bramasta! Cukup sandiwara ini! Aku sudah tahu semuanya. Aku tahu tentang hubunganmu dengan wanita ini!"
Bintang Senja terkejut mendengar suara ibunya. Ia tidak pernah melihat ibunya semarah ini sebelumnya.
Raja Bramasta: "Kandahar... dengarkan aku. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."
Ibu Suri: "Tidak seperti yang kupikirkan? Jadi, apa? Kau ingin mengatakan bahwa kau tidak berselingkuh dengan dayangmu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainul hasmirati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Sekutu di Kalangan Pelayan Istana
Setelah merencanakan pelarian dengan matang, Bintang duduk termenung di kamarnya. Ia menggigit bibir bawahnya, hatinya dilanda keraguan. "Aku tidak bisa melakukan ini sendirian," gumamnya pada diri sendiri. "Aku butuh bantuan... tapi siapa yang bisa kupercaya?"
Ia teringat Dayang Ratih, sahabatnya sejak kecil, dan merasa sedikit lega. "Setidaknya aku punya Ratih," pikirnya. Namun, ia tahu itu tidak cukup. Pelarian ini membutuhkan lebih dari sekadar satu orang.
Bintang berpikir tentang para pelayan istana. "Siapa di antara mereka yang berani mengambil risiko untukku? Siapa yang cukup peduli untuk mempertaruhkan nyawa mereka?"
Ia teringat Gendhis, penjahit istana yang selalu ceria dan baik hati. "Mungkin Gendhis?" gumam Bintang. "Dia selalu bersikap baik padaku, bahkan saat aku sedang murung. Tapi, apakah dia cukup berani untuk melawan kerajaan?"
Dengan tekad yang bulat, Bintang memutuskan untuk menemui Gendhis. Ia berjalan menuju ruang jahit istana, langkahnya berat karena kegelisahan.
Saat Bintang tiba di ruang jahit, ia melihat Gendhis sedang sibuk menjahit gaun untuk Kirana, adik tirinya yang selalu iri padanya. Bintang mendekati Gendhis dengan hati-hati.
"Gendhis," sapa Bintang dengan nada pelan, hampir berbisik.
Gendhis menoleh dan tersenyum melihat Bintang. "Oh, Putri Bintang! Ada apa gerangan? Apakah gaun ini kurang pas?"
"Aku ingin berbicara denganmu secara pribadi, Gendhis," kata Bintang, matanya memohon.
Gendhis mengerutkan kening, menyadari nada serius dalam suara Bintang. "Tentu, Putri. Mari kita bicara di tempat yang lebih tenang."
Gendhis mengajak Bintang ke sebuah ruangan kecil di belakang ruang jahit. Ruangan itu tampak sepi dan tenang, hanya ada suara mesin jahit yang berderu lirih.
"Ada apa, Putri?" tanya Gendhis setelah mereka berdua duduk di ruangan itu. "Anda terlihat khawatir."
Bintang menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Gendhis, aku ingin meminta bantuanmu," kata Bintang, suaranya bergetar.
Gendhis menatap Bintang dengan tatapan khawatir. "Bantuan apa, Putri? Apakah ada yang salah? Apakah Kirana melakukan sesuatu padamu?"
"Aku berencana untuk melarikan diri dari istana," kata Bintang dengan nada serius, menundukkan kepalanya karena malu.
Mata Gendhis membulat karena terkejut. Ia menjatuhkan gunting yang sedang dipegangnya. "Melarikan diri, Putri? Apa maksudmu? Ke mana Anda akan pergi?"
"Aku tidak bahagia di istana, Gendhis," jawab Bintang dengan nada sedih, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Aku merasa tertekan oleh perjodohan politik dan tidak bisa menjadi diri sendiri. Aku ingin mencari kebahagiaanku sendiri di luar sana, meskipun aku tidak tahu apa yang menantiku."
Gendhis terdiam sejenak. Ia bisa merasakan kesedihan dan kepedihan yang dirasakan oleh Bintang. Ia meraih tangan Bintang dan menggenggamnya erat.
"Aku mengerti, Putri," kata Gendhis dengan nada lembut, matanya penuh simpati. "Aku tahu betapa beratnya beban yang kau pikul. Aku akan membantumu, meskipun aku takut."
Bintang merasa lega mendengar jawaban Gendhis. Ia tahu bahwa ia bisa mempercayai Gendhis, meskipun ia baru mengenalnya beberapa bulan.
"Terima kasih, Gendhis," kata Bintang dengan nada tulus, air matanya mulai menetes. "Aku sangat menghargai bantuanmu. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu."
