Azura Claire Morea, seorang dokter muda yang terpaksa membuat suatu kesepakatan bersama seseorang yang masih berstatus pria beristri.
Ya, dia Regan Adiaksa Putro, seorang kapten TNI AD. demi kesembuhan dan pengobatan sang ibu Azura terpaksa menerima tawaran sang kapten sebagai istri simpanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIMPANAN KAPTEN 17
Sore itu, Azura terus menatap keluar jendela, dengan airmata yang terus membanjiri wajah cantiknya yang terlihat sangat lusuh sebab tidak mandi selama dua hari ini. Namun, suara itu tiba-tiba terdengar, suara yang sangat Ia rindukan.
"Ra," bisik regan di telinganya dan langsung membawa tubuh lemah itu kedalam pelukan besarnya.
Azura yang tersentak kaget dengan gerakan itu, ingin mendorong tubuh regan, namun matanya menangkap sosok itu nyata dihadapannya.
Tubuhnya seketika gemetar, tangannya terangkat perlahan dan menyentuh wajah tampan itu.
"Ma-mas, kamu datang untukku?" ujar azura setengah berbisik.
Sebab suaranya seperti tercekat di lehernya. regan mengangguk dan meraih tangan azura yang bergetar saat menangkup kedua pipinya.
Ia segera mengecup tangan itu dalam-dalam, dan kemudian menggenggamnya erat.
"Ssssst... Jangan menangis istriku, aku disini, kau akan baik-baik saja." ucap regan sembari mengecup lembut pucuk kepala istrinya itu.
Namun sialnya, azura tidak mampu menghentikan tangisannya. Tangisan bahagia bak seseorang yang baru saja menemukan oasis di Padang gurun luas, setelah hampir mati karena putus asa.
Tak ada suara, hanya tubuh yang bergetar, menandakan betapa putus asanya azura. regan semakin mengeratkan pelukannya. Hatinya pun terasa sakit, melihat kondisi sang dokter.
"Mas...," lirih azura. "regan, kamu datang untukku?" suara pelan nyaris tak terdengar, jika saja regan tidak memeluknya seerat itu.
"Sioo... Sayang, berhenti menangis! Ko pu suami ada disini. Jangan takut, semua akan baik-baik saja." bisik regan dengan dialek sana, yang membuat azura tidak mampu menahan senyumannya, ditengah-tengah kesedihan hatinya, karena pada akhirnya Ia tidak harus mati sia-sia disana, dan meninggalkan ibunya yang sedang sekarat.
"Mas, aku takut! Tolong bawa aku pergi dari sini!"
"Ra dengar!" ujar regan sembari menenangkan sang dokter yang terus terisak.
"Ra... Sssst, hey... dengar!" Gadis itu akhirnya tenang.
"Maaf, Mas!"
"Iya, denger! Ada sedikit masalah. Aku tidak bisa mengambil uang sebanyak itu dalam sehari. Jadi aku baru membawa setengahnya. Sisanya akan segera ditambahkan, mungkin besok."
Azura mengangguk memahami penjelasan regan ini.
"Nah, sekarang aku mau minta tolong sama kamu," regan menjeda kata-katanya.
"Minta tolong apa, Mas?"
"Tolong bersabar sedikit lagi. Aku akan kembali besok atau lusa untuk menyerahkan uang sisanya, dan membawa kamu pergi dari sini."
Azura tertunduk lesu. Ia memahami penjelasan suaminya ini dengan sangat baik. Namun, berfikir untuk tinggal, membuat hatinya kembali putus asa. Ia tahu, regan tidak akan ingkar janji. Namun, serangan tiba-tiba musuh yang Ia takutkan.
Ia sudah melihat dan mendengar sendiri, saat penyerangan Kapten Joseph dengan prajuritnya kemarin.
Dia harus berlari di hutan belantara Papua itu guna mengikuti pria-pria bertopeng itu untuk pindah ke tempat persembunyian yang saat ini sedang Ia tempati ini.
Berlari di medan yang sulit, dengan rasa takut, akan terkena peluru nyasar, membuat azura merasa seperti berada di jalur Gaza. Setiap menit dan detik dalam hidupnya, terasa seperti berkat yang patut disyukuri.
Kini Ia harus kembali bersabar. Rasa hatinya tidak ingin menerima. Namun, Ia memahami, regan bisa berada disana dengan mengenakan seragam lengkap seperti itu, walaupun itu merupakan perintah dari atasannya.
Dan sebagai istri yang baik, Ia harus menghargai usaha suaminya dengan cara memahami apa yang dikatakannya.
"Baiklah, Mas! Aku akan menunggumu, untuk kembali menjemputku!" Regan senang, istrinya itu ternyata tidak membantah dan mengerti situasi pelik ini.
"Dahh, sekarang berhenti menangis. Ini ada roti, habiskan dan ini ada pakaian untuk kamu pakai. Aku pastikan, mereka akan membawamu keperkampungan sekitar yang ada mama-mama, yang bakalan bantuin kamu," ujar regan.
"Mama- mama?" azura mengeryit.
"Maksudnya, ibu-ibu Ra, Emak-emak. Mama-mama itu... sebutan orang sini." azura segera meng-oh ria.
"Hmm," dehem regan.
"Makasih yah, udah datang untuk aku"
"Udah tanggung jawabku, Ra. Sama-sama," regan mengusap lembut kepala gadis berwajah blesteran itu.
"Mas!"
"Udah, berhenti bicara. Ini ada sikat gigi dan odolnya, ini airnya. Sikat gigi, lalu habiskan makanannya. Gak boleh bersisa. Ntar aku ngasih duit ke orang-orang diluar sana, supaya mereka bisa ngasih makan kamu makanan yang layak."