"Apa yang bisa kulakukan untukmu, Putri?" tanya Gendhis, matanya penuh tekad. "Katakan saja, dan aku akan melakukannya."
"Aku membutuhkan dukunganmu untuk menyebarkan informasi tentang rencanaku kepada pelayan-pelayan lain yang bisa dipercaya," kata Bintang. "Aku juga membutuhkan bantuanmu untuk mengumpulkan informasi tentang kegiatan para penjaga dan jadwal patroli mereka. Dan yang paling penting, aku membutuhkanmu untuk menjaga kerahasiaan ini."
Gendhis mengangguk dengan mantap. "Aku akan melakukan yang terbaik untukmu, Putri," kata Gendhis. "Aku akan berbicara dengan teman-temanku dan mencari tahu siapa yang bisa kupercaya. Aku juga akan mengamati para penjaga dan mencatat setiap gerakan mereka. Aku bersumpah, aku tidak akan membocorkan rahasia ini kepada siapa pun."
"Hati-hati, Gendhis," kata Bintang dengan nada khawatir. "Ini sangat berbahaya. Jika kita tertangkap, kita bisa dihukum berat, bahkan dihukum mati."
"Aku tahu, Putri," jawab Gendhis, matanya berkaca-kaca. "Tapi, aku tidak bisa membiarkanmu menderita lebih lama lagi. Aku akan melakukan apa pun untuk membantumu, meskipun aku harus mempertaruhkan nyawaku."
Bintang tersenyum dan memeluk Gendhis erat. "Terima kasih, Gendhis," kata Bintang. "Kau adalah teman yang sangat baik. Aku tidak akan pernah melupakanmu."
"Sama-sama, Putri," jawab Gendhis, membalas pelukan Bintang. "Sekarang, ceritakan padaku semua rencanamu. Aku ingin tahu apa yang harus kulakukan."
Bintang dan Gendhis duduk bersama dan membahas rencana pelarian dengan detail. Bintang menjelaskan semua yang telah ia persiapkan dan apa yang ia butuhkan dari Gendhis.
"Aku membutuhkanmu untuk mencari tahu jalur-jalur rahasia di istana," kata Bintang. "Aku juga membutuhkanmu untuk membantu mengumpulkan bekal tambahan dan menyamarkan identitas kita. Dan yang paling penting, aku membutuhkanmu untuk meyakinkan Mbok Darmi untuk membantu kita."
"Aku akan melakukan semua itu, Putri," jawab Gendhis. "Aku akan mencari tahu semua yang kau butuhkan. Aku yakin Mbok Darmi akan membantu kita. Dia selalu menyayangimu seperti anaknya sendiri."
Setelah beberapa jam berdiskusi, Bintang dan Gendhis merasa lebih siap dan percaya diri. Mereka tahu bahwa pelarian ini akan sulit, tetapi mereka yakin bahwa mereka bisa berhasil jika mereka bekerja sama.
"Kita harus merahasiakan rencana ini dari semua orang," kata Bintang. "Kita tidak bisa mempercayai siapa pun, kecuali Dayang Ratih."
"Aku mengerti, Putri," jawab Gendhis. "Aku tidak akan membicarakan ini dengan siapa pun, bahkan dengan keluargaku sendiri."
"Aku percaya padamu, Gendhis," kata Bintang. "Aku tahu kau tidak akan mengecewakanku."
"Aku tidak akan mengecewakanmu, Putri," jawab Gendhis. "Aku akan melakukan semua yang aku bisa untuk membantumu."
Bintang dan Gendhis berpisah dengan perasaan lega dan harapan. Mereka tahu bahwa mereka telah membuat keputusan yang tepat. Mereka telah menemukan sekutu yang bisa dipercaya dan siap membantu mereka dalam pelarian ini.
Malam itu, Bintang tidak bisa tidur nyenyak. Pikirannya dipenuhi dengan percakapan dengan Gendhis dan rencana pelarian yang semakin matang. Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke jendela.
"Apakah ini benar?" gumam Bintang pada dirinya sendiri. "Apakah aku benar-benar akan meninggalkan semua ini? Apakah aku cukup kuat untuk menghadapi dunia luar?"
Ia melihat ke arah istana yang megah dan mewah, tempat ia dibesarkan. "Aku tidak bisa terus hidup dalam sangkar emas ini," pikirnya. "Aku harus mencari kebahagiaanku sendiri, meskipun aku harus mempertaruhkan segalanya."
Tiba-tiba, ia mendengar suara ketukan pelan di pintu kamarnya. Bintang terkejut dan bertanya-tanya siapa yang datang menemuinya di tengah malam.
"Siapa itu?" tanya Bintang dengan nada pelan, jantungnya berdebar-debar kencang.