"Udah kok Mas. Mereka ngasi makan aku baik. Ya meskipun semua serba di bakar, seperti ayamnya di bakar tanpa bumbu. Hanya garam saja," azura tertawa kecil.
"Petatas dan umbi-umbian lainnya juga di bakar. Tapi enak banget, aku suka. Terus, mereka bakar kentang juga Mas, agak aneh, tapi enak." azura tersenyum lebar, sebab baru kali ini Ia merasakan semua hal itu.
Setidaknya, mereka memberinya makanan bersih dan bergizi, bukan sampah.
Regan tersenyum lembut. "Kamu sudah merasakannya kan? Mereka memang tidak sejahat itu. Mereka hanya ingin menuntut hak mereka. Jadi jangan takut yah, kamu akan baik-baik saja, sampai aku kembali lagi. Okey?!"
Azura mengangguk. azura segera melakukan semua yang diperintahkan regan. Menyikat gigi, dan memakan makanan bawaan regan.
Tiba-tiba dari luar, ada seseorang yang masuk.
"Kaka, ko pu waktu su habis." regan mengangguk dan berbalik menatap azura.
Azura langsung meneteskan airmata, saat mengetahui regan akan meninggalkannya lagi.
"Ra, lihat sini. Tunggu aku yah! Aku akan kembali, tidak peduli apapun yang terjadi, aku pasti akan datang bawa kamu pergi dari sini. Jangan takut, hanya bertahan sebentar lagi, okey?!"
Azura mengangguk. Setelah menghabiskan makanannya. regan memberikan air, pada gadis itu.
"Kamu istriku yang hebat, aku percaya sama kamu. Kamu bisa!" ujar regan, dan kemudian menunduk, ingin mengecup lembut bibir yang la rindukan itu.
Namun, azura segera mendorong tubuhnya. Dan menatapnya dengan tatapan sedih menusuk tulang. Matanya perlahan memerah, tangannya mulai bergetar. regan menatapnya dengan kesan, kenapa?
"Aku sudah kotor, Mas! Aku udah tidak layak untuk kamu lagi." azura tertunduk dengan airmata yang terus membanjiri wajahnya.
Tadi, saking senangnya melihat regan. azura jadi melupakan kejadian buruk yang telah menimpanya. Dia baru tersadar, saat pria itu ingin menciumnya.
Regan menatap wajahnya lekat-lekat.
"Heyy, tenanglah! Kau tetap istriku. Aku terima kau dengan keadaan apapun. Jadi berhenti menangis. Aku mau pergi, tolong tersenyumlah!" pinta Regan.
Azura segera menatap wajah itu lekat-lekat sembari menangkup kedua pipinya.
"Mas, kalau ini pertemuan terakhir kita, aku ingin kamu tahu... aku azura More, bahagia pernah menjadi istri Kapten Regan. Meskipun aku tidak benar-benar bisa menjadi Nyonya Regan. Tapi aku bahagia." azura segera mengecup lembut bibir Regan.
Pria itu membalasnya dengan lebih dalam dan posesif. Keduanya saling melepaskan rindu didada, melalui ciuman itu. Setelah itu, Regan bangkit dan hendak berjalan keluar.
Namun, Ia menoleh dan menatap wajah ayu itu.
"kamu masih punya hutang yang harus dibayar. Aku harap kamu tidak melupakannya, sebab aku sudah menabung selama ini." ujar regan sembari menggigit bibirnya dan mengedipkan matanya nakal.
Azura tersenyum jengah, melihat tampilan nakal suaminya itu.
"Aku mencintaimu Kapten, Aku sangat mencintaimu." ujar azura yang membuat langkah regan tertahan, dia tidak tahu harus membalas apa.
"Kamu tidak perlu menjawabnya. Pergilah, aku menunggumu kembali, agar aku bisa membayar hutangku," regan tersenyum dan segera keluar dari gubuk itu.
Sementara itu, di Batalyon Infanteri 756/Winame Sili, seorang wanita cantik sedang terduduk diruang tunggu dengan wajah cemas.
Tak lama kemudian, seseorang keluar dari dalam ruangan yang berada tidak jauh dari tempat duduk wanita itu, dan menghampirinya.
"Maaf Mbak, permintaan Mbak untuk ijin ke pos untuk menemui Kapten regan, tidak bisa kami berikan. Sebab, ada sedikit konflik, yang ditangani langsung oleh Kapten regan, jadi beliau lagi sibuk. Mbak bisa menunggu beberapa hari lagi, kalau ingin bertemu." ujar salah satu anggota dengan seragam lengkap itu.
"Maaf, kalau boleh tahu, ada masalah apa yah?"
"Maaf Mbak, ini rahasia kami. Suamimu akan memberitahukannya padamu, setelah bertemu nanti. Mbak bisa pulang sekarang, dan menunggu. Permisi!" Pria itu langsung pergi meninggalkan ratu sendirian di sana.
Ratu tertunduk lesu. Dia tahu usahanya ini akan gagal, namun Ia tetap ingin mencoba. regan pergi dengan kemarahan.
Dia takut, regan akan membeberkan tindakan perselingkuhannya di hotel itu pada keluarga adiaksa dan orang tuanya.
Sehingga hubungan keluarga Tanoesoedibjo dan adiaksa akan terputus, dan tentu saja, itu akan menyebabkan kerugian bagi keluarganya.
Selain itu, orang tuanya mengirimnya ke tempat itu, untuk menemani regan yang baru sembuh dari sakitnya, bukan membuat masalah seperti ini. Dia betul-betul tak berdaya, menghadapi situasi ini.
Akhirnya dengan berat hati, Ratu kembali ke hotel tanpa hasil. Saat Ia memasuki kamar, kekasihnya sudah berada disana dengan tatapan tajam ke arahnya.
tambah seru nih